Stole The Bastard Heart

By kiranaabella

373K 14.5K 410

All Rights Reserved | Based on The Bastard Series. The first book of The Bastard Series. All stories contain... More

1. Meet The Trouble Maker
Cast 1
2. You?!
3. He's My Boss!
Cast 2
4. Let's Start This Game
5. Playing With The Real Bastard
6. I'm Not Afraid of You Boss
Cast 3
7. Plan
8. At Night Party
9. A Day With Jerk
10. The Devil Side
11. Secret
12. New Routine
13. A Good Devil
14. Overthinking
INFO
15. Devil's mission
16. This is wrong
17. Devil's Plan
18. Gonna be mine
19. Stupid Sean
20. I Like You
21. Marriage aren't one of my planning
22. Huh..Bad day ever
23. I Dont Know How To Explain That
24. Between Feeling and Logic
26. Fail
27. Leave me alone
28. All Over
29. Back to Stranger I
30. Back To Stranger II
31. Shouldn't Have Met
32. Disturbing
INFO
33. Ups..
34. My Heart Almost Melts
35. I'll Marry You
36. Sean and His Struggles
37. Finally
38. I'll Be Yours for a Thousand Lives
39. Never Tear Us Apart
40. Officially Mrs. Lawrence

25. Stupid Feeling or Stupid Sean?

6.1K 291 21
By kiranaabella

"Aku akan menjadi baik padamu, berjanji padaku, aku meny-" Ucapan Sean terputus digantikan dengan dengkuran kecil yang membuat Megan terkekeh pelan. Sekarang bebannya berkurang satu, ia sedikit merasa lega karena lelaki itu kembali lagi padanya walaupun dengan keadaan mabuk, setidaknya ia tau perasaan lelaki itu padanya.
💚💚💚

MAAF GAIS UDAH NUNGGU LAMA BANGET..MAKASIH JUGA BUAT YANG SABAR NUNGGU SAMPE SEKARANG..KALIAN LUAR BIASA :)) MAAF BANGET LOH UDAH HIATUS TANPA BILANG BILANG ;( SIBUK SAMA KEPANITIAAN KAMPUS DAN SEKARANG LANJUT NULIS DITENGAH KULIAH ONLEN YANG DUGUN DUGUN..KALIAN STAY HEALTHY YA DAN TETEP #DIKOSTAJA #DIRUMAHAJA BIAR SAFE 💚 WUFF YALL

Voment gais 💚
.

Setelah malam yang cukup mengagetkan itu, Sean masih terlelap dengan damainya. Jam menunjukkan pukul 5 pagi dan Megan sudah terbangun karena pikiran tidak percayanya akan kedatangan tiba-tiba Sean.

"Aku harap ini bukan mimpi," gumam Megan sambil menatap wajah damai Sean.

Tanpa aba-aba Megan yang hampir beranjak dari kasur tertarik kembali ke pelukan Sean dengan sekali hentakan.
"15 menit seperti ini," gumam Sean tanpa membuka mata.

"Sean, kau harus bangun dan pergi ke kantor. Apa kau ingin menjadi contoh yang buruk bagi para pegawaimu?" celotehan Megan kembali terdengar ditelinga Sean. Lelaki itu tersenyum simpul.

"Kau sangat berisik, aku ingin tidur."

Cupp!

Sebuah ciuman singkat Megan terima dengan tiba-tiba.
Pupil mata perempuan itu membulat dan mendorong pelan dada Sean,
"Dengar Sean Lawrence! Aku memaafkanmu bukan berarti kamu bisa seenaknya padaku. Minggir! Aku mau mandi, disini sangat panas."

Perempuan itu sekuat tenaga melepaskan diri dari pelukan 'singa' itu dan berlari kecil menuju kamar mandi.
Setelah masuk kedalam kamar mandi, Megan memegang dadanya yang terus berdegup kencang. Ia menghela nafas dan memegang bibirnya dengan pelan, senyuman muncul dibibir manis perempuan itu.
"Apakah aku mengambil tindakan yang benar?" gumamnya pelan.

