Stole The Bastard Heart

By kiranaabella

373K 14.5K 410

All Rights Reserved | Based on The Bastard Series. The first book of The Bastard Series. All stories contain... More

1. Meet The Trouble Maker
Cast 1
2. You?!
3. He's My Boss!
Cast 2
4. Let's Start This Game
5. Playing With The Real Bastard
6. I'm Not Afraid of You Boss
Cast 3
7. Plan
8. At Night Party
9. A Day With Jerk
10. The Devil Side
11. Secret
12. New Routine
13. A Good Devil
14. Overthinking
INFO
15. Devil's mission
16. This is wrong
17. Devil's Plan
18. Gonna be mine
19. Stupid Sean
20. I Like You
21. Marriage aren't one of my planning
23. I Dont Know How To Explain That
24. Between Feeling and Logic
25. Stupid Feeling or Stupid Sean?
26. Fail
27. Leave me alone
28. All Over
29. Back to Stranger I
30. Back To Stranger II
31. Shouldn't Have Met
32. Disturbing
INFO
33. Ups..
34. My Heart Almost Melts
35. I'll Marry You
36. Sean and His Struggles
37. Finally
38. I'll Be Yours for a Thousand Lives
39. Never Tear Us Apart
40. Officially Mrs. Lawrence

22. Huh..Bad day ever

7K 290 5
By kiranaabella

"Ah..Aku mengerti sekarang. Kenapa harus menunggu? Kalian bisa menikah bahkan jika dia masih berkuliah." ucap Hanna tampak bersemangat.

"Wait...what?!" ucap keduanya kaget sambil menoleh satu sama lain.

****
Vote dan comment❣️

Setelah perdebatan panjang antara ibu dan anak itu, Sean memutuskan untuk pergi ke kantor karena ia ada rapat penting, ia meninggalkan Megan yang menatapnya bagai seekor anak anjing yang tidak ingin majikannya pergi.

"Baiklah, siapa namamu? Siapa keluarga mu? Apa dari keluarga Covey? Dawnson? Jefferson? Atau?" pertanyaan bertubi-tubi datang dari mulut wanita paruh baya yang masih terlihat segar dan elegan itu.

Megan tampak linglung ditanya mengenai nama-nama yang begitu asing di telinganya. Ia menatap wajah Hanna dengan berani.
"Saya Megan Hailee Sanders. Saya berasal dari keluarga Sanders. Ayah dan ibu saya seorang polisi di Seattle. Maaf, saya juga bukan orang yang kaya raya."

Hanna mengangguk-angguk kepalanya pelan, ia seperti teringat sesuatu,
"Berapa umurmu? Saya lihat umurmu tidak berbeda jauh dengan Savana. Dan semester berapa di universitas?"

"Saya berusia 19 tahun. Saya sudah berada di semester akhir, nyonya." jelas Megan menatap wajah Hanna.

"Huh? Kau hendak lulus kuliah? Diusia 19 tahun? Itu lelucon? Bahkan aku baru saja lulus sekolah menengah." ucap Savana menatap Megan dengan heran.

"Ah..Aku melalui kelas akselerasi sejak sekolah menengah pertama jadi bisa lulus dengan cepat." jelas Megan sambil tersenyum simpul. Ia hendak pergi dari situasi ini, ia seperti seorang tersangka sekarang.

"Wah! Kau pasti pintar! Pantas saja kakakku sangat menyukaimu." girang Savana sambil duduk mendekati Megan.

"Clever girl." komentar Hanna mendengar penjelasan Megan.

"Jadi kapan kalian akan menikah? Ah aku tidak sabar memiliki seorang cucu.."

Megan seperti tersedak mendengar ucapan Hanna. Savana kemudian menepuk pelan punggung Megan.

"Itu- "

"Tapi ayah Sean mungkin tidak akan menyetujui kalian." sedih Hanna dengan raut wajah yang khawatir.

Ini akan sangat bagus jika ayahnya tidak setuju. Ucap Megan dalam hati dengan nada seperti iblis yang berhasil merencanakan sesuatu.

"Hah....Dad selalu ingin menjaga nama baik keluarga Lawrence." komentar Savana sambil berdecak.

"Ah..pokoknya aku menyetujui kalian. Dan aku akan menyiapkan sebuah pernikahan yang megah nanti." Hanna kembali dengan ucapannya yang bisa membuat lawan bicaranya serangan jantung karena terkejut.

"Nyonya..Saya tidak berencana menikah dengan cepat." kilah Megan,

"Sttt...tidak-tidak...Ini langkah terbaik untuk kalian berdua."

