Stole The Bastard Heart

By kiranaabella

373K 14.5K 410

All Rights Reserved | Based on The Bastard Series. The first book of The Bastard Series. All stories contain... More

1. Meet The Trouble Maker
Cast 1
2. You?!
3. He's My Boss!
Cast 2
4. Let's Start This Game
5. Playing With The Real Bastard
6. I'm Not Afraid of You Boss
Cast 3
7. Plan
8. At Night Party
9. A Day With Jerk
10. The Devil Side
11. Secret
12. New Routine
13. A Good Devil
14. Overthinking
INFO
15. Devil's mission
16. This is wrong
17. Devil's Plan
18. Gonna be mine
19. Stupid Sean
20. I Like You
21. Marriage aren't one of my planning
22. Huh..Bad day ever
23. I Dont Know How To Explain That
24. Between Feeling and Logic
25. Stupid Feeling or Stupid Sean?
26. Fail
27. Leave me alone
28. All Over
30. Back To Stranger II
31. Shouldn't Have Met
32. Disturbing
INFO
33. Ups..
34. My Heart Almost Melts
35. I'll Marry You
36. Sean and His Struggles
37. Finally
38. I'll Be Yours for a Thousand Lives
39. Never Tear Us Apart
40. Officially Mrs. Lawrence

29. Back to Stranger I

5.1K 263 21
By kiranaabella

"Maaf karena aku tidak bisa bersamamu." ucap Megan lagi.

Kedua kalinya. Kedua kalinya Sean membiarkan Megan pergi menjauh. Kedua kalinya ia membiarkan perempuan itu sakit, dan kedua kalinya ia melepaskan seseorang yang tidak memandang harta kekayaannya.

"Kita akan bertemu suatu saat nanti. Ingatkan aku, Meggy."

💚💚💚💚💚

4 tahun berlalu.......

Pemandangan kota New York tidak ada yang berubah. Manusia masih sibuk dengan kegiatannya, suara klakson mobil seakan menjadi backsound kota New York.

Disebuah apartemen cukup mewah, seorang perempuan tengah menatap dalam bingkai foto yang memperlihatkan sebuah keluarga dengan perempuan yang mengenakan toga dan selempang cumlaude.

Ia menghela nafas pendek dan menatap jam yang menempel di dinding,

"Shit! Sudah jam 7 AM," umpatnya pelan dan bergegas pergi.

Megan Hailee Sanders. Perempuan karir yang kini berusia 23 tahun itu bekerja sebagai manager produksi di salah satu perusahaan tekstil di pusat kota New York.
Perjuangan 4 tahun dalam bekerja membuat Megan mempunyai pekerjaan tetap dengan gaji yang cukup tinggi. Tidak heran jika gaya hidup perempuan itu sangat berbeda sekarang.

Workaholics. Sematan yang menempel di diri Megan oleh para rekan kerjanya. Memang, perempuan ini terlalu menyibukkan diri dengan bekerja dan ingin segera mendapat gelar dompet tebal.

*****
New York, US
8.30 AM

"Ellen, bisakah kau print beberapa materi untuk presentasi nanti?"

"Jack, tolong cek kembali laporan perencanaan produksi dan kirim ke e-mail saya,"

"Oh ya, Jack. Karena kau seorang assisten manager, tolong handle rapat divisi kali ini. Saya harus ke pabrik untuk memantau kinerja karyawan,"

Suasana di ruangan bercat putih yang dipenuhi oleh manusia dan komputer itu terlihat sangat ramai.
Hari senin memanglah hari yang melelahkan, terutama untuk mereka yang bekerja banting tulang.

Tidak terkecuali Megan. Perempuan itu terlihat tengah sibuk mengontrol tim produksi dalam rapat divisi bulanan. Ia harus gesit dan cekatan dalam mengawasi timnya agar tidak terjadi kesalahan di rapat.

Saking sibuknya, ia memegang kepalanya pelan. Pening selalu ia rasakan setiap saat. Entah ia terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran.

