Tennessee🍓 [Byun Baekhyun St...

By Aurantiasya

121K 12.3K 807

Han Dairin, gadis yang mampu bertahan meski sampai ke titik dimana ia bisa saja menjadi abu. Cinta terus men... More

1 - Obvious
2 - Encounter
3 - Marry Me?
4 - Jelaous
5 - Q & A
6 - Tiki Land
7 - Espresso
8 - You and I Married
9 - Two Sides
10 - And Then?
11 - Candy Candu
12 - (Not) The One
13 - Gelap, Langit, dan Hujan
14 - Story (Flashback)
15 - Portal (Flashback)
16 - Going Home (Flashback)
17 - Andorra
19 - Damn It! (Flashback)
20 - Goodbye Kio
21 - Sweet Happenings
22 - Ice Cream Day
23 - By Myself
24 - Leave Me Lonely
25 - Finesse
26 - Let's Start Over
27 - End Game?
28 - Wake Me Up
29 - Revealed
30 - Opportunity

18 - Kebohongan

2.6K 373 39
By Aurantiasya

««Waktu tak pernah memiliki kuasa atas cinta. Cinta adalah satu-satunya hal yang mampu melampaui ruang dan waktu»»

🍓🍓🍓

Mungkin kebanyakan orang berpikir akan meninggalkan bila itu adalah hal yang menyakitkan untuknya.

Tapi tak ada kata menyakitkan bila sudah berurusan dengan cinta?

Bukan hanya hati yang buta, mata ikut andil di dalamnya. Tidak ada yang tahu akhirnya akan seperti apa.

Segala sesuatu harus memerlukan waktu. Entah itu bahagia atau malah sebaliknya. Tidak ada yang bisa lari dari takdir yang Tuhan berikan.

Ibarat ujian praktik sekolah, dilakukan membuat jantung berdebar ingin ke kamar mandi, bila tidak di ikuti malah akan semakin memburuk keadaan.

Dan sekarang, itulah yang sedang Dairin alami.

Ingin meninggalkan hatinya sudah tertinggal dengan nyamannya.

Hati Dairin seperti Musim Pancaroba sekarang, tiba-tiba panas terik, tidak beberapa lama hujan deras menghampiri. Tidak menentu.

Seperti sekarang, Dairin sedang tidur di kasur dengan pikiran yang terus membayangkan semua asumsi yang sedang ia perkirakan akan terjadi bila ia memilih untuk tinggal.

Tidak ada yang bisa memilih ingin dengan siapa hati kita berlabuh, sama dengan halnya Dairin. Dia tak pernah menginginkan hatinya jatuh pada seorang Byun Baekhyun.

Dairin berdiri dari tidurnya, sudah hampir 3 jam ia tidur terhitung sejak ia pulang bekerja. Tidak banyak ia lakukan di rumah sakit, hanya memeriksa beberapa orang dan merawat Kio. Anak lucu itu masih saja nakal.

Kakinya berjalan menuju dapur, ia berniat memasak makan malam, Dairin masih punya hati untuk tidak menelantarkan Baekhyun yang notabenya adalah Suaminya sekarang.

Mengingat kata suami, Dairin merinding sendiri memikirkannya, tidak menyangka bila ia sungguh sudah menikah dengan seorang Byun Baekhyun.

Dairin mengeluarkan bahan-bahan yang bisa ia masak, mengenai masak Dairin sudah cukup pandai, Baekhyun mengajarinya. Sesekali Dairin juga datang ke rumah mertuanya meminta untuk mengajarinya memasak.

Di sela kesibukannya dalam bekerja, Dairin masih sangat ingat ia sudah mempunyai suami yang harus ia layani dengan baik.

Ia memotong kentang, wortel dengan sangat rapi. Ia ingin masakannya terlihat cantik. Setelah itu mencuci daging yang ia beli tadi sebelum pulang di minimarket dekat Rumah.

