Bad Boy Is A Good Papa [END]

By kecoamerahmuda

37M 2.3M 323K

🍁 N E W V E R S I O N 🍁 **** Gimana pendapat lo kalau dengar kata 'bad boy'? Nakal? Always. Playboy? Mayori... More

🍁 S A T U 🍁
🍁 D U A 🍁
🍁 T I G A 🍁
🍁 E M P A T 🍁
🍁 L I M A 🍁
🍁 E N A M 🍁
🍁 T U J U H 🍁
🍁 D E L A P A N 🍁
🍁 S E M B I L A N 🍁
🍁 S E P U L U H 🍁
🍁 S E B E L A S 🍁
🍁 D U A B E L A S 🍁
🍁 T I G A B E L A S 🍁
🍁 E M P A T B E L A S 🍁
🍁 L I M A B E L A S 🍁
🍁 E N A M B E L A S 🍁
🍁 T U J U H B E L A S 🍁
🍁 D E L A P A N B E L A S 🍁
🍁 S E M B I L A N B E L A S 🍁 1/2
🍁 S E M B I L A N B E L A S 🍁
🍁 D U A P U L U H 🍁
🍁 D U A P U L U H S A T U 🍁
🍁 D U A P U L U H D U A 🍁
🍁 D U A P U L U H E M P A T 🍁
🍁 D U A P U L U H L I M A 🍁
🍁 D U A P U L U H E N A M 🍁
🍁 D U A P U L U H T U J U H 🍁
🍁 D U A P U L U H DE L A P A N 🍁
🍁 D U A P U L U H S E M B I L A N 🍁
🍁 T I G A P U L U H 🍁
🍁 T I G A P U L U H S A T U 🍁
🍁 T I G A P U L U H D U A 🍁
🍁 T I G A P U L U H T I G A 🍁
🍁 T I G A P U L U H E M P A T 🍁
🍁 T I G A P U L U H L I M A 🍁
🍁 T I G A P U L U H E N A M 🍁
🍁 T I G A P U L U H T U J U H🍁
🍁 T I G A P U L U H D E L A P A N 🍁
🍁 T I G A P U L U H S E M B I L A N 🍁
🍁 E M P A T P U L U H 🍁
🍁 E M P A T P U L U H S A T U 🍁 ENDING
Hello 🙃
🍁 B O N U S 🍁
🍁 B O N U S 🍁

🍁D U A P U L U H T I G A🍁

791K 50.5K 8.5K
By kecoamerahmuda

Typo bertebaran.

***

"Thur, kamu gimana sih?! Masa dapatnya cuma ranking lima?!" 

Arthur kembali menebalkan telinganya ketika mendengar ocehan Kinzy tentang urutan ranking-nya dari hasil ujian tengah semester. Arthur terus memfokuskan pandangannya pada jalan raya tempatnya berkendara saat ini.

"Mana dari bawah lagi!" Tambah Kinzy.

"Itu udah naik kali, Zy." Arthur membela diri untuk kesekian kalinya.

"NAIK EMPEDUMU!" Tukas Kinzy geram.

"Yaudah, iya." Jawab Arthur.

"Jangan iya-iya aja! Ini tuh harus jadi pelajaran buat kamu, biar jangan sepele sama pendidikan! Walaupun kamu benernya cuma dua pas UN nanti, SMA kamu tetep lulus! Nanti pas kuliah bisa-bisa jadi mahasiswa abadi kamu!" Siraman rohani kembali meramaikan mobil Arthur.

"Iya, Mak.Iyaaaaa." Seru Arthur panjang. "Jadi sekarang mau makan dulu atau langsung ke kantor aku?"

"Menurut kamu?" Kinzy balik nanya masih dengan nada dongkol.

"Makan." Jawab Arthur cepat dan singkat.

"Urusan makan aja kamu cepet, kamu it--"

"Haushshuh hush hush, aku cinta kamu, hush!" Arthur langsung menyerukan suara dua lebih keras untuk merendam suara Kinzy yang memenuhi isi mobil.