7AM

"SEAN! Bangun! Kamu tidak berencana ke kantor?"

"Aku pikir kamu sudah siap dengan baju kantormu ternyata kamu masih tidur dengan nyenyak,"

"Sean! Lelaki ini bertingkah seperti seorang pengangguran.."

Megan gelagapan melihat Sean yang masih terjaga hingga jam 7 padahal ia sudah menpringati lelaki itu untuk mandi jam 6 tadi.

"Sean!" Megan terpaksa menampar pelan pipi lelaki itu alhasil Sean bangun dengan wajah kesalnya.

"Kenapa menamparku? Ini sakit jika kau ingin tau," Sean beranjak sambil memegang pipinya dengan wajah yang menahan sakit. Well, sebenarnya tidak sakit namun Sean hanya ingin bermain-main dengan wanitanya.

"Sakit? Maafkan aku Sean, kamu tidak bisa dibangunkan jadi aku harus menggunakan cara ini,"

"Aku tau agar tidak sakit,"

Perempuan itu mengerutkan dahinya, Megan tidak bisa menebak 1001 rencana di otak Sean.
"Apa?"

"Cium aku,"

Megan tergelak dan memalingkan wajahnya yang mulai memerah,
"Tidak. Cepat mandi!"

"Ah ini mulai memerah.." keluh Sean dengan wajah sedihnya.
Megan melihat itu dan mengecup singkat pipi yang terkena tamparan itu.

"Sudah kan? Sekarang mandi!"

"Dia juga butuh pelumas..." Ucap Sean sambil menunjuk bibir tebalnya dengan evil smirk yang ia miliki.

"Oh Sean berhenti bermain-main! Kau harus beker-"

Tiba-tiba Sean mencium bibir Megan dengan cepat. Seperti ada rasa rindu yang ingin ia salurkan melalui ciuman pagi hari ini.
Ciuman itu berlanjut menjadi sebuah cumbuan panas. Tangan Sean sudah berada di pinggan Megan dan menarik badan mungil itu agar merapat pada badannya.
Tangan Megan pun tidak tinggal diam, ia mulai membuka satu per satu kancing kemeja Sean. Demikian pun juga Sean, ia membuka baju Megan dengan cepat. Hasratnya sudah berada di puncak hanya dengan mencium bibir Megan, sekarang ia harus menuntaskan ini sampai selesai.

"Aku sudah lama tidak melihat pemandangan ini," ucap Sean sambil menatap kagum payudara

"Aku malu Sean!" pekik Megan sambil berusaha menutup payudaranya yang terekspos dengan leluasa di pandangan Sean.

"Tidak usah malu, baby. Ini karya yang sangat indah," Sean terang-terangan memuji payudara sintal Megan dan meremasnya dengan cepat.

Sean melanjutkan aktifitas paginya dengan sesuatu yang manis dan tentu saja menarik semua gairah dalam pikirannya. Ia sudah tidak punya niat untuk pergi ke kantor.

"Eunghhh Sean..."

"Sean berhenti...Kau akan terlambat ke kantor,"

"Arghh..Sudah kukatakan jika aku bukan pegawai. Aku tidak akan dipecat karena bolos satu hari. Tidak bisakah hari ini saja?" Sean menggeram sambil menatap dalam wajah Megan yang polos bercampur dengan malu. Bibir itu kini memerah dan terlihat membengkak karena ulahnya.

"Megan, kau tentu tau jika aku menginginkanmu dari dulu dan itu tidak pernah berhasil karena kau selalu menolakku. Apa sekarang kau juga menolakku?" Sean berucap lagi dengan wajah yang dibuat sedih. Wajah lesunya tentu saja tergambar jelas dimata Megan. Perempuan itu menghela nafas pelan dan menatap wajah Sean, takut jika lelaki itu membuat drama lagi.

