Stole The Bastard Heart

Autorstwa kiranaabella

373K 14.5K 410

All Rights Reserved | Based on The Bastard Series. The first book of The Bastard Series. All stories contain... Więcej

1. Meet The Trouble Maker
Cast 1
2. You?!
3. He's My Boss!
Cast 2
4. Let's Start This Game
5. Playing With The Real Bastard
6. I'm Not Afraid of You Boss
Cast 3
7. Plan
8. At Night Party
9. A Day With Jerk
10. The Devil Side
11. Secret
12. New Routine
13. A Good Devil
14. Overthinking
INFO
15. Devil's mission
16. This is wrong
17. Devil's Plan
18. Gonna be mine
19. Stupid Sean
20. I Like You
21. Marriage aren't one of my planning
22. Huh..Bad day ever
23. I Dont Know How To Explain That
24. Between Feeling and Logic
25. Stupid Feeling or Stupid Sean?
27. Leave me alone
28. All Over
29. Back to Stranger I
30. Back To Stranger II
31. Shouldn't Have Met
32. Disturbing
INFO
33. Ups..
34. My Heart Almost Melts
35. I'll Marry You
36. Sean and His Struggles
37. Finally
38. I'll Be Yours for a Thousand Lives
39. Never Tear Us Apart
40. Officially Mrs. Lawrence

26. Fail

5.8K 281 15
Autorstwa kiranaabella

Megan yang sadar pun menghapus air mata yang sudah mengalir dengan deras dan pergi tanpa berkata-kata, ia tanpa sengaja melepaskan dompet coklat Sean yang menjadi tujuan pertamanya datang ke kantor ini.

"Shit! Megan!!" Sean berteriak keras dan mencoba mengejar Megan namun sial, pintu lift sudah tertutup dengan rapat.

"Fuck!!!" Lelaki itu menampar keras dinding dengan wajah merahnya.

💚💚💚💚

Seorang lelaki tampan berkemeja biru muda tengah sibuk berbincang dengan rekannya di kantin kantor.

" Raleigh, jadi siapa perempuan yang kau bicarakan kemarin? Sepertinya dia sangat menarik perhatianmu," salah satu pria tampan bertanya pada Raleigh.

"Ah dia...Megan?" matanya menangkap seseorang yang ia kenal tengah berlari sambil menutup wajah dengan sebagian tangannnya,

"Sebentar..." ucap Raleigh pada rekan kantornya itu, ia kemudian berlari mengikuti jejak Megan yang berlari keluar kantor.

Raleigh memberhentikan langkahnya ketika melihat Megan terduduk dengan lemas di kursi halte bus yang tak jauh dari kantor. Lelaki itu menghampiri Megan dengan pelan.

"Megan?" tanyanya memastikan, ia bertanya-tanya mengapa perempuan itu menangis. Apakah ada masalah dengan karyawan kantor? Atau barang berharganya hilang?

Perempuan itu tidak memberi respon atau setidaknya gerakan. Ia masih menundukkan kepala dan seluruh rambut menutupi wajahnya. Isakan kecil masih terdengar jelas di telinga Raleigh. Pria itu pun mendudukkan bokongnya tepat disebelah Megan.

"Megan," panggil Raleigh lagi, ia terlalu kaku untuk sekadar menepuk bahu perempuan itu. Panggilan kali ini berhasil, Megan menoleh namun tidak sepenuhnya menoleh, catat tidak sepenuhnya menoleh.

"Ra-raleigh?" ucap perempuan itu susah payah,

Dengan keberanian, Raleigh menepuk pelan bahu Megan dan menghela nafas pelan. Ia tidak mau menanyakan pertanyaan beruntun pada perempuan itu, ia hanya akan menunggu Megan tenang.

"Jika kau ingin menangis, menangislah,"

Seketika Megan menangis sejadi-jadinya sampai membuat orang-orang disekitar melirik penasaran,

"Tuan, kau tidak bisa membuat perempuan menangis seperti itu...Ah lelaki jaman sekarang memang banyak yang brengsek" ucap salah seorang perempuan paruh baya sambil menatap tajam kearah Raleigh. Lelaki yang ditatap tajam itu kelimpungan dan menggaruk pelan tengkuknya,

"Aku ingin pulang," ucap Megan tiba-tiba dan berdiri. Ia berjalan menjauh tanpa menoleh sedikitpun ke belakang.

