Stole The Bastard Heart

By kiranaabella

376K 14.5K 410

All Rights Reserved | Based on The Bastard Series. The first book of The Bastard Series. All stories contain... More

1. Meet The Trouble Maker
Cast 1
2. You?!
3. He's My Boss!
Cast 2
4. Let's Start This Game
5. Playing With The Real Bastard
6. I'm Not Afraid of You Boss
Cast 3
7. Plan
8. At Night Party
9. A Day With Jerk
10. The Devil Side
11. Secret
12. New Routine
13. A Good Devil
14. Overthinking
INFO
15. Devil's mission
16. This is wrong
17. Devil's Plan
18. Gonna be mine
19. Stupid Sean
20. I Like You
22. Huh..Bad day ever
23. I Dont Know How To Explain That
24. Between Feeling and Logic
25. Stupid Feeling or Stupid Sean?
26. Fail
27. Leave me alone
28. All Over
29. Back to Stranger I
30. Back To Stranger II
31. Shouldn't Have Met
32. Disturbing
INFO
33. Ups..
34. My Heart Almost Melts
35. I'll Marry You
36. Sean and His Struggles
37. Finally
38. I'll Be Yours for a Thousand Lives
39. Never Tear Us Apart
40. Officially Mrs. Lawrence

21. Marriage aren't one of my planning

7.4K 307 12
By kiranaabella

Sean tersenyum,
"Aku juga menyukaimu Megan Sanders."
Setelah itu ia berjalan menuju kemudi sambil melempar kunci mobilnya keatas. Ia tersenyum seperti anak remaja yang baru saja merasakan cinta.

-----

Jangan lupa comment dan vote 🖤

Hening.

Terasa hening ditambah suhu AC yang dingin membuat suasana tampak canggung. Dua orang manusia tengah bergelut dengan pikirannya kemudian salah satu diantaranya menghela nafas panjang.

"Sean,,apa kau tidak pulang? " akhirnya Megan menyerah dalam adu hening ini. Ia menghela nafas berat seakan sedang menghadapi masalah besar.

"Ini rumahku jadi untuk apa aku pulang?"

Megan menggertak giginya kesal. Ia akan menyesal jika terus-terusan berdebat dengan lelaki bermarga Lawrence ini.

"Ya..Baiklah terserah..Aku tidak peduli." ucap Megan pelan sambil berjalan menuju kamar namun ia berhenti karena Sean mengikutinya.

"Sean bisakah kau meninggalkanku sendiri kali ini?" tanya Megan dengan nada rendah.

Lelaki itu sedikit tertegun karena wanita ini tidak mengeluarkan kata-kata kebun binatangnya. Ia kemudian mengangguk pelan dan berjalan kearah kamar khususnya.

Dari dalam kamar terdengar suara gemericik air yang begitu jelas. Terlihat seorang lelaki dengan tubuh kekarnya tengah membersihkan diri. Setelah menghabiskan waktu selama 15 menit, Sean akhirnya keluar dengan menggunakan handuk sepinggang, hal ini tentu menjadi pemandangan yang sangat diinginkan para wanita.

Tak lama, ponselnya berbunyi dengan keras, ia kemudian meraih ponsel tersebut dan mendekatkan benda pipih itu pada telinganya.

"Ada apa Kendrick?" Tanya Sean pada Kendrick,

"Investasi dengan Future Group  dan Shawn.Co berada diujung pembatalan, pihak kita tidak bisa  menangani masalah ini." Kendrick menjelaskan perihal alasan ia menelepon tengah malam pada bosnya ini,

"Apa masalahnya?"

"Itu Tuan,,,"

"KATAKAN CEPAT!!!"

"Ada pihak yang mengetahui pekerjaan gelap perusahaan, Tuan."

"Sial..." Sean mengumpat keras. Sial bagaimana ini bisa terjadi padahal pekerjaan itu sudah ditutup rapat.