"Aku hanya takut jika kau meninggalkanku setelah hal ini terjadi. Ak--"

Ucapan Megan terputus karena lagi-lagi Sean mencium bibirnya tanpa permisi. Lelaki itu melumat bibir bengkak Megan dengan kasar dan tentu saja penuh gairah. Megan yang mendapat serangan itu berontak dan memukul pelan dada Sean namun itu tidak berarti apa-apa dengan kekuatan lelaki semacam Sean.

Kegiatan mereka berlanjut dengan Sean yang terus saja membuat Megan terangsang dan benar saja, perempuan itu kini tidak lagi berontak dan malah mengalungkan kedua tangannnya di leher Sean. Lenguhan demi lenguhan keluar dari bibir kedua insan yang sedang dimabuk asmara ini.

"Eunghhh Sean...tolong.."

"Katakan sekali lagi baby.."

"Sean...Please do fast! I can't do this really slow!!"

Sean kemudian menggesek-gesekkan juniornya pada miss V Megan seakan sudah siap memasuki liang surga itu.

"Apa kau siap? Ini akan sakit..Gigit saja lenganku jika kau kesakitan."

"Oh shit..Do fast!" Megan seakan kehilangan arah setelah terangsang.

Satu kali hentakan kuat dan kini junior itu tertanam dengan sempurna di miss V Megan.

Perempuan itu memekik keras dan tak sadar air matanya keluar. Tentu saja ini tidak bisa di ungkapkan lagi. Megan merasa semuanya sakit.

"I..ini..benar-benar sakit hiks.."

Dengan cekatan Sean melumat bibir Megan berharap dapat mengalihkan rasa sakit yang di alami oleh wanitanya itu. Juniornya masih ia diamkan beberapa saat karena Megan masih merasa kesakitan.

Setelah mendiamkan juniornya selama kurang lebih 5 menit, Sean mencoba menggerakkan pinggangnya sambil tetap melumat bibir Megan. Semakin lama temponya semakin cepat. Megan terlihat berada diantara menahan sakit dan terangsang oleh permainan Sean.

"Ahhh..Kau begitu sempit,Megan." Ucap Sean ditengah kegiatannya.

"Argh...Ini menggelikan! Sean aku ingin pi-pis!! Lepaskan!" Megan terus meronta karena merasa geli dan ingin pipis, namun bukannya mendengarkan ucapan Megan, Sean semakin menaikkan tempo gerakan pingganya hingga perempuan itu terlihat menggelinjang dan meremas kuat rambut Sean.

"Ahhh......Sekarang keluarkan Megan.."

"Arghhhh..."

"Arghhhh..."

Keduanya tampak terengah-engah setelah kegiatan panas itu. Sean tampak menindih Megan tanpa berusaha melepas juniornya dari miss V Megan.

"Terima kasih karena memberikan hartamu yang pertama untukku," Sean mengucapkan itu dengan sangat tulus diiringi oleh senyum yang membuat siapa saja luluh.

"Tapi aku bukan yang pertama untukmu." Megan bergumam namun bisa didengar oleh Sean, tentu saja.

Lelaki itu mengerutkan dahinya dan bergegas beranjak dari atas Megan. Ia duduk di sudut kasur tanpa menghilangkan kerutan dahinya.

"Sean kau tidak apa-apa?"

"Meggy,,kupastikan kau akan jadi yang terakhir untukku." Kemudian ia mencium lembut dahi Megan dan bergegas menuju kamar mandi.

Perempuan itu tampak menahan senyumnya mendengar ucapan Sean barusan. Ia seakan yakin bahwa pilihannya tepat.

****

Setelah bersiap hampir setengah jam, ia harus datang ke kantor karena ada rapat proyek baru. Sean sudah siap dengan pakaian kantornya. Kemeja biru dongker, jas armani dan celana berwarna hitam senada dan tentu saja jam Rolex berwarna perak semakin mempertegas bahwa ia adalah salah satu orang berkuasa di kota besar New York.

