Heartbeat || [M] ✔

由 shihanssi

76.5K 6.5K 554

[Completed] [Mature content ⚠] [Tidak dianjurkan untuk pembaca yang berusia dibawah 19 tahun 🚫] © Copyright ... 更多

Prologue
Chapter One
Chapter Two
Chapter Three
Chapter Four
Chapter Five
Chapter Six
Chapter Seven
Chapter Eight
Chapter Nine
Chapter Ten
Chapter Eleven
Chapter Twelve
Chapter Thirteen
Chapter Fourteen
Chapter Fifteen
Chapter Sixteen
Chapter Eighteen
Chapter Nineteen
Chapter Twenty
Chapter Twenty One
Chapter Twenty Two
Chapter Twenty Three
Chapter Twenty Four
Chapter Twenty Five
Chapter Twenty Six (End)

Chapter Seventeen

1.7K 159 14
由 shihanssi




---oOo---



Jisoo menatap Joohyun tajam dan kembali melemparkan smirknya "Kenapa kau ikut terlibat Bae Joohyun? Dan kenapa kau mengkhawatirkan perasannku saat Sohyun menganggapku sebagai monster?"

Jisoo mengatakan hal itu tanpa ia sadari dan suaranya berdesis tajam kepada Joohyun. Tatapan wanita itu membeku menatap Jisoo

"Kau peduli denganku atau Seungcheol?"

Pertanyaan Jisoo kembali membuat Joohyun menautkan kedua alisnya.

Jisoo tertawa pelan. "Kau aneh Bae Joohyun-ssi, dimana dirimu saat pertemuaan kedua kita? Disana kau sangat membenciku, tapi lihat sekarang kau seperti ini" ucapnya dengan nada sinis. "Apa yang membuatmu tiba-tiba berubah?"

Joohyun mengangkat ujung bibirnya untuk tersenyum, matanya bergerak menatap lekat bola mata onyx Jisoo. "Bagaimana kalau aku menyukaimu?"

.
.
.

Joohyun tertawa terbahak saat melihat ekspresi wajah Jisoo yang terlihat sangat terkejut setelah mendengar pernyataannya.

Ia memperbaiki posisinya lurus menatap televisinya. "Jangan pikrikan macam-macam. Aku hanya melempar perkataanmu malam itu" ucapnya sambil meraih romete tv diatas meja.

Jisoo mengangkat satu alisnya dan menatap Joohyun dengan bingung.

"Apa kau mengharapkanku benar-benar menyukaimu?" tanya Joohyun melirik. "Begitu?"

"Omong kosong!" Jisoo berdecak, memutar matanya malas. "Jangan berbual tentang perasaan."

"Kenapa?" Joohyun mengangkat satu alisnya naik. "Bukankah kau yang lebih dulu melakukannya?"

Jisoo speechless.

Joohyun menggelengkan kepalanya pelan dengan senyum yang terus terurai di bibirnya.

"Jangan takut aku tidak akan pernah jatuh cinta denganmu."

"Kau yang seharusnya takut jika aku benar-benar jatuh cinta denganmu."

Joohyun tersenyum kecil. "Aku akan beruntung jika kau mencintaiku. Itu berarti kau tidak akan memikirkan Sohyun lagi."

Jisoo menatap Joohyun dengan mata elangnya. Tangan kekarnya menarik Joohyun mendekat pada tubuhnya. Kemudian tanpa permisi ia melumat bibir Joohyun.

Joohyun memberontak, memukul dada Jisoo berharap agar pria itu segera mengakhiri lumatannya pada bibirnya.

Joohyun merasa bibirnya sakit, saat pria itu mulai menggigit dan memaksa membuka rongga mulutnya . Ia mulai kehilangan tenanganya untuk mendorong tubuh Jisoo lebih jauh. Dan ohh tidak Joohyun sepertinya candu dengan lumatan-lumatan bibir Jisoo.

"Nnghhhh!! Mmpphh" Joohyun mengerang, Jisoo semakin memaksa masuk.

Sampai akhirnya pria manis itu berhasil menerobos bibir tipis Joohyun yang sebelumnya tertutup rapat. Ia semakin mengcengkran tubuh kecil itu kuat-kuat dengan satu lengannya agar Joohyun tidak bisa menjauh darinya. Sementara satu lengannya yang lain menekan kepala wanitanya.