"Miss, anda tidak apa-apa?" tanya seorang rekan kerjanya khawatir,

"Ah, aku tidak apa-apa. Terima kasih, " Megan berucap sambil tersenyum,

"Baiklah, anda jangan terlalu lelah. Bekerja sesuai porsi. Miss tau itu kan? Kita bukan robot, jadi anda juga harus istirahat," ucap rekan kerjanya sambil memandang khawatir pada Megan.

"Hahaha...Terima kasih atas perhatianmu, Alexa. Aku akan beristirahat setelah berumur 45 tahun,"

"...Anyway kita harus tetap bekerja keras untuk dapat poin tambahan," Megan melanjutkan sambil menepuk lengan Alexa pelan dan berlalu dari sana dengan senyum khasnya.

Well, tidak ada yang dapat menghentikan kegilaan Megan dalam bekerja termasuk keluarganya. Ia akan tetap bekerja karena prisip utamanya setelah lulus kuliah adalah Opportunities don't happen, you create them. (Peluang tidak datang sewaktu-waktu, Anda yang menciptakannya.)

*****
Lelaki tegap yang genap berusia 30 tahun ini tengah sibuk dengan proposal dan segala macam dokumen di atas meja kerjanya. Tidak ada yang berubah, lelaki ini masih segar layaknya remaja yang baru memasuki usia dewasa.
Semakin bertambahnya usia, kematangan pun semakin terbentuk.

Sean Lawrence. Salah satu konglomerat yang disegani di Amerika. Wajahnya sudah menghiasi beberapa majalah terkenal dunia, sebut saja Forbes, Vogue, Billboard Magazine, Time Magazine, dll.

Sean masih melajang hingga kini, tidak ada pemberitaan mengenai kencan lelaki matang ini. Bahkan, beberapa media melaporkan jika Sean adalah seorang gay.
Tidak ada klarifikasi ataupun press tentang hal ini, Sean membiarkan pemberitaan gay itu berlalu seperti angin.

Hanna-ibu Sean, juga merasa sedikit khawatir jika anaknya akan menyendiri hingga tua kelak, ia takut jika rumor itu benar-benar terjadi kepada anaknya. Ia tentu saja tidak membiarkan itu terjadi, selama bertahun-tahun Hanna mendambakan seorang cucu dari Sean, namun lelaki itu masih enggan berbicara dengan serius mengenai pernikahan.
Problematika orang-orang kaya selalu seperti ini. Mementingkan pekerjaan dan uang dibandingkan wanita dan perasaan. Begitulah.

"Mr. Lawrence, anda mempunyai jadwal makan siang dengan rekan bisnis anda dari Petra.co pada jam 1 siang ini, setelah itu anda tidak mempunyai jadwal lagi."

Sean menengadah dan melihat sekretarisnya tersenyum sopan sambil menenteng sebuah tab di tangan kirinya,

"Baik. Terima kasih, Grace." Ucap Sean sambil melanjutkan pekerjaannya,

Mary-Grace Hill-Sekretaris baru Sean mengganti Bianca yang 1 tahun lalu mengajukan resign karena ia fokus menjadi seorang ibu rumah tangga dan tengah hamil. Sean tentu saja tidak bisa memaksakan egonya untuk menahan Bianca, perempuan itu jugalah yang merekomendasikan Grace. Tidak dipungkiri, kinerja dan profesionalitas Grace telah diakui Sean, terbukti pada rapat pemegang saham bulan lalu, perusahaan Sean memenangkan tender besar yang ia incar selama 3 tahun belakangan. Grace dengan kepiawaiannya dalam berbicara pun membuat beberapa pemegang saham percaya dan menanamkan uangnya pada perusahaan Sean.

"Sir,"

"Ya?" balas Sean tanpa melihat kearah Grace,

"Apa perempuan di foto itu kekasih anda?"