"Savana kita pergi ke Mansion utama. Tidak sia-sia kedatanganku di pagi buta ini." Hanna berucap sambil meninggalkan ruang tamu itu.

"Sttt...Kakak ipar,,aku senang mengenalmu..Lain kali aku akan datang kemari!" Savana memberi kedipan sebelah matanya dan berlari menyusul Hanna dan beberapa lelaki berbaju hitam yang tampak menjauh.

Megan masih mematung memandang kepergian keluarga Lawrence itu yang tiba-tiba berada di penthouse di pagi buta. Tidak salah, baru jam 6 pagi kedua wanita itu sudah mengenakan pakaian formal seakan siap mengikuti sebuah pesta.

"Huh...Rasanya aku ingin mati.." keluh Megan sambil memegang dadanya yang terus berdegup dengan kencang.

Ia kemudian menggeleng pelan dan sedikit berlari ke kamarnya.

Ia mengesampingkan masalahnya dengan keluarga Sean.
Sekarang yang ada dipikirannya adalah masa magangnya yang tinggal tiga hari lagi. Ia menghela nafas panjang. Magang ini sungguh tidak terasa panjang. Ia sudah yakin memberikan sejumlah tenaganya untuk pegawai kantor yang membutuhkan bantuannya walaupun ada beberapa hambatan dengan para pegawai wanita yang meliriknya dengan sinis bahkan terang-terangan menyindirnya seorang 'simpanan' bos.

Perempuan itu melirik kearah jam yang menunjukkan pukul 7. Masih ada waktu 30 menit sebelum keterlambatan. Ia kemudian mandi dengan gerakan kilat dan segera mengemas beberapa berkas dan sebuah laptop yang selalu ia bawa kemana-mana.

7. 27 AM

"Syukurlah masih ada waktu." lega Megan ketika berhasil menempelkan sebuah magnetic card di mesin absensi.

"Hei...Kudengar masa magangmu tinggal beberapa hari? Apa kau merasa kesusahan dalam membuat laporan?" Seorang lelaki bertubuh tegap tengah menatap Megan dengan senyum manisnya.

"Raleigh..Tidak. Aku tidak mengalami masalah. Sebentar lagi aku akan merindukanmu Raleigh, kita tidak akan sering bertemu lagi." sedih Megan karena tidak lama lagi ia kehilangan sosok inspirasi serta murah senyum seperti Raleigh Spencer.

Raleigh terbahak sebentar dan menatap Megan dengan penuh minat,
"Kita bisa bertemu diluar jam kantor. Kau sudah menyimpan nomorku kan?"

Megan dan Raleigh kemudian melanjutkan obrolannya sambil berjalan.

***

"Mr. Lee Bukankah keputusan anda sangat merugikan perusahaan anda sendiri?"

"Lihatlah grafik saham yang terus meningkat tiap minggu nya. Yah, Saya tidak memaksa jika anda memutuskan kontrak dengan perusahaan ini. Tapi apa anda berpikir mengenai jumlah nominal yang harus anda keluarkan karena pemutusan kontrak sepihak ini?" Sean tengah memimpin rapat besar para direksi serta para pemimpin perusahaan yang menanam sahamnya di Lawrence Enterprise.

"Kami telah melihat riset yang terus berkembang di perusahaan selama kerja sama ini berlangsung. Mengenai isu yang tidak ada bukti itu, kami akan mengurusnya dengan baik." Sean tampak gagah serta berwibawa dengan sebuah remote proyektor ditangan kanannya.

Rapat panjang dan diskusi selama 4 jam telah menguras pikiran Sean. Ia memijit dahinya pelan. Seluruh direksi dan para petinggi perusahaan itu telah keluar ruangan dan meninggalkan Sean serta Bianca-sekretarisnya.

"Sir, akhirnya kita berhasil. Para investor tidak jadi menarik sahamnya dan persentase sahampun meningkat sebesar 40%." jelas Bianca ssmbil membaca sebuah note yang berada di tangannya.

Pria itu tersenyum simpul, tidak ada yang bisa mengalahkan kepintaran serta kecerdikan seorang Sean Lawrence.

"Kerja bagus Bianca. Kau memang bisa di andalkan."

Tiba-tiba ponsel bergetar dari saku jasnya. Ia melihat siapa yang menelepon dan menyuruh Bianca untuk pergi lebih dulu.

"Ya, ada informasi apa Kendrick?"

"Kami telah mengetahui dalang dari masalah ini, Tuan."

Sean sontak berdiri dan memasang wajah menyeramkan miliknya,
"Katakan. Siapa bedebah itu?!"