Dairin terlihat sangat serius sampai tidak mengetahui Baekhyun sudah duduk di salah satu kursi dengan mata yang terus mengamati geraknya, yang menurut Baekhyun sangat menggemaskan.

Dairin akan memasak Sup Daging malam ini, ia tahu di luar sedang gerimis, Baekhyun pasti akan kedinginan. Ia terlihat bangga dengan pilihan menu yang sangat pas itu.

Ia rasa Sup yang ia masak sudah matang, ia padamkan kompornya, ia membalikkan tubuhnya untuk kembali ke kulkas, ia akan membuat dessert mangga tentu saja.

"Astaga!" Teriak Dairin terkejut melihat Baekhyun dengan senyum di bibirnya. Tangannya memeganggi dadanya. Matanya menatap tajam Baekhyun.

"Kau mengejutkan aku!"

"Kau serius sekali memasak sampai tidak tahu aku datang." Baekhyun berdiri berjalan menuju Dairin.

"Mau apa? Mandi sana!" Perintah Dairin.

Baekhyun tidak mendengarkan ucapan Dairin, terus saja ia berjalan sampai ia berdiri di hadapan Dairin, memegang bahunya memberi sedikit pijatan.

Tubuh Dairin terdiam kaku, Dairin ingatkan, Dairin itu seorang wanita. akan kaku bila berada di dekat lelaki yang ia cintai.

Jadi tolong jangan katakan kalau Dairin itu berlebihan.

"Ke-napa?" Tanya Dairin terputus.

"Dairin." Panggil Baekhyun lembut sedikit berbisik, sungguh tubuh Dairin menegang sekarang.

"Apa?"

"Dairin."

"Kau ini kenapa, sih?" Dairin jengah melihatnya, sedari tadi terus saja memanggil nama Dairin tapi tidak mengatakan apapun.

Baekhyun mendekat, mendekatkan wajahnya pada telinga Dairin, menghembusnya seduktif. "Tidak, aku suka menyebut namamu."

Hanya itu? Jantung Dairin sampai sudah seperti ini, dan Baekhyun hanya ingin mengatakan hal itu?

Dairin bersabar dan mencoba tenang. Tubuhnya ia sentak kuat agar terlepas dari Baekhyun. "Sekali lagi kau panggil, aku potong milikmu!"

Baekhyun terkekeh. "Memangnya kau berani?"

"Aku tidak main-main kali ini." Baekhyun menelan ludah.

Oke, sepertinya Baekhyun harus berhenti untuk menggoda Istrinya, ia masih sangat sayang masa depannya. Ia tidak ingin miliknya terpotong sia-sia.

"Sana mandi, kau bau."

"Wangi begini."

"Iya! Parfum wanita aku tidak suka."

🍓🍓🍓

Mereka makan dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, apalagi Dairin sibuk memakan dessert mangga buatannya.

Mengenai masalah tadi? Baekhyun bungkam tak bisa berkata-kata. sedangkan Dairin? Kembali menata makanan tanpa berniat menatap suaminya.

Dairin berkata fakta, Baekhyun memang wangi seorang wanita. dan mulutnya gatal ingin mengatakan itu.

Menurut Dairin, ia harus mengatakan hal itu agar Baekhyun sadar kalau Dairin tidak menyukai wangi itu. agar Baekhyun akan mengganti bajunya dahulu sebelum ia pulang ke rumah.

Dairin tidak melarang Baekhyun berhubungan dengan wanita manapun. Tapi Dairin tidak terima bila ia membawanya sampai rumahnya. Memang ini bukan rumahnya, orang tua Baekhyun yang memberikannya sebagai hadiah penikahan untuk dirinya dan Baekhyun.

Jadi Dairin tak salahkan bila merasa keberatan dengan wangi wanitu itu?

"Aku akan libur kerja seminggu." Baekhyun mengeluarkan suara. Percayalah Dairin benar-benar tidak berniat membalas ucapannya.