Grace sangat penasaran pada foto seorang perempuan mengenakan dress merah terang tengah tersenyum cerah menghadap kamera. Foto yang selalu ada di meja kerja Sean sejak ia bekerja disini. Ia ingin sekali bertanya, namun ia urungkan karena bosnya itu terkenal sangat dingin dan irit bicara,

"Tunangan. Jika tidak ada keperluan, kau bisa keluar dari ruanganku." Sean mengusir pelan Grace, ia tidak merasa nyaman saat seseorang mengusik kehidupan pribadinya.

Grace yang merasa diusir pun permisi keluar.
setelah kepergian Grace, Sean memandang dalam foto perempuan manis itu. Tidak sadar bibirnya tersenyum simpul,

"Sebentar lagi, sayang." ucapnya pelan,

*****
12.00 PM

Perempuan dengan setelan blazer navy berjalan mengitari sebuah pabrik kain dengan karyawan yang kira-kira berjumlah 300.

"Bagaimana?" tanyanya pada salah seorang karyawan disitu,

"Semuanya berjalan lancar, Miss. Hanya beberapa kendala di pewarnaan kain. Kita tidak jeli dalam memilih pewarna yang cocok untuk kain sutra."

"Apa ada kerugian?"

"Selama satu minggu ini tidak ada kerugian. Untunglah, karyawan pabrik memiliki bakat yang bagus." Jelas karyawan ber-name tag Edmund Quinn itu.

"Baguslah, jadi saya tidak perlu merevisi laporan bulanan." Balas Megan sambil terus berjalan meninggalkan Edmund sendiri.

"Um Miss Sanders?"

"Ya?"

"Apa anda lapar? Tidak jauh dari sini ada restoran yang enak dan terkenal,"

Edmund berusaha mengajak Megan untuk makan siang. Ia tahu ini terdengar aneh, namun ia tetap mengajak perempuan itu untuk sekadar makan bersama.

Megan mengerutkan dahinya, ini kira-kira sudah ke-100 kalinya dalam sebulan seorang pria mengajaknya makan, entah itu makan siang, sore, ataupun malam.

"Tidak, aku sibuk. Kau ajak temanmu saja." Tolak Megan mentah-mentah, ia tahu semua siasat para lelaki dalam mengencani wanita.
Mengajak makan-ngobrol-merasa nyaman-kencan-meninggalkan.
Siklus yang sering terjadi antara pria dan wanita sebelum mengenakan cincin suci.

"Sekali saja. Bukankah kau jarang datang kemari?

Lelaki itu tetap kekeuh mengajak perempuan keras kepala seperti Megan walaupun ia tahu jika Megan tetap menolaknya.

"Baiklah, lagian aku belum makan sejak pagi tadi." Ucap Megan dan pergi dari hadapan Edmund dengan langkah anggunnya.

Pria itu bersorak. Rencananya sebentar lagi akan berhasil. Mengencani seorang wanita cantik dan manager dari kantor pusat? Siapa yang tidak mau?

*****
Megan berdecak setelah tahu kemana Edmund mengajaknya makan siang.

"Edmund, kau gila. Kenapa kau membawaku makan di bar?" Suara kesal Megan tidak tertahan lagi,

"Kau tahu aku harus kembali ke Manhattan lagi,"

Ya, Megan kini berada di Baychester. Salah satu wilayah yang berada di timur laut The Bronx, New York.
Jarak tempuh pun tidak dekat. Megan dan mobil Chevrolet Chevy Blazer putih miliknya menempuk sekurangnya 26 menit jika tidak terjebak macet.

"Hanya makan, Megan. Jika kau ingin minum, silahkan." Jelas Edmund sambil mengedikan bahunya tidak peduli.

"Sial! Aku akan mematahkan lehermu." Umpat Megan sambil berjalan mengikuti langkah Edmund.

Setelah memilih meja yang terlihat nyaman, Edmund mulai menjalankan aksinya. Selama 1 tahun ini, ia sangat kesulitan mendekati Megan. Perempuan itu terlalu tertutup untuk urusan asmara, bahkan ia tidak tahu jika Megan sekarang memiliki kekasih atau tidak.

"Meg, apa kau memiliki kekasih?"