Ia kembali melihat kearah kasur dan mendapati Megan tengah tertidur pulas tanpa mengenakan sehelai benang pun di badannya kecuali selimut tebal.

Megan, aku siap kau benci nantinya, aku hanya bajingan yang tidak bisa dipercaya, maafkan aku. Sean berucap dalam hati dan pergi tanpa menoleh pada Megan lagi.

12 PM

"Hallo...France kau bisa ke kantorku jam 2 nanti dan ajak Barnett."

".........."

"Hanya membicarakan bisnis, ada hal yang tentu saja kau sukai."

"....."

Sean menutup teleponnya dan masuk ke dalam ruangan yang terlihat besar dengan sekitar 10 orang berjas.

Setelah 1 jam berlalu......

"Mr. Lawrence..Proyek pembukaan cabang di Shanghai terlalu beresiko dan juga persaingan di sana ketat. Aku tidak yakin kita dapat mensejajarkan usaha kita dengan mereka."

"Aku setuju dengan pendapat Mr. Spencer. Membuka perusahaan baru di wilayah Shanghai sangat beresiko. Kenapa kita tidak mencari rekan bisnis yang mau bekerja sama? Kurasa itu ide yang bagus." Selene, ketua divisi promosi berbicara dengan lantang akan penolakannya terhadap rencana Sean untuk membuka bisnis baru yang jauh dari gaya Lawrence Enterprise yang bergerak di bidang properti tiba-tiba membuka cabang di bidang fashion.

Sean tersenyum miring dan berdiri sambil membaca beberapa proposal.

"Kesuksesan datang dari ambisi, kerja keras, dan rasa percaya diri." Ia kemudian memandang satu per satu para staff kantornya dengan dahi mengerut,

"Jika ambisi dan kerja keras tidak ada, rasa percaya diri pun akan hilang dan kau hanya akan menjadi orang yang keras kepala." Lelaki berstatus Chief Excecutive Officer itu mengetuk-ngetuk jarinya pada meja.

"Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Ada teori yang disebut Teori Pendekatan Modigliani dan Miller. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak memengaruhi perusahaan,"

"Tau kenapa saya menjelaskan teori ini pada kalian?"

Para staff yang berada disana hening seakan bingung apa maksud dari bos mereka ini.

"Ah, aku akan menjadi dosen dan mengajari kalian ini.."

Sean kemudian menggeser slide powerpoint yang menunjukan indeks saham Lawrence Enterprise selama 2 tahun belakangan.

"Kita akan menerapkan teori Modigliani dan Miller dalam proyek pembukaan cabang di Shanghai. Hal ini kita lakukan untuk mengurangi kerugian proyek, Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan dan tentu saja tidak ada biaya kebangkrutan."

"Tapi bagaimana jika pemerintah disana menganggap teori Modigliani dan Miller tanpa pajak tidak realistis? Bagaimana cara kita menghadapi situasi itu?" Salah seorang staff menyanggah penjelasan Sean,

"Pertanyaan bagus Eddy. Pajak hanya perlu dibayarkan kepada pemerintah yang berarti merupakan aliran kas keluar."

Sean menjunjuk indeks saham yang pelan-pelan naik dalam jangka dua tahun belakangan.

"Sebelumnya kalian tau jika kita membuka cabang properti di wilayah Seattle menggunakan teori ini dan inilah hasil yang perusahaan kita dapat dalam dua tahun, ini angka yang fantastis di bandingkan sebelum kita membuka cabang di Seattle."

"Hanya perlu ambisi untuk dapat mencapai sebuah kesuksesan....Kurasa cukup disini saja pertemuan kali ini, jika kalian tidak setuju atau memiliki keluhan, cukup buat satu proposal dan berikan itu pada sekretaris saya." Setelah itu Sean pergi tanpa mengatakan apa-apa dan seluruh staff kantor berdiri dan membungkukkan badannya hormat.