"Kakek menyuruhku untuk mengajakmu liburan."

"Aku tidak bisa."

"Dairin jangan buat para Kakek tua itu membunuhku."

"Aku tak masalah menjadi janda, sungguh!"

"Dairin!"

"Apa!" Dairin sedikit berteriak, moodnya hancur bersamaan dengan wangi wanita yang masih setia lengket di baju Baekhyun.

"Demi Spongebob yang tayang kembali di televisi, kau ini kenapa?"

Dairi berahlih menatapnya, kenapa dia tanya? Dairin ingin tertawa sekarang!

"Tidak apa, aku hanya lelah."

"Katakan padaku, kau marah ya?" selidik Baekhyun dengan tangan mencubit pipi kiri Dairin.

Dairin mendengus. "Jangan sentuh aku!"

Baekhyun menggeleng. "Katakan padaku apa yang membuatmu marah."

"Kau sudah selesai? Aku akan bereskan." Dairin berdiri sembali mengangkat piring kotor yang akan ia cucu.

"Sungguh aku bukan titisan cenayang Dairin! Aku tidak mengerti." Baekhyun ikut berdiri, menatap Dairin.

"Tidak ada yang harus di mengerti." Suara lirih Dairin membuat Baekhyun bungkam.

"Kau ingin liburan, kan?"

Baekhyun mengangguk dengan polosnya.

"Maaf saja, aku banyak pekerjaan yang lebih penting. Sana ajak wanitamu!" Untuk sekian kalinya Dairin terus menyerang Baekhyun.

"Dairin."

"Aku sungguh akan memotongnya kalau kau panggil namaku sekali lagi!"

lelaki akan selalu kalah, jadi dia diam tanpa berniat membalas. Ia masih sayang masa depan.

Dairin melanjutkan acara bersih-bersih dapurnya, karena ia tak sempat melakukannya. Baekhyun memilih duduk menatap Dairin. Sesekali tersenyum kala Dairin kesusahan untuk mencuci piring yang Baekhyun pikir tidak terlalu banyak.

"Bagaimana keadaan Kio?"

Baekhyun menunggu Dairin menjawab pertanyaannya. "Baik."

Singkat dan jelas. Baekhyun hanya menggeram tertahan.

"Aku akan berkunjung ke tempat kerjamu besok saat makan siang."

"Jangan." Tegas Dairin.

"Aku suamimu."

"Untuk apa kau datang? ingin merecokiku? Lebih baik jangan!"

Untuk kesekian kalinya Baekhyun menghela napas. Tidak habis dengan jalan pikiran istri satu-satunya ini.

Semua istri akan bahagia bila suaminya akan mengunjunginya. "Aku ingin lihat Kio dan," Baekhyun menatap Dairin yang juga sedang menatapnya. "Melihat istriku. Tidak boleh?"

Dairin memutar bola matanya malas, padahal jantungnya sudah berdebar dengan tidak tahu malu. Ia menyembunyikannya sangat rapi. Bahkan Baekhyun tidak mengetahui bila tubuh Dairin merinding mendengar pernyataannya barusan.

"Datang saja, tapi jangan merecoki aku!" Baekhyun tersenyum.

"Siapa juga yang mau merecokimu. Aku hanya akan terus menatapmu. Seperti sekarang."

"Baekhyun cukup!"

Baekhyun semakin tersenyum lebar. "Kenapa? Jantungmu berdebar?"

"Tidak!" Sergah Dairin.

Baekhyun lega, Dairin kembali, tidak bersikap dingin lagi padanya.

"Apa salahnya menatap istri sendiri? Tidak ada undang-undang bila menatap istri sendiri akan di penjara."

"Bisa diam tidak!" Baekhyun menggeleng cepat.

"Bisa saja bila kau menciumku."

"Bermimpilah!" teriak Dairin dengan wajah memerah, entah menahan malu atau sungguh sedang merasa marah.