Setelah membujuk Megan selama 10 menit, akhirnya perempuan itu mau untuk diantar pulang. Raleigh tidak cukup brengsek untuk meninggalkan perempuan yang terlihat patah hati sendirian. Kau tau kan apabila perempuan yang sedang patah hati pasti akan melakukan hal nekat. Itulah yang ditakutkan oleh Raleigh.

****

Suasana ruangan bernuansa maskulin itu terasa sangat menegangkan sekarang. Seorang lelaki tengah duduk dengan gusarnya di sofa berwarna coklat itu. Ia memejamkan matanya sesaat.

"Sean?" panggil France hati-hati,

"Begini, aku tidak tau kenapa kau seperti ini setelah melihat perempuan itu datang kemari. Aku hanya bingung kenapa kau begini? Jika kau benar-benar menjadikannya taruhan, kau tidak usah memperdulikan perempuan itu," lanjut France sambil memandang serius kearah Sean. Mata coklatnya seakan meneliti ekspresi Sean.

"Aku setuju. Bukankah kau menganggap perempuan itu sama dengan wanita liar di club? Kurasa kau lebih berpengalaman soal perempuan," lanjut Barnett setelah mereka mengalami keheningan hampir 30 menit di ruangan itu.

"Panggil dia Megan, dia punya nama." koreksi Sean karena merasa terganggu pada France dan Barnett yang memanggil Megan hanya dengan embel-embel 'perempuan itu'.

Kedua lelaki tampan itu menghela nafas mendengar jawaban Sean yang jauh dari topik.

"Sekarang aku bertanya padamu, kenapa kau begini? Jujur saja Sean, kurasa kau menyukai perem- maksudku Megan,"

"France, kurasa itu tidak mungkin,"

"Itu mungkin..." jawab Sean pelan,

France dan Barnett menatap Sean bingung dengan alis saling bertaut.

"Kau -"

"Aku tidak tahu. Aku kadang-kadang aku suka bersamanya tetapi kadang-kadang aku tidak memperdulikan dimana dia berada," jawab Sean ragu-ragu, ia memiringkan kepalanya sambil berpikir keras,

"Ah itu situasi sulit," celetuk France sambil memegang dagunya, ia seakan menerawang apa maksud dari ucapan sahabatnya ini.

"Kurasa kau menyukainya, maksudku ada sedikit perasaan untuknya namun ego mu sangat tinggi sehingga perasaan itu tiba-tiba hilang dan kemudian datang lagi," jelas Barnett setelah berdiam tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Ah aku tidak mau membahasnya sekarang, aku ingin pulang. Kalian juga pulanglah," Sean beranjak dari sofa dan mengenakan jasnya. Ia hanya ingin minum alkohol sekarang dan jika mungkin, ia ingin menemui Megan dan menjelaskan semuanya secara jelas. Jujur saja setelah mengetahui perempuan itu mendengar percakapan mereka, hati Sean tidak tenang namun kembali pada poin yang telah di ucapkan Barnett, lelaki ini lebih memilih ego daripada perasaan.

*****

Megan tidak langsung pulang ke apartmentnya atau penthouse Sean, perempuan ini meminta Raleigh mengantarnya ke apartment Anna. Ia hanya ingin menangis sejadi-jadinya dan menceritakan semuanya pada Anna. Rasanya berdiri pun ia tidak sanggup setelah mengingat apa yang dikatakan Sean beberapa jam yang lalu.

"Sekarang jelaskan mengapa kau tiba-tiba berada di apartmentku dengan wajah menyeramkan? Ah ini bahkan bukan Halloween." celetuk Anna sambil memandang ngeri pada Megan yang menangis tersedu-sedu di sofa creamnya.

Perempuan itu menghela nafas pelan karena tidak mendapat jawaban yang diinginkan dari mulut Megan. Ia kemudian beranjak dari sana,

"Aku akan buatkan teh chamomile dulu," Dari yang ia baca, teh chamomile dapat mengatasi sedih dan depresi.

Setelah berdiam hampir 2 jam, Anna menyerah dan menghela nafasnya dengan keras.
"Meg, apa kau benar-benar tidak mau menceritakan masalahmu?"

"Anna, setelah lulus ini, aku tidak akan kembali ke New York," ucap Megan tiba-tiba, wajah merahnya menatap lurus ke arah televisi yang mati.

"Hey, apa maksudmu? Kau akan kembali ke Seattle?"

Bukannya menjawab pertanyaan Anna, Megan menutup pelan matanya seakan ia baru saja mengalami hari yang sangat berat. Well, itu memang hari yang berat.

