Sooyoung melamun semalaman, gimana enggak? Orang dia baru aja ketemu sama Taehyung.
"Kenapa lo balik kambing!"
"Pergi gak lo! Bisa gila gue"
"Ihhh budu!"
Sooyoung memukul-mukul boneka dihadapannya untuk meluapkan kekesalannya sekarang ini.
"Berisik lo ah!" ucap Woojin dibalik pintu kamar Sooyoung.
Sooyoung tidak menggubrisnya dan masih melanjutkan aksi pukul-pukul tadi.
Tiba-tiba Woojin membuka pintu, dan didapatinya boneka pororo koleksinya dipukul-pukul oleh Sooyoung.
"Eh boneka gue!" Sontak Woojin melompat keatas ranjang dan menangkap tangan Sooyoung.
"Balikin ah rusak nanti kak!" Dengan sekali tarikan akhirnya boneka itu lepas juga dari tangan Sooyoung.
Woojin mengelus bonekanya.
"Gak sayang barang?" tanya Woojin ketus.
Tapi Sooyoung tidak menjawabnya.
Ekspresi wajah Sooyoung kali ini cukup membuat Woojin mengerti.
"Lo kenapa?" tanya Woojin.
Sooyoung masih diam.
"Masalah kuliah?"
Sooyoung menggelengkan kepalanya.
"Lah terus?"
"Masa iya kak Tae lagi" lanjut Woojin dengan nada mengejeknya.
"Kalo iya emang kenapa?" Barulah Sooyoung mau bicara.
"Ha? Serius? Bukannya dia kuliah diluar negeri yak"
"Dia udah balik"
"Terus-terus?" Tanya Woojin yang mulai tertarik dengan topik kali ini.
"Tadi gue ketemu dia, dia meluk gue"
"Bagus dong, tanda-tanda clbk tuh"
"Clbk gigi lo, cukup sekali gue dikhianati, gak duakali!"
"Prinsip lo boleh juga, tapi kalo dia mau berubah gaada salahnya lo kasih kesempatan"
"Lo masih sayang dia kan?" lanjut Woojin lagi.
Sooyoung masih diam, ingin menjawab masih tapi hatinya menolak.
"Mending kita liat kedepannya deh, ada gak usaha dia buat bikin lo balik lagi atau malah sebaliknya"
Sooyoung menatap Woojin heran.
"Tumben waras dek" ucapnya sambil mengacak rambut Woojin.
.
.
.
"Dia masih gak berubah" batin Taehyung.
Perlahan senyumnya merekah mengingat tingkah Sooyoung yang masih saja sama seperti pertama bertemu.
"Gue bakal bikin lo sayang sama gue lagi Soo"
"Drrrrrttt" hp Taehyung berdering.
"Halo?"
"Apa?"
"Iya baik saya kesana sekarang"
.
.
.
.
"Dia demam tinggi dan memanggil nama nak Taehyung terus"
Gadis itu menarik tangan Taehyung dan diletakannya dipipinya.
"Kalau begitu saya tinggal dulu ya" ucap tuan Jung.
"Jangan sakit terus" ucap Taehyung lembut.
"Aku gamau jauh dari kamu kak"
"Iya aku disini"
.
.
.
"Niel gue mo tanya"
"Tanya apa?"
"Yang namanya mantan itu masih pantes dicintai lagi gak sih?"
"Gaya lu kaya punya mantan aja" ledek Daniel.
"Ih gue serius bege!"
"Oke-oke gue juga serius"
"Ya terus?"
"Ini lagi serius"
"Lo nyebelin banget si" Sooyoung menjewer telinga Daniel.
"Eh eh iyaiya ampun"
"Tergantung putusnya gimana" Lanjut Daniel.
"Maksud lo?"
"Kalo putusnya gak baik-baik, lo dikhianati misalnya, diselingkuhin, ya gak pantes lah karena lo dah disakitin"
"Bener juga ya"
"Lo putusnya gimana emang?"
"Ya gitu"
"Cerita kek"
"Dia punya pacar selain gue"
"Parah si"
"Parah banget, gue benci!"
"Eh tapi lu harusnya tau kebenarannya dulu, siapa tau dia punya alasan kenapa dia punya pacar lagi?"
"Maksud lo?"
"Ya siapa tau karena lo jelek, bau, jorok, atau gak sexy"
"Tai lo!"
"Haha, lo gaada niatan bikin dia nyesal gitu?"
"Enggak"
"Salah banget lo, yang namanya mantan tu harus banget dibuat nyesal"
"Oya?"
"Ya minimal lo harus terlihat lebih baik lah daripada pacarnya yg lain itu"
"Atau kalau gak lo berubah jadi makin cantik atau montok gitu" lanjut Daniel.
"Lo tu sebenarnya mau ngasih saran atau ngeledek si?"
"Ngeledek lah haha"
"KANG DANIEL!!!"
.
.
.
Akhir-akhir ini Taehyung makin disibukkan dengan banyak proyek yang menanti dirinya. Tapi parahnya Chaeyeon makin manja, entah makin manja atau memang kondisinya yang semakin memburuk.
Hal itu membuat Taehyung harus bisa membagi waktunya. Sesekali juga harus dapat menjenguk Chaeyeon.
Biar bagaimanapun Taehyung tentu menyayangi Chaeyeon yang sudah seperti adik sendiri baginya.
"Chae, aku bawain kamu salad ni kesukaan kamu kan"
"Makasih kak" Chaeyeon terlihat bahagia sekali begitu ada Taehyung.
Itu yang dilihat kedua orang tua Chaeyeon. Sebagai orang tua tentu sangat menginginkan yang terbaik untuk putri semata wayang mereka itu.
"Liat pa, dia bahagia disamping Taehyung. Mama mau melihat dia seperti itu terus pa" ucap nyonya Jung sambil menitihkan air matanya.
Chaeyeon bukan gadis yang kuat seperti pada umumnya, penyakit ganas yang ada dalam tubuhnya membuat kedua orang tuanya selalu khawatir, entah berapa lama lagi dia bisa bertahan hidup.
Mereka menghampiri Chaeyeon dan Taehyung.
"Halo om, tante" ucap Taehyung sambil membungkuk.
Kedua orang tua Chaeyeon tersenyum menatap Taehyung.
Suasananya menjadi cukup canggung, entah kenapa semuanya mendadak serius dimata Taehyung.
"Nak Taehyung.."
"Eh Iya om ada apa?"
"Kamu mau menikahi Chaeyeon?"
Sontak Taehyung terkaget mendengar pertanyaan itu. Bagaimana tidak, tentu saja dia tidak siap, apalagi Chaeyeon sudah dianggapnya sebagai adik sendiri.
Rasa tidak enak kalau dia harus menolak tapi dia memang tidak menginginkan pernikahan dengan Chaeyeon.
"Jawab kak" ucap Chaeyeon.
Taehyung masih terdiam.
"Tidak apa-apa kalau nak Taehyung belum bisa menjawabnya sekarang, barangkali memang masih butuh waktu untuk berpikir panjang" ucap tuan Jung.
Taehyung cukup lega mendengarnya. Perlahan wajahnya menunjukkan senyum yang canggung.
.
.
.
Dalam hati Taehyung ingin berteriak sekencang-kencangnya.
Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak mencintai Chaeyeon tapi dia tidak enak kalau harus menolak keluarga Chaeyeon yang sudah sangat baik padanya. Belum lagi perasaan iba pada kondisi Chaeyeon yang semakin memburuk.
Update egen. Ampuni aku yang makin hari makin gajelas FF nya😥