Jisoo sepertinya tahu dimana letak kelemahan Joohyun. Karna pada akhirnya wanita itu memilih diam dan memejamkan matanya. Jisoo tersenyum devil dalam pagutannya. Merasa menang telah membuat Joohyun menyerah begitu saja.
















"HONG JISOO!"










Samar-samar Jisoo mendengar teriakan itu. Ia membuka kedua bola matanya perlahan dan melirik sumber suara.

Jisoo melepaskan pagutannya. Setalah tiga detik ia tersenyum sinis  pada seorang pria bersurai hitam yang menatapnya dengan mata elangnya.

Jisoo tersenyum meledek menatap pria Itu. Sementara Joohyun mencoba menormalkan nafasnya.

"Sialan kau berengsek!!!" ucapnya marah. Ia melangkah dan manarik kerah baju Jisoo.

Joohyun membulatkan matanya saat tubuh Jisoo diangkat dengan entengnya.

"Choi Seungcheol!!" panggil Joohyun. Ia menyentuh lengan Seungcheol. "Kumohon lepaskan dia!!" pinta Joohyun.

Seungcheol terlalu marah pada Jisoo saat ini. Ia menatap tajam Jisoo yang terlihat sangat tenangnya.

Melepaskan Jisoo begitu saja setelah apa yang ia lihat tadi. Pria itu mencium Joohyun dengan paksa, dan Seungcheol tidak terima begitu saja.

Bugh

Jisoo tersungkur dilantai setelah mendapatkan satu hantaman di rahangnya. Ia tersenyum kecut merasakan pukulan Seungcheol yang luar biasa keras.

"Bajingan gila ... Apa yang lakukan padanya, hah??" tanya Seungcheol marah. Ia hendak melangkah mendekati pria itu namun dengan cepat Joohyun menahannya.

Seungcheol menatap Joohyun tajam. disaat seperti ini Joohyun masih melindungi pria itu.

"Kau masih melindunginya setelah apa yang dilakukannya padamu tadi?"

"Biar aku yang menyelesaikannya." tegas Joohyun "Perkelahian bukanlah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah ini. Dan kau Seungcheol, ini urusanku dan kau tidak perlu ikut campur."

Seungcheol memejamkan matanya, mengehela nafasnya kasar.

Joohyun yang masih berdiri di samping Seungcheol menatap Jisoo dengan tajam. "Pergilah dari sini. Aku akan menyelesaikannya."

Jisoo hanya melempar senyum meledek. Ia bangkit dari duduknya dan merapikan pakiaannya yang koyah akibat Seungcheol.

"Aku tidak akan membiarkan mu hidup bersama Kim Sohyun, Choi Seungcheol." Jisoo menatap Seungcheol.

Pria bersurai hitam itu menatap Jisoo kesal. tangannya sudah mengepal dibawah sana dan siap untuk memukul Jisoo.

Pria imut itu membuatnya sangat panas dan gerah. Entah mengapa disaat seperti ini Jisoo masih bisa dengan tenang tersenyum licik kepada Seungcheol.

"Hong Jisoo hentikan!! Keluarlah sebelum aku menyeretmu keluar dari sini.."

Jisoo berdecak kesal. Matanya melirik Joohyun yang masih mencoba menahan amarah Seungcheol.

Jika diamati, Joohyun dan Seungcheol terlihat jauh lebih serasi daripada Seungcheol disandingkan dengan Sohyun. Cintanya.

.

Sohyun tersenyum sesaat melangkahkan kakinya masuk kedalam caffe dengan nuansa coklat itu. Ia terus tersenyum hingga mendapati ibunya yang duduk tidak jauh dari pintu masuk.

Wanita paruh baya itu tersenyum dan melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar putrinya segera mendekat.

"Eomma sudah lama?" tanya Sohyun menarik kursinya dan duduk dihadapan ibunya.

Ibunya tersenyum manis kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak, eomma juga baru sampai"

Sohyun menganggukan kepalanya pelan. Matanya bergerak mengamati sekitarnya.

Ini sudah lama sekali sejak hari itu. Cafe ini dengan sentuhan warna coklat dan lukisan-lukisan terpajang dengan rapih didinding.

"Kau mau pesan sesuatu?" tanya ibunya memecahkan keheningan.

Sohyun menggelengkan kepalanya dan mengamati ibunya sambil tersenyum.

"Aku sedang tidak ingin sesuatu" ucapnya. "Kenapa eomma berada di Seoul?"