Mendengar itu Kinzy langsung mingkem. Kini perasaan dan pikirannya campur aduk. Antara mau senang atau kecewa atau gugup atau kecewa atau... entahlah. Ia merasa kalau Arthur sedang mempermainkan kata cinta untuknya. Banyak orang yang berpesan agar tidak terlalu menuntut kata cinta yang keluar dari mulut, tapi lihat saja perilakunya, apakah ia menunjukkan rasa cinta atau tidak. Tapi, bukankah lebih baik untuk menunjukkan keduanya? Baik secara tersirat ataupun lisan? Sudahlah, Kinzy tidak begitu mengerti arti cinta antara seorang pria dan wanita. 

Hari ini adalah hari Rabu, hari pembagian nilai rapot dibagikan. Tapi Kinzy tidak menghadirinya. Perutnya yang semakin membesar membuatnya takut untuk menginjakkan kaki ke sekolah. Ia sudah tidak ke sekolah lagi sejak hari Senin minggu ini. Jadilah rapot Kinzy hanya dititipkan kepada salah satu sahabatnya, lalu di berikan kepada Arthur. 

Kinzy cukup puas melihat nilainya dan piala serta piagam yang dibawa Arthur tadi. Dua piala serta dua piagam yang mengukirkan 'Juara Dua Umum' dan 'Juara Satu'. Biasanya Kinzy akan mendapatkan juara satu umum, mungkin karena masalah akhir-akhir ini yang membagi pikirannya membuatnya kurang fokus untuk belajar.

Sedangkan ketika melihat peringkat dan isi rapot Arthur, darah Kinzy langsung naik. Capek-capek dia ngajarin Arthur sampai mengurangi waktu belajarnya sendiri. Ternyata yang di dapat Arthur malah peringkat 28 dari 33 siswa.

Sapaan mereka yang kini sudah ber-aku-kamu, itu bermula sejak insiden 'mahal kita' oleh Arthur. Kinzy sudah mengeluarkan kata-kata kekesalannya mendengar penuturan yang dipakai Arthur. Yang katanya jijik lah, bukan mereka banget lah, nggak  cocok lah. Tapi Arthur masih melanjutkannya tanpa mendengarkan respon Kinzy. Lama-kelamaan Kinzy pun mengikutinya dengan syarat kalau Arthur tidak boleh lagi memanggilnya dengan panggilan 'Unyil'.

Sepuluh menit sudah berlalu sejak perdebatan mereka selesai. Mobil Arthur terus berjalan sambil mencari tempat makan yang sesuai selera sekaligus searah dengan kantornya. 

Selesai dari siraman rohani episode satu tadi di apartemen, Arthur mengatakan kalau ia ada urusan penting ke kantor. Ia bertanya kepada Kinzy apakah si calon ibu itu mau ikut atau tidak, Kinzy pun menganggukkan kepalanya setelah mempertimbangkan selama beberapa menit. Toh ia juga bosan hanya mendekam di dalam apartemen selama tiga hari. 

"Disini aja kali, ya, Zy?" Arthur memelankan laju mobilnya ketika melintas di depan rumah makan Padang yang isi papan reklamenya 'Rumah Makan Padang Sederhana' tapi realitanya malah kayak restoran elit.

Tanpa melirik rumah makan yang dimaksud Arthur, keluarlah kata, "terserah."

Arthur pun menganggukkan kepalanya lalu membawa mobilnya masuk ke parkiran rumah makan Padang yang judulnya 'sederhana' ini.

Setelah merasa mobilnya pas untuk ditinggalkan di parkiran, Arthur pun mematikan mesin mobilnya lalu keluar melalui pintu kemudinya. Ia berjalan kearah pintu bagian Kinzy, rencananya biar dibukain, tapi udah keduluan dibuka dari dalam.

Arthur pun menghela napasnya. Kayaknya gue ada yang salah nih. Arthur membantu Kinzy untuk keluar. Ia menyodorkan tangannya pada Kinzy ketika Kinzy hendak turun lalu disambut oleh Kinzy walaupun dengan tampang judes yang wanita itu pasang.