"Wah gila...Aku seakan berada di dunia yang berbeda saat Mr. Lawrence menjelaskan proyek ini dengan rinci."

"Jujur saja, mulutku seakan kelu saat ingin menyanggah teori itu namun ia terlalu menakutkan dan aku tidak mau sanggahanku berakhir dengan surat resign."

"Itulah mengapa ia seorang Lawrence, keturunan Lawrence memang memiliki bakat di bidang commerce."

itulah bisik-bisik dari beberapa staff kantor yang selama menjalani rapat seperti sedang melakukan pendadaran. Sangat tegang dan menakutkan.

*****

Di lain tempat dan di waktu yang sama, seorang perempuan tampak menggeliat seperti seekor kepompong yang hendak bertransformasi menjadi kupu-kupu.

"Argh...." Ia melenguh karena seluruh badannya sakit seperti habis di perkosa. Tunggu...Ia menyibak selimut itu dan matanya membulat sempurna.

"AHHHHHHHHH!!!" Ia berteriak histeris dan melompat dari kasur. Perempuan itu kembali meringis dan teringat sesuatu.

"Benar..Ini tidak mimpi. Aku sedang tidak bermimpi. Sex itu nyata.." Megan bergumam sambil mencoba berjalan menuju toilet.

"Ini....sangat banyak...benar-benar banyak..Ah, sekarang aku telihat seperti wanita murahan. Ayah, Ibu, dan Morgan maafkan aku." Megan bergumam sambil memegang beberapa kissmark yang dibuat oleh Sean tadi pagi.

"Aku tidak perlu menyesalkan?" gumamnya lagi sambil menyalakan shower.

Setelah bergulat selama setengah jam, Megan terlihat lebih segar dengan tanktop hitam dan celana biru panjang. Ia mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer tetapi dahinya mengerut karena melihat dompet kulit berwarna coklat tergeletak di atas meja.

"Apa dompet itu tertinggal saat ia pergi ke kantor?" Tanya Megan sambil mengambil dompet yang terlihat mahal itu. Perempuan itu mencoba membuka dompet tersebut karena merasa penasaran mengapa Sean dapat meninggalkan benda yang sangat berharga ini.

Matanya kemudian menangkap sebuah benda yang menarik perhatiannya, benda yang membuat ia kesusahan, dan benda yang membuat ia terlibat dengan seorang Sean Lawrence.

itu....

adalah kartu akses apartmentnya!

"Apa maksudnya ini?" Ia segera mengeluarkan kartu itu dengan cepat dan mengganti bajunya bersiap menuju kantor Sean untuk meminta penjelasan. Kebingungan serta emosi tercampur aduk di pikiran Megan. Perempuan itu hanya mengenakan kaos turtle neck berawrna putih, blazer cream yang senada dengan celana panjangnya dan sepatu kets putih. Menggunakan high heel akan membuat cara berjalannya semakin aneh.

Setelah berkendara selama kurang lebih 30 menit menggunakan taksi, akhirnya ia sampai di gedung pencakar langit yang menjadi saksi ia magang.

Perempuan itu berjalan menuju meja resepsionis dengan senyum manisnya,

"Nama saya Megan Sanders, saya pernah magang di sini. Saya ingin mengambil beberapa barang yang masih tertinggal di ruangan."

"Boleh lihat tanda pengenal anda,Miss?"

"Ah, ya..Ini." Megan menjulurkan sebuah kartu mahasiswa yang mempertegas ia adalah mahasiswi Universitas Pennsylvania yang pernah magang di Lawrence Enterprise. Tentu saja ia bohong mengenai barang yang tertinggal, jika perempuan itu membuat alasan ingin memberikan dompet Sean yang tertinggal, itu akan jadi masalah dan Megan pasti dianggap gila.

"Baiklah, silahkan." Ucap resepsionis itu sambil memberikan kartu mahasiswa Megan.

