Stole The Bastard Heart

By kiranaabella

373K 14.5K 410

All Rights Reserved | Based on The Bastard Series. The first book of The Bastard Series. All stories contain... More

1. Meet The Trouble Maker
Cast 1
2. You?!
3. He's My Boss!
Cast 2
4. Let's Start This Game
5. Playing With The Real Bastard
6. I'm Not Afraid of You Boss
Cast 3
7. Plan
8. At Night Party
9. A Day With Jerk
10. The Devil Side
11. Secret
12. New Routine
13. A Good Devil
14. Overthinking
INFO
15. Devil's mission
16. This is wrong
17. Devil's Plan
19. Stupid Sean
20. I Like You
21. Marriage aren't one of my planning
22. Huh..Bad day ever
23. I Dont Know How To Explain That
24. Between Feeling and Logic
25. Stupid Feeling or Stupid Sean?
26. Fail
27. Leave me alone
28. All Over
29. Back to Stranger I
30. Back To Stranger II
31. Shouldn't Have Met
32. Disturbing
INFO
33. Ups..
34. My Heart Almost Melts
35. I'll Marry You
36. Sean and His Struggles
37. Finally
38. I'll Be Yours for a Thousand Lives
39. Never Tear Us Apart
40. Officially Mrs. Lawrence

18. Gonna be mine

8.9K 351 9
By kiranaabella

Sean tersenyum licik. Matanya menggelap dan suasana di Helipad itu terlihat mencekam.

"Kendrick. Bereskan semua senjata ini dan masukan ke dalam helikopter. Kita akan memulai pekerjaan baru yang menyenangkan." ucap Sean tanpa membalas pertanyaan Kendrick. Lelaki itu tampak menikmati pekerjaannya ini. Benar-benar brengsek bukan?


ーーーーーーーーーーー
Jangan lupa comment dan vote ♥

Sean mengedarkan pandangannya pada penjuru mansion Philadelphia . Ia tersenyum licik. Ini akan sangat menyenangkan.

Sean tampak menelepon seseorang dan berbicara dengan serius. Beberapa menit kemudian ia kembali dan menyuruh bawahannya untuk masuk ke dalan ruang penyiksaan.

Sean tampak mengamati seorang lelaki dengan lebam yang banyak hampir di seluruh badannya.

"Paul Walson. Temanku. Apa yang kau rencanakan selama 1 tahun ini?" Sean memiringkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Paul yang babak belur.

"You think I'm stupid? Hah?!" murka Sean. Cukup sudah ia berbasa-basi.

"Dengar Mr. Walson. Kau harus belajar lebih untuk bisa mengalahkanku. Memalsukan surat kerjasama? Kidding me, bro?" Sean tampak meredam emosinya terhadap lelaki bernama Paul Walson itu. Lelaki itu telah membuat Sean murka karena telah mengkhianati kepercayaannya.

"Kau bodoh Sean. Benar-benar bodoh. Aku baru mengetahuinya setelah bekerjasama denganmu." Paul tersenyum miring seakan mengejek Sean.

Sean hanya tersenyum samar. Rencana-rencana licik sudah tersusun dengan rapi di otak pintarnya.
"Oh benarkah?" tanya Sean santai, ia kemudian merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sebuah pisau kecil dan menatap pisau itu dengan senyum bangga.

"Hei! Kurasa tato di dadamu akan semakin bagus jika ku tulis dengan namaku. Sean atau Lawrence? Oh tidak..Sean Lawrence terlihat bagus di dadamu Mr. Walson." Sean berucap sambil membolak-balik pisau di tangan kanannya.

Paul Walson hanya menatap benci kearah Sean tanpa berucap. Ia masih mencoba untuk membebaskan diri dari ikatan tali yang membuatnya tidak bisa bergerak.

Dengan pelan Sean membuka satu per satu kancing baju Paul. Lelaki itu berontak seakan ingin melawan perlakuan Sean.

"Calm down Mr. Walson. You need to get your pretty tattoo.." ucap Sean menenangkan. Sangat menyenangkan.

"Fuck You Sean! Argghh! Shit! Go to the hell you Sean Fucking Lawrence! Arggghh..." Paul terus mengumpat ketika Sean melancarkan aksinya untuk melukai dada Paul dengan pisau lipatnya.

"Wow..Aku tidak mengetahui bahwa membuat tato membuat darahmu keluar." ucap Sean bangga karena di dada Paul tercetak nama "Sean Lawrence" dengan darah yang berceceran di sekitarnya.

Paul menatap Sean dengan nafas memburu karena menahan rasa sakit yang luar biasa di dada penuh tato nya.