"Baiklah, atur rapat direksi besar-besaran pada jam 9 besok. Kau urus undangan rapat pada dua perusahaan itu."  Setelah mengucapkan itu, Sean menutup teleponnya dengan kasar. Ia berulang kali menghela nafas keras. Baiklah, dunia bisnis ini sangat menarik.

Sean kemudian men-dial seseorang lagi,

"Bianca atur rapat dadakan pada jam 9 pagi besok di ruangan besar lantai 4 dan panggil semua direktur dari setiap divisi untuk bersiap-siap. Ini akan menjadi rapat yang panjang jadi kau juga harus menyiapkan materi." Jelas Sean panjang lebar pada Bianca, sekretarisnya.

"Kenapa sangat mendadak Tuan?" Tanya Bianca terdengar bingung,

"Jangan bertanya, kau hanya perlu menyiapkan laporan perusahaan dalam dua bulan terakhir." Setelah itu Sean menutup ponselnya.

Ia duduk termenung dengan dahi berkerut. Matanya menyalang seakan ada yang mengusiknya dengan ganas. Dengan sigap ia memakai baju dan pergi keluar.

"Kau pulang?" Tanya Megan tiba-tiba namun tidak digubris oleh Sean. Lelaki itu hanya melewati Megan tanpa berkata apa-apa.

"Woah...ekspresi macam apa itu? Dia mengabaikanku?" Ucap Megan lagi, ia menatap punggung Sean yang mulai menjauh.

"Ternyata benar, dia tidak benar-benar dengan ucapannya." Megan menghembuskan nafasnya berat kemudian ia menggeleng keras,

"Tidak-tidak...Kenapa aku sedih? Ck harusnya aku senang dia bersikap dingin." Ia kemudian tersenyum dan berjalan menuju kamarnya.

                                                                                             ****
"Kendrick, hilangkan semua bukti tanpa meninggalkan jejak. Pastikan kau tidak melewatkan semua bagian."

"....Dan minta kepada Dave untuk menutup sementara di wilayah Barat laut." Sean berucap pada Kendrick yang saat itu sama-sama berada di kantor.

"Baik, Tuan."

"Baiklah..lakukan itu dan pulanglah.."

"Bagaimana dengan Tuan?" Tanya Kendrick terdengar khawatir.

"Ada yang harus kukerjakan." Balas Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer.

"Baiklah. Kalau ada masalah, Tuan bisa menelepon saya kapan saja. Saya permisi." Kendrick menunduk hormat dan berlalu dari ruangan kebesaran Sean itu.

Sean terduduk dikursinya dan memijat pelan pangkal hidungnya. Dahinya mengerut, tatapan tajam bak elang kini terlihat memudar digantikan dengan tatapan kelelahan dan letih dari seorang Sean Lawrence.

Ia kemudian menyibukkan diri dengan komputernya bahkan ia tidak menyadari bahwa jarum sudah menunjukkan pukul 4 pagi.

Sean tampak mengerang pelan dan memijat bahunya yang terasa sangat sakit. Ia tampak melirik arlojinya pelan dan bergegas keluar dari ruangan itu.

5 AM

Sean berjalan kearah ruang tamu, ia mengerutkan dahinya karena ada sosok bayangan seseorang yang sedang meringkuk dengan sebuah buku ditangannya ditambah dengan lampu yang remang-remang.

Ia kemudian menutup pelan matanya, ia baru ingat bahwa ia pulang ke penthouse yang ia pinjamkan pada wanita yang tengah meringkuk dengan tenang ini.

"Mengapa kau tidak tidur di kamar,huh? Apa kau menungguku?" Batin Sean sambil menyelipkan beberapa anak rambut yang menghalangi wajah cantik Megan.