Ia mulai berjalan menuju lift dan pergi ke ruangan tempat Sean bekerja.

"Ah ini membuatku stress," gumamnya menahan kesal.

Megan akhirnya sampai di lantai dimana tertulis Sean Richard Lawrence / Chief Excecutive Officer. Ia mengerutkan dahinya, Dimana Bianca? Sekretaris Sean itu tampak tidak ada di mejanya, kemudian ia memberanikan diri untuk membuka pintu itu pelan..

*****

"My brother Sean!! Lama tidak berjumpa...Kau sangat tampan "

"Jangan membuatku muak melihatmu, Barnett.."

Lelaki bernama Barnett itu tertawa kencang dan membaringkan badannya di sofa empuk Sean,

"Jadi, bisnis apa yang ingin kau bicarakan? Aku sibuk akhir-akhir ini...Jangan menyuruhku untuk membunuh karena aku sedang tidak tertarik untuk menembak seekor anjing." Tutur Francesco sambil menyilakan kakinya.

Sean tertawa keras, "Ini lebih menyenangkan dibandingkan menembak kepala anjing. Barnett sangat menyukai informasi ini,"

Barnett yang merasa namanya disebut, membuka mata dan seketika mendudukan dirinya dengan tatapan serius.

"Maksudmu?"

"Ah...Bagaimana kalian dapat melupakan taruhan mobil itu.." Keluh Sean dengan wajah sedihnya.

"Holy hell..What the fuck do you mean?"

"Gezz...Im curious,"

"Dengar baik-baik....Aku tidak akan mengulangi ini, namun ada hal lain yang kurasakan saat bersama wanita itu.." Ucap Sean pelan,

"Ah sial...katakan intinya saja.." desak Barnett sambil duduk mendekati Sean.

"Aku berhasil menidurkan wanita keras kepala itu." Ucap Sean dengan mantap. Ada senyuman kemenangan yang ia tunjukan pada kedua sahabatnya itu.

"Fuck!! Are you kidding me? Dont fool me,dude." Ucap Barnett seakan tidak percaya akan pernyataan Sean barusan.

"Kau hebat juga..Ah aku harus menyerahkan mobilku," jawab France dengan wajah santainya.

"Sudah kukatakan jika pesonaku masih ada dan akan selalu ada..Tidak ada wanita yang bisa menolak pesona seorang Sean,"

"Kau sangat heb--"

"Miss. Sanders apa yang anda lakukan di depan pintu?"

celetukan seseorang membuat ketiga pria tadi sontak menoleh dan mendapati di depan pintu besar itu berdiri seseorang yang tengah mereka bicarakan, sosok yang menjadi objek dari taruhan konyol tiga bulan lalu...Ia adalah Megan Hailee Sanders.

Megan yang sadar pun menghapus air mata yang sudah mengalir dengan deras dan pergi tanpa berkata-kata, ia tanpa sengaja melepaskan dompet coklat Sean yang menjadi tujuan pertamanya datang ke kantor ini.

"Shit! Megan!!" Sean berteriak keras dan mencoba mengejar Megan namun sial, pintu lift sudah tertutup dengan rapat.

"Fuck!!!" Lelaki itu menampar keras dinding dengan wajah merahnya.

TBC

HUHUHU AKHIRNYA UP....GAIS BERHUBUNG AKU BARU UPDATE SEKARANG, KALIAN BISA KOMEN APA AJA,,TENTANG CERITA YANG KURANG NYAMBUNG ATAU KESALAHAN PENULISAN...KALIAN BEBAS KOMEN....KARENA KOMEN KALIAN SANGAT MEMBANTU DALAM PENGERJAAN CERITA INI...SEKALI LAGI TERIMA KASIIHHH DAN MAAFFFF :((((



Continue Reading

You'll Also Like

394K 15.6K 33
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
16.4M 653K 38
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1M 49.5K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
386K 33.3K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...