"Not bad, right?"

"Sean. Akan aku pastikan gadismu itu akan mati beberapa jam lagi HAHAHA..." Paul tertawa kencang. Rencananya hampir berhasil untuk menghancurkan seorang Sean Lawrence.

"Siapa yang kau maksud dengan gadisku? " tanya Sean sambil menarik rambut Paul dengan kasar.

"Megan Hailee Sanders. Bukankah gadis 19 tahun itu kekasihmu?" Paul berucap sambil tersenyum licik.

Sial! Darimana dia tau mengenai Megan. Batin Sean mengumpat.
"Kau.. Jangan libatkan gadis itu dalam masalah ini. Kau dengar?! Dasar pecundang sialan!" Dengan keras Sean menampar wajah Paul sehingga darah keluar dari sudut bibirnya.

"Kendrick. Bunuh pecundang ini. Aku akan kembali ke New York sekarang." Sean kemudian melenggang keluar meninggalkan Paul yang sedang tertawa kencang.

"PERCAYALAH SEAN, GADISMU TIDAK AKAN SELAMAT SAAT KAU BERADA DI NEW YORK!! HAHAHA JALANGMU AKAN MATI BEDEBAH GILA!!" Paul berteriak kencang.

Tanpa aba-aba, Sean mengeluarkan pistol dari jasnya dan menembak kepala Paul sebanyak 3 kali.
"Urus dia. Aku tidak mau polisi mencium jejak pecundang ini." ucap Sean dengan wajah yang sangat menyeramkan.

"Baik, Tuan." ucap 2 orang berbadan besar sambil menyeret mayat Paul Walson.

***
New York, 4 AM.

Dengan kecepatan penuh, Sean mengendarai mobilnya. Umpatan demi umpatan ia layangkan sambil sesekali menampar setir.

"Aku benar-benar akan menghancurkan siapa saja yang berani mengganggu gadis itu." ucap Sean geram. Buku-buku tangannya memutih. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan.

Setelah menyetir sekitar 15 menit dari kantornya, Sean menepikan mobil hitamnya sembarangan di halaman parkir.

Ia mengetik password penthouse Megan karena itu adalah penthouse nya yang ia titipkan ke Megan. Wajar bukan?

Perasaan khawatir dan emosi bercampur aduk jadi satu. Langkah besar itu kemudian berjalan menuju kamar.

Disana...

Gadis itu.. Terlihat tertidur pulas dengan memeluk sebuah boneka Stitch.

"Oh God! Megan.. Are you alright?" Tanya Sean sambil memeluk erat Megan yang tengah tertidur.

"Maafkan aku yang telah melibatkanmu dalam masalahku..Ini.. Memang salahku.." Sean berucap dengan lirih sambil terus memeluk Megan.

Gadis itu merasa terganggu karena seseorang yang memeluknya erat. Ia mulai terusik ketika suara seperti gumaman terdengar sangat nyata di telinganya. Perlahan matanya mulai terbuka dan kaget ketika Sean memeluknya dengan erat.

"Apa yang kau lakukan Sean?" tanya Megan dengan suara serak khas bangun tidur.

Matanya Sean terbuka lebar. Ia menangkup wajah Megan dengan kedua tangannya.

"Aku akan melindungimu." ucapnya lagi kemudian memeluk gadis yang tengah bingung itu dengan erat.

"Apa? Siapa melindungi siapa? Kenapa kau sangat aneh?" tanya Megan setelah kesadarannya terkumpul penuh.

Tepat beberapa menit setelah itu, sebuah tembakan dengan tepat mengarah ke jendela kamar Megan dan mengakibatkan kaca itu pecah. Megan terkejut setengah mati melihat kejadian itu.

"Se.. Sean..a-apa itu? Itu pasti peluru nyasar kan?"

"Tidak. Kita harus pergi dari sini." ucap Sean kemudian menarik tangan Megan menjauh. Sebuah peluru tiba-tiba mengenai lengan kanan Sean. Lelaki itu tidak terlalu kesakitan namun perempuan di sampingnya ini terlihat menahan sakit.

"Sean..lenganmu? Itu pasti sakit."

"Tidak sakit." balas Sean dengan dingin.

***

Sean kemudian membawa Megan ke mansionnya karena ia tidak mempunyai pilihan lain.

"Sean, bisa jelaskan apa yang terjadi? Kenapa kamarku di tembak?" desak Megan karena dari tadi lelaki itu hanya diam menatapnya, tentu ia merasa risih dan malu..