"Dia Conor. Conor Lawrence." jelas Kendrick dengan hati-hati. Lelaki itu tau jika Tuannya ini akan meledak jika mendengar nama Conor Lawrence- seseorang yang paling dihindarkan Sean dalam dunia bisnis. Lelaki bernama Conor Lawrence ini merupakan sepupu Sean tapi sayangnya hubungan antar sepupu itu tidak berjalan lancar karena kesalahan Damian Lawrence yang notabenenya adik dari ayah Sean sendiri.

"Apa kau bilang? Conor? Kirimkan file nya sekarang juga." setelah itu Sean memutuskan sambungannya.

Sean tersenyum tipis seakan ia adalah seorang Lucifer yang menyimpan banyak rencana-rencana jahat. Sudah kutebak, tidak ada yang bisa mengetahui pekerjaan itu selain anggota keluargaku sendiri. Ck. Bahkan bajingan itu tidak bisa disebut keluarga. Sean membatin dengan geram.

***

Megan akhirnya berhasil mengerjakan laporan akhirnya dan tinggal di tandatangani oleh pemimpin perusahaan itu sendiri. Perempuan itu melirik kearah I-watch pinknya, jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Ia mengerutkan dahi, tumben sekali lelaki itu tidak mengganggunya. Biasanya Sean akan datang ke meja Megan dan membuat ulah. Hal itu membuat para pegawai wanita berteriak histeris karena kedatangan CEO mereka dengan tiba-tiba ke ruang pegawai.

Ia juga sedikit aneh karena lelaki itu tidak menghubunginya bahkan mengirim pesan saja tidak. Apa lelaki itu sangat sibuk? Ah tentu saja! Lelaki yang berkeliaran disekitarmu itu adalah seorang pemimpin sebuah perusahaan besar. Batin Megan bersuara.

"Ck. Mengapa aku memikirkan lelaki itu?" pikirnya aneh sambil menggeleng pelan.

"Lelaki siapa?"

"Oh astaga!" Megan terperanjat kaget saat lelaki yang baru saja ia pikirkan kini berada di belakang badannya dengan wajah yang masih tetap tampan walaupun terlihat raut kelelahan yang jelas terlihat.

"Lelaki siapa? Kau sedang memikirkan aku kan?" Tanya Sean dengan percaya diri, ia menaikkan alisnya naik-turun.

"Tentu saja tidak. Kenapa aku harus memikirkanmu." Ya. Aku memikirkanmu pria sialan tidak berperasaan. Batin Megan menjerit.

"Ah.. Kau masih tidak mengakuinya. Keluarkan lah Megan, keluarkan perasaanmu padaku. Kau bahkan tidak bisa menolakku." Jelas Sean sedikit keras. Ia tidak terlalu khawatir sebab ruangan itu terlihat sepi. Entahlah dimana para pegawai lainnya, jam pulang seharusnya pada pukul 6 sore.

"Aku bisa." Tantang Megan berani sambil menatap tajam kearah Sean.

Cup!!

Satu ciuman mampu membuat Megan membatu bagaikan patung. Sean yang melihat itu tersenyum miring.

"Kau bahkan tidak bisa menolak ciumanku. Apa kau bisa menolakku? Stop talking nosense Meggy. Kau bahkan sama saja dengan wanita lainnya." Jelas Sean dengan begitu lancarnya. Ia bahkan tidak sadar bahwa ucapan itu membuat Megan merasa terhina.

"Aku tidak tau bahwa kau sebrengsek ini, Sean." Setelah itu Megan berlalu dari sana dengan menenteng tasnya dan hampir mengeluarkan air mata didepan lelaki itu. Sialan kau Sean..Kau sama saja dengan kotoran anjing..Sama-sama menjijikkan.

Sean yang melihat kepergian Megan hanya terpaku membisu. Ia baru sadar apa yang ia ucapkan tadi. Ia sungguh kelepasan karena bosan mendapat penolakan dari Megan secara terus-menerus. Ia berlalu keluar namun bayangan Megan saja sudah tidak terlihat.

"Ah!! Sial!!!" Geramnya frustasi.

***

Megan kini terduduk tanpa semangat di sebuah halte bus. Ia seakan teringat perkataan Sean yang mengatakan dirinya sama dengan wanita lainnya yang secara sukarela melempar diri pada lelaki itu.

ia menghapus air matanya dengan kasar. Ia tidak tau bahwa menyukai seorang cassanova akan mengakibatkan sakit hati. Perempuan itu terlalu polos untuk mengetahui dunia para konglomerat apalagi seorang penggila wanita seperti Sean Lawrence. Katakan, Bos mana yang tidak bisa bermain dengan para wanita. Para konglomerat muda pasti akan terus bermain-main dengan uang yang menumpuk itu.