Setelah menutup pintu bagian Kinzy dari luar, Arthur tidak langsung melangkah membawa Kinzy ke dalam rumah makan. Arthur lebih dulu mengusap kepala Kinzy lalu menunduk untuk menatap mata Kinzy. 

"Mukanya kenapa judes gitu? Kamu marah sama aku? Aku salah apa lagi sih? Perasaan dari atas sampe bawah, dari dalam sampe luar, aku salah semua." Ucap Arthur sendu tapi jatuh-jatuhnya malah lebay.

"Emang," jawab Kinzy singkat.

Arthur be like,

"Zy, udah dong. Aku minta maaf." Ucap Arthur beralih memegang tangan Kinzy. Tapi langsung ditepis, habis itu ditinggal. Kinzy berjalan mendahului Arthur memasuki rumah makan.

Sesampainya didalam, KInzy pun mengambil temopat yang dekat dengan kipas. Gerah soalnya. Arthur duduk disebelah Kinzy dengan wajah bebeknya yang pura-pura ngambek. 

"Zy," panggil Arthur.

"..." yang dipanggil gak niat jawab.

"Zy, tahu nggak sih, segersang-gersang Gurun Sahara, lebih gersang lagi hatiku disaat kamu cuekin cuekin aku begini." Ucap Arthur melankolis sambil memegang dadanya dan wajah yang sedih dibuat-buat.

Blush.

Gombalan receh Arthur ternyata berhasil membuat pipi Kinzy memerah. Wajah Kinzy juga sudah terlihat risih. Antara hendak tertawa atau mempertahankan wajah juteknya yang ia pasang sedari tadi.

"Cieee merah cieee," Arthur menggoda KInzy sambil menatap Kinzy lekat bersamaan dengan senyumnya yang dibuat semanis mungkin. Arthur membuat tatapan kepada Kinzy seolah-olah menyiratkan bahwa hanya Kinzy lah yang ia lihat sejauh matanya memandang. Yang lain mah nge-blur.

"Apaan sih?!" Kinzy makin salting dengan tatapan lekat itu.

"Kamu cantik." 

Fix, saat ini Kinzy rasanya sangat ingin menggaruk-garuk dinding, nyelam di perut paus, gigitin bantal sampai tipis, dan segala hal yang mampu menghilangkan rasa salah tingkahnya.

Semua kembali ke mode normal pada mata Arthur ketika datangnya beberapa pelayan yang membawa berbagai macam masakan padang lalu dihidangkan di hadapan mereka. 

***

Setelah insiden 'gersangnya Gurun Sahara' tadi, Kinzy sudah tidak marah lagi. Mereka kembali berada didalam mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju kantor Arthur.

"Thur, karyawan kamu udah tahu nggak kalo kamu udah nikah?" Tanya Kinzy tanpa mengarahkan pandangannya pada Arthur.

"Entah, yang tahu paling cuma orang-orang besar doang disana. Karyawan lain juga masih ada kok yang gak kenal muka aku." jawab Arthur sambil menggedikkan bahunya.

"Beneran gak kenal?" Kini Kinzy menatap Arthur yang masih setia megandalikan kemudinya.

"Uhum," Arthur menganggukan kepalanya. "Identitas aku di mata karyawan juga gak ada yang jelas. Ada yang bilang aku ini umur dua lima lah, dua empat lah, sampe ada yang bilang dua lapan tapi awet muda." 

" Emang sih, Thur. Kamu kalo pake setelan  gini udah kayak bapak-bapak." Kinzy terkekeh. Segitu tuanya kah Arthur dimata para karyawannya?

"Serah dah, serah." Seru Arthur dengan nada kesal sambil membelokkan mobilnya masuk kedalam pelantaran parkir perusahaan.

"Lama nggak, Thur?" Tanya Kinzy sambil melepas seatbeltnya.

"Enggak, bentar doang ini. Cuma cek berkas." Kinzy pun mengaggukkan kepalanya.