"Aku benar-benar membenci pria kaya," ucap Megan, matanya masih terpejam namun mengeluarkan bulir-bulir air. Ia ingin sekali menangis tapi tenaganya sudah terkuras habis namun tidak dengan emosinya, perempuan itu akan selalu ingat bahkan setiap detik saat pria bejat seperti Sean hanya menganggapnya 'taruhan'. Sialan! Mengingatnya saja sudah sangat sakit.

"Megan, aku benar-benar tidak mengerti," Anna memiliki 1000 pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Megan, namun ia urungkan karena melihat Megan sepertinya tidak akan berbicara banyak saat seperti ini.

"Anna, kau tidak akan bisa merasakan apa yang kurasakan ini...in-ini terlalu menyakitkan," Megan berucap sambil mencoba tersenyum namun nihil, yang ada air matanya lah yang turun.

Dengan sigap Anna duduk disamping Megan dan memeluk perempuan itu dengan lembut, ia tidak tahu masalah apa yang sahabatnya itu lalui.

"Stt...Jangan menangis, Megan yang kukenal adalah perempuan yang kuat," ucap Anna menenangkan sambil meraih kotak tisu dan ia berikan pada Megan.

"Aku tidak akan berhubungan dengan Sean lagi,"

Setelah itu mengalirlah cerita yang Megan lontarkan tentang masalahnya hari ini, dimulai dari ia pertama kali bercinta dengan Sean, kartu akses apartmentnya yang berada di dompet Sean hingga hal yang paling utama penyebab ia menangis, lelaki itu hanya menganggap dirinya sebagai bahan taruhan mobil. Kalau dipikir sungguh gila, lelaki mana yang tega mempermainkan wanita hanya dengan sebuah mobil. Well, tidak mengherankan, mobil yang menjadi taruhan sanggup menghidupi kebutuhan Megan tiga tahun penuh.

"Aku benar-benar ingin menginjak kepala bajingan itu," ucap Anna dengan suara rendah, ia tidak peduli tentang wajah Sean yang bak aktor hollywood, yang ia tahu, bedebah gila itu telah menyakiti sahabatnya.

"Tidak perlu,Ann. Aku sudah tidak ingin berhubungan dengannya lagi." Megan mengangkat kepalanya dan menatap Anna seperti 'bolehkah aku meminta tolong padamu?' 

Seakan mengerti dengan tatapan Megan, Anna mengangkat alis kirinya,

"Maaf jika merepotkan tapi bisakah kau mengambil barang-barangku di penthouse Sean," kemudian Megan berdiri dan menggaruk pelan kepalanya seakan menimbang-nimbang,

"Tidak-tidak, ini tidak baik jika kau kesana." Ia mengingat jika tidak baik bagi Anna jika tertangkap basah masuk ke dalam penthouse harimau.

"Aku tidak keberatan jika kau menyuruhku," jawab Anna ragu-ragu, sejujurnya ia sedikit takut hanya melihat mata Sean. Perempuan itu menganggap Sean adalah pria kejam.

Megan menggelengkan kepalanya pelan dan beranjak dari kursi,

"Jangan bilang kau akan ke penthouse itu," tebak Anna, Megan hanya mengulumkan senyumnya pelan. Ia harus membereskan beberapa barangnya dari penthouse sialan itu.

"Aku belum terlambat, lelaki itu pasti sedang sibuk dengan berkas-berkas kantor," ucap Megan pelan sambil melirik kearah jam yang berada di tangan kirinya, semoga saja dewi fortuna berpihak kepadanya setelah ini,

"Aku tidak yakin," ringis Anna sambil menatap Megan yang bersiap keluar,

"Doakan sahabatmu ini yang ingin masuk ke dalam kandang harimau," Megan menatap geli kearah Anna dan pergi dengan tertawa kecil. Anna hanya terperangah melihat sifat Megan yang awalnya seperti tidak mempunyai kehidupan lagi namun tiba-tiba pergi dengan tawa yang amat mengerikan di telinga Anna. Dia benar-benar gila karena seorang Sean Lawrence.

                             *****

Seorang lelaki tengah mencecap alkohol pahitnya. Ia memang berada di bar namun pikirannya tengah berada di penthouse. Ia memikirkan apakah perempuan itu tengah menangis di penthousenya. Jika ada yang bertanya kenapa tidak pergi menemui Megan, jawabannya adalah Sean tengah bingung dengan perasaannya. Ia memang menyukai sosok Megan yang tidak seperti kebanyakan perempuan penggila harta, namun mencintai Megan? Itu adalah hal terakhir yang ia rencanakan dalam hidupnya.
Pria itu tertawa pelan, ia merenungi pengaruh Megan yang sangat besar terhadap pikirannya. Perempuan yang hampir berusia 20 tahun itu sudah mengotrol penuh pikiran Sean.