Megan mendial seseorang di teleponnya.

"Bisakah kita bertemu? Aku merasa tidak baik sore ini." ucap Megan pada seseorang diseberang sana,

"........................."

"The Garden Cafe. Aku akan tunggu." setelah itu sambungan terputus. Perempuan ini menghela nafas panjang. Persetan dengan lelaki itu.

Ia mulai berdiri dan menyebrang karena cafe itu sendiri terletak berdekatan dengan kantor. Bahkan cafe itu berada tepat didepan kantor Lawrence Enterprise.

Setelah beberapa menit berjalan kaki, Megan akhirnya sampai disebuah cafe yang didominasi bunga serta pohon yang memanjakan mata ini. Megan mulai memesan segelas Cold Americano dan Cheese Cake.

Perempuan itu mengambil tempat duduk yang berada di pojok ruangan sebelah kiri. Bukan tanpa alasan. Ia mengambil meja itu karena jauh dari kebisingan yang memang berasal dari meja-meja disebelah kanan.

Setelah beberapa menit menunggu, seseorang yang Megan telpon tadi akhirnya datang.

"Hei, Meg." Sapanya dengan senyum menawan.

"Raleigh. Aku senang kau menerima ajakanku." Ucap Megan dengan senyum mengembang. Ia seakan melupakan masalahnya dengan Sean.

"Tentu saja aku datang. Ini kali pertama kau mengajakku keluar. Kukira kau mempunyai seorang kekasih sehingga tidak bisa mengajak rekan kerjamu pergi keluar." Jelas Raleigh tanpa melunturkan senyum manisnya.

"Ck. Aku tidak memikirkan memiliki kekasih dalam waktu dekat." Balas Megan sambil tersenyum simpul.

"Ini Cold Americano dan Cheese Cake. Anything else?" tanya seorang pelayan cafe itu sambil meletakan segelas Cold Americano dan Cheese Cake di meja.

"Saya pesan Hot Cappucino." ucap Raleigh menatap pelayan itu ramah.

Pelayan itu sedikit tersipu dengan tatapan Raleigh. Tentu saja. Lelaki yang sedang tersenyum ini memiliki wajah yang standar model.

"Hanya itu?" tanya pelayan itu, Raleigh hanya mengangguk dan pelayan itu permisi pergi.

"Jadi, apa maksudnya dengan 'tidak baik' itu?" Tanya Raleigh penasaran. Lelaki itu melihat mata Megan yang terlihat sembab.

"Apa karena putus cinta? atau cinta tak terbalas? Atau hal lain?" Tanya Raleigh lagi karena tidak mendapat jawaban dari perempuan cantik di depannya ini.

"Apa kau pernah menyukai seseorang yang tidak menyukaimu, Raleigh?" Tanya Megan tanpa memperdulikan pertanyaan yang lelaki itu ucapkan.

"Kenapa kau bertanya??" Tanya Raleigh kemudian namun yang ia dapatkan hanyalah tatapan sayu dari Megan. Lelaki itu menghela nafas panjang.

"Hm...Saat berusia 15 tahun aku menyukai seorang gadis cantik dan manis. Ia lebih muda 4 tahun dariku. Namun sebelum aku mengungkapkan perasaanku, ia sudah dulu pergi ke Seattle bersama keluarganya. Namanya Lily. Aku yang memberikan nama itu." Jelas Raleigh panjang lebar sambil terkekeh pelan.

"Aku juga berasal dari Seattle." celetuk Megan dengan dahi mengerut.

"Ada banyak pegawai yang berasal dari Seattle di kantor kita." Balas Raleigh tanpa sambil menatap jendela.

Keduanya tampak larut dalam obrolan kecil dan menyenangkan, bahkan Megan terlihat sangat bahagia karena lelucon Raleigh.

Tanpa keduanya sadari, dari daun pintu masuk cafe terlihat seorang lelaki tengah menatap tajam kearah dua insan yang sedang bercanda tawa itu dengan tangan mengepal kuat.

TBC

Hai balik lagi....nih aku kasih satu part lagi sebagai permohonan maaf karena telat update hhhhh

*Jika ada kesalahan penulisan, tolong beritahu melalui komentar supaya saya bisa memperbaikinya*

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 331K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
677K 1.3K 15
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...
2.5M 274K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
250K 768 9
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...