Setelah mobil berhenti, Arthur mengambil jasnya di jok belakang lalu memakainya. Begitu juga Kinzy yang merapikan rambutnya setelah itu memeriksa giginya pada cermin kecil yang selalu ia bawa, siapa tahu masih ada cabe nyempil.

Arthur keluar lebih dulu dari dalam mobil dan berjalan kearah pintu bagian Kinzy. Arthur membuka pintu Kinzy dengan niat baik sepenuh hatinya. Tapi,

"Arthur?! Pintunya kenapa langsung dibuka?! Ini aku belum selesai bersihin gigi, nanti orang lain pada lihat gimana?! Malu tahu!" Langsung kena sembur. 

Poor little Arthur.

Arthur pun buru-buru menutup pintunya pelan sambil menunggui Kinzy hingga selesai.

Beberapa detik berlalu, Kinzy pun mengetuk kaca jendela yang menandakan kalau ia sudah selesai. Arthur membukanya lalu mempersilahkan Kinzy turun layaknya seorang putri.

Mereka sudah masuk kedalam kantor Arthur. Sedari parkiran hingga saat ini, genggaman Arthur pada tangan Kinzy tak pernah lepas. Selalu menggenggamnya erat. Tentu saja itu menarik perhatian para karyawan yang berlalu lalang disekitar mereka.

Berbagai sapaan hormat dari para karyawan mengiringi langkah mereka. Jika Arthur membalas sapaan para karyawan itu dengan anggukan dan senyum tipis. Maka Kinzy tersenyum dengan kikuk dan semanis mungkin.

Mereka menaiki lift khusus para petinggi perusahaan untuk menuju ruangan Arthur yang berada dilantai 14.

"Bawa gandengan nih ceritanya?" Sambut sebuah suara bariton ketika Arthur dan Kinzy memasuki ruangan Arthur.

Arthur hanya mencibir ketika melihat kekehan orang yang sedang duduk di atas osfa ruangannya. Itu adalah Brian, umurnya 7 tahun diatas Arthur. Brian adalah asisten pribadi Arthur yang mulai mengabdi pada perusahaan mereka sejak dua tahun sebelum kekuasaan berpindah ketangan Arthur. Hubungannya pun dengan Brian terbilang cukup akrab. Arthur tidak menggunakan panggilan semacam 'abang', 'kakak', 'pak', atau 'mas'. Brian melarang keras panggilan itu, katanya ia tidak ingin semakin terkesan lebih tua dibanding bosnya sendiri.

"Kamu duduk aja." Arthur membawa Kinzy ke sofa seberang Brian. Kinzy hanya menurut lalu mengangguk sopan pada Brian.

"Berapa bulan?" Brian melirik kandungan Kinzy. 

"14 minggu, jalan 15." Jawab Arthur sambil berjalan ke kursi kekuasaannya. 

"Gue nanyanya bulan, bukan minggu!" Celetuk Brian.

"Yaudah, hitung aja sana." Balas Arthur sengit membuat Brian terkekeh.

Saat ini Kinzy tak berniat untuk melakukan apapun. Ia hanya ingin duduk diam dan melihat bagaimana cara kerja seorang berandal sekolah ketika sedang memeriksa dokumen penting. 

Arthur terlihat sangat serius untuk memahami isi dokumen didampingi oleh Brian yang duduk dihadapan Arthur. Sesekali Brian menjelaskan tentang isi dokumen itu.

"Eh, hampir aja gue lupa. Bentar, ye." Brian bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan Arthur.

Arthur haya menganggukkan kepalanya sekilas sambil mengalihkan atensinya pada Kinzy. "Gak bosen, Zy?" 

Kinzy hanya menggeleng. 

"Gak pengen ngemil?" Kinzy menggeleng lagi. "Kalo bosen kamu masuk aja kesana. Disitu ada  tempat tidur atau komputer." Arthur menunjuk pintu putih yang tertutup rapat dengan dagunya.

Kinzy pun mengangguk tanpa berniat untuk memasuki ruangan yang ditawarkan Arthur. Ia masih betah mengawasi Arthur.