Megan yang awalnya sibuk membuka Instagram pun melirik kearah lelaki tampan yang beberapa tahun ini menjadi temannya.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya?"

"Hanya penasaran. Aku takut dipukul kekasihmu jika tahu sedang makan bersamamu." Jelas Edmund tidak sepenuhnya berbohong. Ia takut jika kekasih Megan menjadi iblis dan menerornya. Memikirkannya saja membuat merinding.

Megan berdecak.
"Ck. Aku tidak punya kekasih dan aku tidak mau memiliki kekasih sebelum berusia 30 tahun,"

Edmund melebarkan matanya.
"30 tahun? Kenapa? Aku rasa ada banyak pria yang mendekatimu,"

Megan menaruh ponselnya di atas meja dan bersedekap sambil menatap dalam wajah tampan Edmund.

"Dengar..Pria yang mengajak berkencan tanpa berkomitmen itu sama saja mempermainkan wanita."

"Memang ada pria yang mempermainkanmu?" Tanya Edmund lagi. Kesempatan tidak datang dua kali. Pikirnya.

Megan terdiam tanpa membalas ucapan Edmund. Ia menjelaskan pun percuma, semuanya sudah ia kubur jauh-jauh.

Tepat saat itu makanan yang mereka pesan datang, jadi Megan sedikit bernafas lega karena bisa menghindar pertanyaan sialan Edmund.

Disisi lain.....

"Apa yang kau lihat?"

"Connor, aku akan sangat menghargaimu jika mengajakku makan di restoran mewah...Tapi kenapa kau mengajakku kemari? Kau lihat, disini banyak pasangan muda yang tengah kasmaran."

Seorang pria tengah menatap kesal pada pria di depannya.

"Sean, kenapa kau sangat sensitif terhadap pasangan kekasih? Apa kau memiliki trauma terhadap mantan kekasihmu?" tanya Connor dengan geli.

Connor Foster-rekan bisnis sekaligus temannya dari Petra.co.
Connor sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri karena lelaki berusia 25 tahun itu kadang-kadang bersikap seperti bocah polos yang perlu diajarkan.

"Sialan. Kau mengejekku? Seorang Sean Lawrence tidak pernah memiliki trauma terhadap wanita. Aku terlatih, para wanita tidak benar-benar menyukaimu, mereka menyukai hartamu saja." Kecuali satu orang. lanjut Sean dalam hati.

"Kau benar. Konglomerat pasti sangat susah mencari kekasih. Perempuan dari kasta yang sama pun bisa saja menjadi benalu." lanjut Connor sambil tertawa kuat.

"Hei, lihat disana...Apa mereka sedang berkelahi hingga makan dengan diam?"

"Apa pekerjaan kita disini untuk mengomentari pasangan kekasih?" Sindir Sean tanpa melihat kearah meja yang ditunjukkan oleh Connor.

Karena tidak mendapat jawaban dari Connor, Sean mengikuti arah pandang Connor.

"Connor, kenapa tunanganku makan siang dengan pria lain?" tanya Sean sedikit tercekat.

"Tunangan? Maksudmu?" Bingung. Connor tidak tahu arah bicara lelaki berjas abu-abu didepannya ini.

"Wanita yang kau tunjuk adalah tunanganku sejak 4 tahun lalu." balas Sean dengan jari mengepal kuat.

TBC.....

haii!! seperti yang kalian lihat, aku up dengan cepattt h3h3h3h3
Pas banget buat nemenin kalian yang udah bosan rebahan wkwk
here you go gaisss..
Jika ada kesalahan, mohon maaf dan tinggalkan komentar agar aku bisa mengoreksinya. 💚🐰 tengkiuu
Selamat berjumpa di part selanjutnyaaa

eh btw kalo kalian pengin liat cast Edmund Quinn, nih aku kasih liat..

Ganteng ya wkwk tp kalo kalian pengin berimajinasi sama cast kalian, gapapa kokkkk...Cast disini cuma jadi bahan imajinasi author sajaa

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 272K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
539K 51.8K 30
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
291K 20.6K 31
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
5.4M 287K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...