"Aku benar-benar tidak menyangka seorang Sean datang kesini lagi setelah 3 bulan menghilang," celetuk seorang lelaki—ralat lelaki yang terlihat seperti perempuan,

"Hi Samuel," sapa Sean dengan senyum simpulnya,

"Sudah kukatakan! Panggil aku Samantha!" Lelaki kemayu itu berdecak kesal saat Sean memanggilnya dengan nama asli.

Perkenalkan, lelaki kemayu ini bernama asli Samuel White namun ia bersikeras namanya adalah Samantha White. Samantha adalah pemilik bar yang Sean datangi sekarang.

"Tidak biasanya kau datang saat matahari masih ada," Sam terdengar menyindir Sean yang sering datang saat fajar hampir keluar menggantikan bulan.

"Hanya ingin." kemudian lelaki itu berlalu tanpa memperdulikan Samantha yang melotot melihat sifat dingin Sean masih melekat. Tentu saja! Siapa yang dapat membuat lelaki itu menjadi lelaki yang hangat dan ramah? Tidak ada.

                               *****

Megan telah berada di pintu penthouse Sean. Entah kenapa hatinya begitu was-was jika saja Sean tengah bersantai di sofa dan menatapnya seperti seorang pencuri. Ia bergidik dan membuka pintu itu dengan pelan.
Kepalanya muncul untuk melihat keadaan sekitar. Aman. Batinnya lega.

"Aku harus cepat-cepat, ini akan menjadi hari yang sangat buruk jika bertemu dengan bajingan gila itu.lagi." ia berkata dengan nada rendah sambil berlari kecil menuju kamarnya.

Setelah setengah jam berkemas dengan kecepatan kilat Megan keluar sambil membawa koper silvernya. Saat langkah kedua, ia sungguh tidak percays dengan apa yang ia lihat sekarang. Di sana, tepat di pintu masuk...Sean tengah menatapnya dengan pandangan yang kaget? Mata lelaki itu sedikit melotot rahang tegasnya kini mengeras dan tentu tak lupa tangan berotot itu mengepal hebat.

Bodoh. Sekarang aku menyesal kembali kesini. Batin Megan mengumpat.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sean dingin. Tidak! Ini terlampau dingin dan terdengar tidak bersahabat. Tidak seperti Sean yang biasanya berbicara dengannya.

"Not your fucking business," balas Megan tanpa melihat kearah Sean, ia terus menyeret koper itu hingga berhadapan dengan badan tinggi Sean.

"Minggir," kini Suara Megan tampak lebih dingin dan menyeramkan. Ia masih saja tidak melihat wajah Sean, ia takut pertahanannya runtuh jika melihat wajah pria brengsek ini.

"Aku ingin menjelaskan apa yang kau dengar tadi," ucap Sean dengan nada rendah, mata tajamnya menatap koper besar di tangan kiri Megan,

Pria ini menghela nafas panjang saat melihat tidak ada reaksi yang Megan tunjukan padanya, ia kemudian memegang lengan Megan untuk menuntun perempuan itu ke sofa.

"Jangan sentuh aku, brengsek! Aku tidak akan mau bertemu denganmu lagi,selamanya akan begitu," ucap Megan penuh dengan penekanan, ia menangkis tangan Sean yang masih bertengger di lengannya.

Megan kemudian berlalu tanpa menoleh ke arah Sean, tentu saja pria ini tidak tinggal diam. Ia berusaha mengejar Megan, namun satu perkataan Megan membuat Sean berhenti sejenak,

"Berhenti atau aku lapor polisi," Megan berucap dengan tenang tanpa intonasi yang ia naikkan. Sepertinya memang benar jika tenaganya habis sekadar berteriak. Megan kembali menoleh ke arah Sean yang menatapnya dengan tatapan 'kehilangan'. Perempuan itu menatap Sean dengan dingin dan kembali melanjutkan langkahnya pergi dari sana.

"Aku benar-benar tidak bisa melepaskanmu,Meggy." Sean berucap sambil menatap punggung Megan yang menjauhinya.

TBC

Woahh akhirnya update 🥺 setelah beberapa hari sibuk...semoga tidak mengecewakan! Kalau ada yang salah ataupun tidak mengerti bisa komen gais!! Komen serta saran sangat bermanfaat bagi author hihi luv💚

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

5.4M 287K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
4.9M 37K 30
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
2.5M 270K 47
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2.2M 103K 53
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