"Baiklah aku saja yang cium." Ucap Baekhyun sambil berdiri seolah ingin berjalan mendekatinya.

"Tetap disana atau aku lempar kau dengan pisau ini." ancam Dairin.

Baekhyun menatap remeh. "Coba saja, jangan nangis darah kalau aku terus mengentayangimu."

Dairin menatap Baekhyun tajam tangannya sudah bersiap melempar pisau itu kapan saja. "Kau pikir aku takut?" Dairin bangga melihat Baekhyun menciut dengan kembali duduk ke kursinya.

Dairin membalikkan tubuhnya sembari terkekeh pelan. Dia juga tidak percaya akan melempar pisau itu mengenai Baekhyun. Dairin tidak sekejam itu.

Baekhyun mengumpat pelan melihat Dairin yang biasa-biasa saja melihat dirinya merasa kesal. Baekhyun bersumpah akan menghukum Dairin setelah ini.

Dairin berjalan mendekati Baekhyun yang sudah terlihat mengantuk, ia juga sudah selesai dari acara bersih-bersihnya. Sekarang dapurnya sangat bersih, sungguh!

"Baekhyun, kembali ke kamarmu. Aku sudah selesai."

Baekhyun mendongakkan kepalanya menatap Dairin. "Sudah selesai?" Dairin mengangguk.

"Tidur sana." Baekhyun menggeleng, menarik pinggang Dairin agar mendekat ke arahnya. Ia hirup wangi itu sedalam mungkin.

"Cukup, pindah ke kamarmu." Ucap Dairin, ia juga kelelahan dan akan segera tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

Lagi-lagi Baekhyun menggeleng masih memeluk pinggang istrinya menciptakan sensasi aneh di kulit perut Dairin. Kalau Baekhyun terus bersikap seperti ini siapa yang tahan untuk tidak tersenyum? Dairin ingin tertawa karena geli.

"Kembali ke kamar Dairin, aku tidak suka tidur sendiri." Ucap Baekhyun dengan suara kantuknya.

"Aku sudah nyaman di kamar baruku." Dairin sungguh sudah nyaman di kamar barunya, tepat di sebelah kamar Byun Baekhyun. setidaknya ia tidak akan mendengar suaminya bertelepon dengan wanita lain. Setidaknya Dairin tidak mendengar kata manis yang suaminya tujukan pada kekasihnya. Dairin tidak sanggup terus-menerus mendengarnya.

"Ya sudah aku saja yang pindah ke kamarmu." Baekhyun berdiri mengenggam tangan dairin erat dengan seyuman lembut.

Dairin tidak habis pikir dengan jalan pikiran seorang Byun Baekhyun. Dairin sungguh tidak pernah mengerti.

"Kau ingin apa?" Dairin terus di seret dengan lembut oleh Baekhyun.

"Tidur tentu saja."

"Itu kamarku, kamarmu ada di sebelah kamarku!"

"Aku tidak bisa tidur sendirian, kumohon biarkan aku tidur bersamamu."

"Baekhyun kembali ke kamarmu."

"Malam ini saja, kumohon." Wajah Baekhyun melemas, Dairin bisa merasakan tubuh Baekhyun panas. namun ia tetap berusaha tidak memikirkannya.

"Ya ya ya? diam bearti iya. Mari kita tidur di karenakan besok Tuan Putri harus bangun pagi." Dairin menggeleng kecil melihat sikap Baekhyun yang tak berubah sampai kapanpun.

"Kau benar tidak ingin kembali ke kamar bersama denganku?" tanya Baekhyun sekali lagi memastikan.

"Tidak." Baiklah Baekhyun mengalah, tidak ada yang bisa mengabaikan ucapan Dairin.

Mereka sudah berbaring, kasur yang tidak terlalu besar membuat Baekhyun dan Juga Dairin menempel dengan Baekhyun yang terus menatap wajahnya.