Ia tersenyum. Sangat tipis, bahkan tidak ada yang menyadari bahwa ia sedang tersenyum. Tanpa basa-basi, Sean menggendong Megan ala bridal style menuju kamarnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 AM, terlihat Sean sudah rapi dengan jas hitamnya. Lelaki itu terlihat begitu menawan dan berwibawa dengan setelan formal dan tentu saja tampan. Kalau dilihat dari berbagai sudut, lelaki berusia 26 tahun ini tidak memiliki kekurangan. Tentu saja! Siapa yang berani mengatakan lelaki ini memiliki kekurangan. Semua orang memuja seorang Sean Lawrence seakan lelaki itu adalah sesuatu yang langka dan berharga seperti berlian.

Sean tengah sibuk dengan dasi di lehernya sementara ada perempuan yang tengah mengamati lelaki itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia menghela nafas dan berjalan pelan menuju lelaki berjas itu.

"Apa seorang pebisnis sepertimu bahkan tidak bisa mengikat dasi?" Megan tersenyum singkat kemudian mengambil alih dasi yang terlilit tidak beraturan itu.

Jarak keduanya kurang lebih 5cm dan sialnya Sean harus sedikit menjongkokkan badannya karena postur tubuh Megan yang pendek. Baik Megan maupun Sean saling diam namun tidak ada yang mengetahui apa yang mereka pikirkan selama beberapa saat itu.

Sean yang tampak patuh pada Megan dan Megan yang semakin memperlakukan Sean dengan manis. Tidak ada yang mengetahui perasaan Sean, bahkan lelaki itu terjebak di perasaannya pada Megan atau meneruskan taruhan itu bersama teman-temannya.

"Nah...Sudah!" pekik Megan tampak girang karena berhasil mengikat dasi Sean dengan sempurna.

"Apa kau sedang merencanakan sesuatu, Megan?"

Perempuan itu mengerutkan dahinya bingung, lelaki ini kadang-kadang tidak dapat dimengerti, "Merencanakan apa maksudmu?"

Sean tertawa pelan seakan objek didepannya ini adalah sesuatu yang pantas di tertawakan, ia menghela nafas pelan,

"Kau berencana menggodaku? Ah, apakah kau telah bersedia melempar badanmu padaku?" Sean mendekati wajah Megan dan mencium pelan daun telinga perempuan tersebut.

Megan melotot dan mendorong keras dada bidang Sean, lelaki itu sama saja! Sama-sama memiliki pikiran jorok yang menjijikan.

"Jauhkan pikiran kotormu itu Sean. Aku tidak akan menyerahkan diriku sebelum kau...." ucapan Megan terpotong karena ia sadar apa yang akan ia ucapkan selanjutnya, sebelum kau menyukaiku juga. Ucap Megan dalam hati.

"Sebelum aku apa?" desak Sean penasaran,

"Ah tidak apa-apa...Bukannya kau harus sarapan? Aku akan memasakkan sesuatu untukmu." ucap Megan mencoba mengalihkan pembicaraan, ia mencoba pergi dari hadapan Sean namun lelaki itu sudah menarik pinggul Megan dan memeluk perempuan itu dengan erat.

"Katakan." ucap Sean tepat di telinga Megan. Perempuan itu sedikit bergetar karena terlalu dekat dengan Sean. Tidak! Ia sudah sering berdekatan dengan Sean namun sekarang perasaannya berbeda. Ia bahkan terlalu gugup sekadar melirik mata coklat Sean.

"Tidak apa-apa Sean! Aku-" ucapan Megan terputus karena seseorang berteriak dari daun pintu.

"SEAN!!! WHAT ARE YOU DOING???!! MOM! COME HERE!" teriak seseorang menggema diseluruh ruangan.

"Damn it!"

Sean dengan sontak mendorong badan Megan. Perempuan itu tampak seperti orang bodoh sekarang.

"Megan. Dengarkan aku kali ini, katakan bahwa kau adalah kekasihku. Tolong kali ini saja bantu aku." Sean tampak memohon sambil memegang kedua tangan Megan.

"Who's that Sean?" tanya Megan menghiraukan ucapan Sean.