Pintu ruangan Arthur kembali terbuka dan memperlihatkan sosok Brian yang datang sambil memegang undangan pernikahan ditangan kanannya. 

"Nih, anaknya yang punya Guardian Corp nikahan. Di Bali. Kalo niat datang aja, sekalian bulan madu, Thur." Brian terkekeh sambil mengedipkan sebelah matanya.

Kinzy yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangannya dari kedua lelaki itu dan pura-pura tidak mendengar percakapan tadi. Kinzy menyapu pandangannya pada ruangan Arthur lalu menggaruk-garuk lengannya yang tak gatal sama sekali.

Sedangkan Arthur, "Oiya, boleh-boleh." Dasar lelaki. "Kapan ini?" Undangan tadi sudah berpindah jamah pada Arthur.

"Minggu."

"Depan?"

Brian menggeleng, "hari Minggu ini."

"Lah? Dan lo baru bilang hari ini?" Arthur mengeryitkan dahinya.

Brian menggedikkan bahunya, "baru nyampe tadi pagi." 

"Oke, gue usahain." Balas Arthur akhirnya.

***

Urusan kantor Arthur berakhir juga setelah 40 menit kemudian. Kini Arthur dan Kinzy sudah berada didalam mobil Arthur. Arthur mulai menghidupkan mesin mobilnya.

"Langsung balik nih?" Tanya Arthur pada Kinzy sambil menjalankan mobilnya keluar dari pelantaran parkir.

"Eum, ke mall bentar dong. Aku mau potong rambut." Ucap Kinzy.

"Mau dipotong gimana lagi? Udah pendek gini." 

"Mau yang dipotonglah pokoknya. Bentar doang kok."

"Oke."

***

Sebentar bagi Kinzy itu, kalian udah bisa push rank dari master sampai legend atau selesaiin Superstar BTS dari DNA sampe No More Dream dalam semua mode atau bisa dapetin lima ratus ribu kalo ngemis di lampu merah. 

Selama tiga setengah jam lebih Arthur menelan rasa bosannya mati-matian. Dari ia main mobile legend akhirnya bosan, beralih ke instagram, beralih ke PUBG, beralih ke Limbo, sampai akhirnya ia beralih ke LINE untuk menuntaskan group chat yang ia buat dihari ia mendapatkan ponsel baru.

Group chat yang berisi cewek-cewek yang lemah iman atas pesona Arthur pun berkumpul disana. Dan dengan teganya, dihari ini Arthur mengirimkan,

Project (38)

Dewi Namira 11

Arthur ini maksudnya apa? 

Julia Laras 35
Kok semua pada ngaku jadi pacar Arthur sih? 

Indah Talita 23
Lo semua beneran pacar Arthur?

Viana Manalin 26
iya

Yola Kalola 33
iya

Halo semua. Pertama-tama gue minta maaf bat ya.
Baik kalian yang belum jelas hubungannya sama
 gue ataupun yang gue mainin, gue minta
 maaf sekali lagi. Kita putus ya. Dadah semuaaa.
maaf, gue block lu semua :)

Arthur meninggalkan grup

***

Salam,

Kecoamerahmuda.

Continue Reading

You'll Also Like

588K 56K 45
Demi menghindari sebuah aib, Gus Afkar terpaksa dinikahkan dengan ustadzah Fiza, perempuan yang lebih dewasa darinya. Gus Afkar tidak menyukai Fiza...
4.7K 541 12
Dimana akuh? Siapa kalian? Dan apa ini? Kenapa aku tak mengingat apapun, selain namaku? Gadis cantik yang satu satunya terperangkap di Glade. Tak ada...
17.7M 762K 59
Pernikahan dini hasil dari perjodohan dadakan memang terdengar tabu di era modern seperti ini. "Remaja SMA berumur 16 tahun menikah karena dijodohkan...
5.2K 186 33
"Lo itu kaya matahari buat gue,hidup gue yang awalnya hitam putih berubah jadi berwarna itu karna lo"-Azka Imanuelo Bratama "Jangan pergi disaat gue...