Kalau begini, bisa mati Dairin menahan debaran jantungnya. Pipinya juga sudah mulai memanas karena tangan Baekhyun yang memainkan pipi Dairin dengan gemas.

"Tidurlah Baekhyun! aku tidak bisa tidur kalau tanganmu terus bermain di pipiku!"

Bukannya menjauhkan tangannya dari pipi Dairin, Baekhyun malah semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh Dairin.

Dairin masih terdiam tanpa ada perlawanan sedikitpun, tidak tahu sebentar lagi ia akan meledak karena kepanasan.

Udara benar-benar menjauh tidak mau lewat disekitarnya. Ia melihat kepala Baekhyun masuk ke ceruk lehernya. Panas kening Baekhyun membuat Dairin khawatir tanpa bisa di cegah. Kepalanya menjauh menatap Baekhyun dengan wajah yang sudah pucat.

"Kau baik-baik saja?" Kalimat yang sedari tadi ia tahan untuk keluar akhirnya keluar dengan mulusnya, di tambah dengan nada khawatir di dalamnya.

Baekhyun tersenyum sambil menggeleng. "Aku hanya kepanasan."

"Kau berbohong, kau akan selalu berbohong. Lupakan saja aku ingin tidur." Dairin menutup matanya tanpa mengeluarkan kata apapun.

Sekali Dairin pertegas, Dairin itu seorang Dokter. Dairin tahu siapa yang sakit, siapa yang memelukan pengobatan. Dairin tahu.

Baekhyun melupakan hal itu. Baekhyun akan selalu berbohong pada Dairin. Tidak tahu kapan kata berbohong berhenti Dairin dengar dari bibir Byun Baekhyun.

Dairin sudah tertidur pulas dengan rambut yang menutupinya, sedangkan Baekhyun masih setia menatap wajah cantik istrinya. Seakan tak ada hari esok untuk melihatnya. Giginya terkatup rapat agar tidak mengeluarkan suara bahwa ia sedang kesakitan sekarang.

Kepalanya pusing, tubuhnya panas dan sangat lemat hanya untuk berdiri. Baekhyun tidak akan merepotkan Dairin yang sudah sangat mengantuk. Baekhyun tidak berniat berbohong, ia hanya tak mau Dairin khawatir.

Memang keliatannya saja Dairin bersikap dingin padanya, namun Baekhyun tahu, dari kejauhan Dairin terus menatapnya, tidak ingin ada satupun yang kurang dari Baekhyun, Dairin akan menyiapi semuanya tanpa mengeluh.

Keringat Baekhyun bercucuran, tangannya sangat dingin. Tiba-tiba ponselnya bordering menandakan ada yang sedang meneleponnya. Baekhyun meraih ingin melihat siapa yang meneleponnya larut malam begini.

Tertera nama Kim Jiyoung di layarnya ponselnya. Tak ada senyum di bibirnya, tapi tangannya menggeser layar hijau, menandakan ia akan menerima sambungan telepon tersebut.

"Baekhyun kau jahat sekali! Aku menunggumu di apartemen, aku pikir kau akan datang, aku rindu, Baekhyun."

Suara pecah membuat Baekhyun sedikit menjauhkan handphne dari telinganya.

"Baekhyun halo, kau bisa mendengarku?"

Baekhyun terdehem pelan. Kepalanya semakin sakit sekarang.

"Baekhyun aku merindukanmu."

"Iya Buddy, aku juga." Baekhyun akhirnya mengeluarkan suara.

"Aku sungguh merindukanmu."

Jiyoung tak berhenti terus mengatakan rindu pada Baekhyun. membuat Baekhyun terkekeh melupakan sebentar pusing yang menyerangnya.

"Aku akan datang besok."

"Sungguh? Kau tidak berbohong, kan?"

"Sore hari." Jawab Baekhyun seadanya.

"Sore hari? Tidak, aku tidak mau. Pokoknya makan siang, kalau kau tidak bisa jangan temui aku lagi."