"Dia adikku. Tolong-"

"SEAN!" ucapan Sean terpotong karena seorang wanita cantik memanggilnya dengan wajaha tidak bersahabat.

Kedua pelaku tersebut kini terlihat sedang duduk diruang tamu dengan seorang wanita yang seperti hakim yang ingin memberi hukuman berat. Siapa lagi kalau bukan Megan dan Sean bersama Hanna-ibu Sean dan ditambah Savana-adik Sean.

"Sean, wanita mana yang kau bawa sekarang? Kau tidak bosan menanam benihmu di rahim para wanita liar?" semprot Hanna dengan tatapan tajam yang mengarah pada Megan, perempuan yang ditatap itu seakan sedang berpikir sesuatu, Sepertinya aku pernah melihat perempuan tua ini...tapi dimana,,kenapa aku lupa.

"Ck. Lihatlah Mom kelakuan anak lelakimu yang katanya pemimpin sebuah perusahaan ini... Sungguh perbuatan hina" ucap Savana seakan membuat api antara ibu dan anak itu semakin menjadi-jadi.

"Savana kau-" geram Sean pada adik perempuannya itu. Matanya kini  menatap Savana dengan tajam seakan anak perempuan itu adalah musuh di dunia bisnisnya.

"Sean jawab! Siapa pelacur gila harta ini." bentak Hanna memotong ucapan Sean.

"Hei Nyonya...Saya bukan pelacur! Saya juga bukan gila harta. Saya tidak menggoda anak lelaki anda tetapi dialah yang selalu menempel seperti lem kepada saya. Saya juga sebenarnya tidak tertarik dengan dunia orang kaya. Tetapi saya menyukai anak lelaki anda lebih dari saya menyukai harta kekayaannya. Saya tidak peduli apakah Sean berada di kehidupan miskin atau kaya. Saya....sudah terlanjur menyukai Sean Lawrence." Megan terlihat menaikkan dadanya naik-turun karena berbicara panjang lebar pada Nyonya besar keluarga Lawrence itu. Ia tentu tidak terima dihina apalagi disebut sebagai 'pelacur'.

Baik Sean, Hanna, maupun Savana tercengang mendengar ucapan yang keluar dari bibir perempuan cantik yang masih mengenakan baju tidur ini.

"Kau-" ucap Hanna terbata sambil memandang shok kearah Megan.

"Dia kekasihku, Mom. Kami sudah bersama selama 5 bulan. Maaf tidak bisa mengatakan padamu waktu itu. Aku hanya takut kau tidak merestui karena sekarang ia masih seorang mahasiswi."

"Sean kau mengencani anak dibawah umur?" tanya Savana,

"Apa maksudmu? aku tidak begitu tua untuk kau sebut 'mengencani anak dibawah umur' " kilah Sean mendengar ucapan Savana.

"Apa kau serius mengencani perempuan ini?"

"Tentu saja. Aku bahkan sudah serius padanya. Aku hanya menunggu Megan lulus kuliah dan kemudian menikahinya." jelas Sean dengan serius.  Megan memutar matanya malas, bahkan selain hebat di dunia bisnis, lelaki ini hebat dalam bersandiwara. Tidakkah lelaki ini pantas diberi sebuah penghargaan dalam kategori The Best Actor di Oscar Award?

"Ah..Aku mengerti sekarang. Kenapa harus menunggu? Kalian bisa menikah bahkan jika dia masih berkuliah." ucap Hanna tampak bersemangat.

"Wait...what?!" ucap keduanya kaget sambil menoleh satu sama lain.

TBC

HUHUHU Maaafff banget baru bisa update sekarangg......sumpah aku dah kerjain cuma file ceritanya error jadi harus ngulang dari awal, abis itu aku ngga punya ide cerita lagi....maaf udah nunggu lamaa

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 99.1K 46
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
8.6M 107K 43
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
491K 25.1K 45
Bagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.
369K 8.9K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...