"Sean..Ah! Dimana kotak P3K?" tanyanya lagi karena baru ingat bahwa lelaki itu tertembak beberapa menit yang lalu

"Aku tidak apa-apa. Ini hanya goresan kecil, Megan."

"Hei! Selain bajingan, kau juga keras kepala, huh?"

Sean mendengus pelan dan menunjuk laci tempat P3K berada. Perempuan itu berlari kecil dan kembali dengan kotak putih. Ia kemudian duduk tepat di samping Sean.

"Lepaskan jasmu...dan juga.. Bajumu.." ucap Megan sedikit malu.

"Aku tidak apa-apa." Mendengar itu, Megan membuat wajah garangnya pada Sean.

"Oke..Oke." ucap Sean lagi karena ia tau perempuan itu tak segan untuk memukulnya kalau keinginannya tidak terpenuhi.

Sean mulai membuka jas dan kemeja nya. Terlihat dengan jelas darah berceceran di lengan lelaki tampan itu.
Megan kemudian mulai mengobati luka itu. Walaupun hanya tergores peluru namun Megan terlihat serius dalam kegiatan mengobati lengan Sean.

"Lihat..lukanya tidak terlalu serius.." ucap Sean jengah.

Megan tidak menanggapi ucapan Sean, ia masih terus fokus pada pekerjaannya. Jarak wajah Sean dengan Megan tidak terlalu jauh. Hal itu membuat Sean sedikit merona karena melihat wajah serius Megan dari dekat. Ia kemudian berdehem pelan dan memalingkan wajahnya. Ia malu karena tidak mau mengakui bahwa sebenarnya dirinya menyukai sosok Megan Sanders, perempuan yang seharusnya jadi bahan taruhan. Ini tidak boleh terjadi, aku tidak akan jatuh terlebih dahulu. Batinnya berucap.

"Akhirnya! Hei! Apa yang kau lamunkan?" tanya Megan ketika melihat Sean melamun sambil memalingkan wajahnya.

"Hah? Apa yang kau katakan tadi?" tiba-tiba Sean terkejut dan refleks menjauhkan dirinya dari Megan. Perempuan itu mengerutkan dahinya bingung tetapi kemudian mengangkat bahunya tidak peduli.

Megan kemudian beranjak dari kursi dan menaruh kotak P3K ke dalam laci lagi. Ia menengok ke arah lelaki yang tengah menatap serius layar ponselnya.

"Sean..Kau harus istirahat." ucap Megan tiba-tiba, bahkan ia tidak sadar bahwa dirinya mengucapkan kalimat yang mengandung 'kekhawatiran' itu.

"Aku tidak sakit keras...Miss Sanders? Kau mengkhawatirkanku?" tanya Sean tiba-tiba sambil berjalan pelan ke arah Megan. Perempuan itu gelagapan dan ingin kabur dari sana tetapi terlambat, lelaki itu telah menangkap pinggangnya dan merapatkan badan Megan pada dada telanjangnya.

"Coba ulangi apa yang kau katakan tadi?" tanya Sean dengan nada sensualnya. Ia menggerakkan tangannya pada punggung Megan. Hell! Gadis ini tidak memakai bra?

"Kau.. Tidak memakai bra?" tanya Sean lagi, ia benar-benar tidak menyadari bahwa perempuan itu tidak memakai bra, di pikirannya hanya rasa khawatir. Sungguh hal sekecil ini saja dapat membuat juniornya memberontak.

"Itu kau tau! Kenapa masih bertanya! Ugh! Lepaskan sialan!" Pekik Megan meronta. Hal itu membuat Sean dapat merasakan benda kenyal yang bergerak-gerak di dadanya.

"Shit! Megan! I can't wait for it. I need you right now..." ucap Sean sebelum ia menyapu habis bibir Megan dengan lahapnya. Perempuan itu awalnya berontak dan kaget tetapi tidak berselang ia mulai mengikuti pemainan Sean, bahkan entah sejak kapan Megan sudah duduk di atas meja dan mengalungkan kakinya pada pinggang Sean.

Perempuan itu beberapa kali mendesah nikmat sambil menjambak rambut Sean. Tangan lelaki itu tidak tinggal diam, tangan kanannya mulai meraba dada Megan dan meremasnya dengan keras. Desahan demi desahan keluar dari bibir keduanya,

"Se-sean.. Cuk-cukup... Ahhshh.." ucapan Megan terputus karena tangan lelaki itu sudah meraba-raba vagina nya. Ia mengejang nikmat kala tangan nakal Sean memainkan vaginanya yang masih tertutup hotpants dengan gerakan cepat.