Jiyoung berkata dengan suara memerintah.

"Baiklah aku akan datang saat makan siang. Dimana?"

"Apartemenku saja, aku mengantuk. Selamat malam sayang, aku mencintaimu."

"Selamat tidur." Baekhyun memutuskan sambungan.

Wajahnya kembali menatap wajah istrinya yang masih tertidur pulas. Tanpa ia sadari air mata itu sudah jatuh tersembunyi masuk ke dalam usapan tangannya. Ia terus menyemangati dirinya agar tidak meledak saat ini juga.

Ia mendengarkannya lagi. Sudah keempat kalinya. Padahal ia berniat bangun karena napas Baekhyun yang begitu panas menerpa kulit wajahnya. Membuatnya ingin mengambil air dingin untuk mengompres agar panas Baekhyun menurun.

Tapi apa yang ia dapat? Perselingkuhan suaminya?

Namun ia tidak akan membiarkan Baekhyun terus kesakitan, perlahan matanya terbuka, ia melihat Baekhyun menatapnya tenang.

"Aku menganggumu, ya?"

Dairin menggeleng. "Aku hanya haus." Dairin bangun, berjalan keluar kamar.

Dairin menangkap wajah Baekhyun yang begitu tenang. Dairin tidak bisa menyangka bila ia bisa setenang itu. Dairin merutuk dirinya yang tidak bisa untuk tidak menangis.

Air mata itu mengalir kembali, tangannya terus menghapus agar tidak ada yang tahu bila ia sedang menangis.

"Jangan menangis kumohon jangan lagi." Ucapnya entah pada siapa.

Dairin kembali setelah selesai dari keperluannya di dapur. Ia membawa air dingin dan handuk putih kecil untuk mengompres Baekhyun. Baekhyun masih terjaga sampai akhirnya terduduk melihat Dairin kembali.

"Tidur saja aku akan mengompresmu."

Baekhyun menurut, kepalanya sungguh sakit. "Terima kasih, maaf merepotkan."

Dairin tidak membalas, tangannya lihat memeras handuk itu lalu lipatnya meletakan ke atas dahi Baekhyun. membiarkannya sampai ia rasa harus ia ganti kembali.

"Maaf merepotkan."

"Apa ini hari maaf sedunia? Tidak, kan?"

"Tetapi tetap saja aku merepotkanmu."

"Aku istrimu, ini kewajibanku. Jadi berhenti membuatku merasa menjadi pahlawan."

Baekhyun hanya mengangguk. "Dairin bisa aku minta satu permintaan?"

Dairin tidak langsung menjawab, pikirannya benar-benar kosong saat ini. seorang Baekhyun suka sekali membuat tubuhnya merinding tak berfungsi dengan baik.

"Mana bisa aku langsung menyetujuinya, beritahu dulu apa."

"Jangan berpikir meninggalkan aku, jangan pernah Dairin."

🍓🍓🍓

Dairin belum bisa kasih tau alasan kenapa dia milih menjauh dari Baekhyun. Tunggu terus ya kelanjutan Tennessee💛

Medan, 15 Maret 2018

Aurantiasya🍒

Continue Reading

You'll Also Like

10.4K 926 21
Kami terus mendaki hingga muncul kabut putih yang sangat pekat dari atas. Kabut itu seperti mengeluarkan halusinogen dari tiap partikelnya. Aku meras...
9.6K 1.3K 34
[Completed] [HS] => [Hujan Series] Urutan membaca : [HS] Pagi Itu Hujan [HS] Kembali Temu di Bawah Hujan [HS] Gerimis Siang Itu ** Ketika petrik...
216K 20.1K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
928 141 11
DUA BENUA Masih tentang semesta kita. Kisah cinta antara Aluna Sienna Cassandra bersama Wisnu Abraham Daniswara yang diwarnai lika-liku percintaan. T...