"Oh Baby.. Kau sudah basah.." ucap Sean sambil terus melancarkan aksinya.

Lelaki itu tidak tahan dan membawa Megan ala bridal style menuju kamarnya yang tepat berada di samping meja itu.

Ia melemparkan badan Megan pelan dan menindih badan mungil itu. Suara yang berasal dari bibir keduanya memenuhi sudut ruangan.

"Megan..I want you.." ucap Sean dengan serak. Kabut gairah telah memenuhi penglihatan Sean.

"Sean..Aku tidak bisa.. Ahhhshhh.." Megan masih sempat menolak tetapi dengan ganasnya Sean menciumnya dan menelusupkan tangannya ke dalam hotpants Megan.

Tangan Sean semakin gencar untuk membuat Megan orgasme. Perempuan itu terus mengejang saat tangan kanan Sean memainkan klitorisnya dengan gerakan cepat. Megan menangkup rapat pahanya tetapi dengan sekali hentakan Sean dapat membuat Megan mengangkang lagi.

"Sean aku tidak kuat!" teriak Megan frustasi. Sean dapat merasakan sebuah cairan keluar dari vagina Megan.

"Biar aku bersihkan." setelah mengucapkan itu, Sean membuka hotpants Megan dengan sekali hentakan. Perempuan itu refleks menutup rapat-rapat dengan pahanya namun dengan kekuatan Sean, pahanya kembali terbuka dan dapat terlihat pemandangan indah menurut Sean.

Megan tiba-tiba terkejut saat dengan cepatnya mulut Sean sudah berada di vaginanya. Lelaki itu menjilat dan menghisap kuat cairan yang keluar itu.

Megan terus mendesah sambil sekali-kali menarik kuat rambut Sean.
Saat sudah merasa puas, Sean kembali menindih badan Megan, entah sejak kapan, keduanya sudah full naked.

"Megan.. Bolehkah?" tanya Sean memastikan. Perempuan itu hanya diam sambil memejamkan matanya.

"Oke.. Aku anggap itu boleh.." Sean tersenyum miring dan mulai memposisikan juniornya pada vagina Megan. Tetapi hal itu terhenti ketika ponsel lelaki itu terus berbunyi tanpa ampun. Sean tampak tidak memperdulikan itu tetapi itu terus menggangu nya.

"Ada apa?!" ucapnya kesal pada sang penelpon.

"......."

"APA?! SIAPA LAGI YANG KAU MAKSUD ITU?! BUKANKAH PAUL SUDAH KUBUNUH!?"

"......"

"WHAT THE FUCK!! aku akan datang 20 menit lagi."

Megan yang mendengar itu hanya mengangga. Sean seorang pembunuh? Maksudnya apa? Siapa Paul?

Sekelibat pertanyaan muncul di otak cantik Megan.

"I'm sorry honey.. I must go..take care of yourself..I'll be back on 8 AM." Ucap Sean sambil berjalan menuju walk in closet miliknya.

"Wait! What? What do you mean? Are you killing someone? Who is Paul?" tanya Megan sambil mengekor pada Sean. Ia tidak menyadari bahwa dirinya sekarang sedang naked.

"Baby... Kau sedang menggodaku,hm?" Mata Sean terus mengarah ke dada sintal Megan. Perempuan itu kemudian menyadarinya dan dengan refleks ia mendudukan dirinya di lantai.

Sean terkekeh pelan sambil memakai baju lengan pendeknya. Ia kemudian berjalan menuju Megan dengan sebuah baju di tangan kanannya.

"Pakai ini...kau terlihat sangat seksi tanpa busana..aku tidak bisa melanjutkannya sekarang.." ucap Sean sambil menyodorkan sebuah baju berwarna hitam.

"Jangan kemana-mana selama aku pergi. Diluar sangat bahaya..aku pergi.." Sean mengacak rambut Megan pelan dan berlalu dari sana.

Perempuan itu hanya mematung. Jantungnya berdetak tidak karuan karena perlakuan Sean barusan. Ia sudah sering di panggil dengan 'honey...baby' tetapi hari ini panggilan manis itu terdengar begitu tulus di telinga Megan.

"Aku tidak mungkin menyukainya kan?"

TBC

Next gak? Hayo pada penasaran gak sama hal yang buat Sean harus pergi? Atau penasaran gak sama perasaannya Megan sama Sean?
Next gakkkkk?? XD

Sekalian follow ig author yakk wkwkw @jingle_.bella

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 19.5K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.7M 141K 30
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
6.5M 329K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
377K 32.8K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...