"Seseorang meminta eomma menemuinya di Seoul"

"Memangnya siapa yang membuat eomma datang kemari?"

"Calon suamimu. Choi Seungcheol?"

Sohyun diam, pupilnya melebar dengan sempurna. Seungcheol menemui ibunya?? Kapan? Dan kenapa pria itu tidak memberi tahunya?

"Dia bertemu dengan eomma untuk meminta restu pernikahan kalian. Sohyun-ah kau serius ingin menikah dengannya?"

Sohyun tertegun sejenak, "Ya eomma."

Ibunya menghela nafas panjang sambil menatap cangkir putih dihadapannya. "Kau yakin mencintainya?"

Sohyun terdiam mengamati ibunya. Ia tidak tahu kenapa ibunya mengatakan hal itu. Seolah ibunya tidak mempecayai perasaannya.

"Ada apa eomma? Apa kau mempunyai sesuatu yang ingin dikatakan?"

"Tentu ada Sohyun-ah" pikir Ibu Sohyun ketika mengangkat wajahnya menatap putrinya dengan pilu.

Putri semata wayangnya ini belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kejadian 7 tahun yang lalu masih tertutup dengan rapatnya sehingga putrinya sama sekali tidak menyadari.

Bibi Eun mengetahui betul perasaan putrinya. Cinta yang dimiliki Sohyun bukanlah berasal dari hati yang paling putrinya, melainkan cinta yang masih dimiliki Ma Nayoung.

Bahkan debaran jantung itu, bukan milik Sohyun putrinya, tapi Ma Nayoung.

Bibi Eun tidak ingin Sohyun terluka suatu hari nanti karna mengetahui rahasia ini. Dan bibi Eun tidak ingin hal yang buruk terjadi kepada putrinya saat rahasia itu terbongkar.

Tapi ... Akan lebih menyakitkan bagi putrinya jika rahasia itu semakin lama bertahan dan suatu hari pada saat yang tidak tepat akan terbongkar. Itu akan sangat menyulitkan bagi Sohyun.

"Sohyun-ah"

"Ne eomma!!"

"Apa jantungmu terus berdebar dengan cepat saat berada didekat Seungcheol?"

"..."

"Maksud eomma, apa kau merasa jika Jantungmu menginginkan Seungcheol?"

Tahu kemana arah pembicaraan. ibunya. Sohyun menganggukan kepalanya pelan dan tersenyum malu-malu.

"Ne eomma. Aku merasa jantung ini sejak awal telah memilih Choi Seungcheol."

"Kau tidak ingin mencari tahu kenapa? Kenapa jantungmu berdebar ketika bersama Seungcheol?" ibunya menghirup nafas dalam "Kau tidak penasaran dengan semua itu? Kau memiliki jantung orang lain Sohyun, itu bukan milikmu. Dan tiba-tiba kau merasakan jantung itu berdetak hanya untuk Seungcheol tidak kah kau merasa aneh?"

Sohyun terdiam cukup lama mendengarkan kalimat ibunya.

Ini pertama kalinya hal itu terlintas di otak Sohyun. Jantungnya memang sejak awal bukan miliknya, tapi milik orang lain.

Selama ini Sohyun melupakan kenyataan itu. Ia selalu menganggap jantung itu telah menjadi miliknya. Menganggap jantungnya berdetak sesuai keinginannya.

Lalu selama ini bagaimana dengan perasaannya kepada Seungcheol?

"Ibu tidak akan melarang pernikahan kalian, hanya saja kau harus tahu tentang jantungmu terlebih dahulu Sohyun-ah sebelum akhirnya kau memutuskan untuk melanjutkan pernikahan itu"

Sohyun mengangkat wajahnya menatap ibunya dengan mata yang mulai memerah. Entah kenapa hatinya tiba-tiba terasa sangat sakit.

"Eomma" panggil Sohyun. Ibunya diam tidak menjawab. "Apa pemilik jantung ini adalah seorang wanita?"

.
.
.

Joohyun berjalan mendekati Seungcheol dengan nampan yang berada ditangannya. Pria itu masih menatapnya dengan tatapan tajam dan Joohyun mengerti mengapa Seungcheol masih seperti ini.

“Minumlah dulu.” ucap Joohyun meletakkan cangkir diatas meja “Jangan melihatku seperti itu lagi, oppa.” Joohyun duduk dikursi, tepat disamping Seungcheol.

“Kau memang tidak bisa ditebak Bae Joohyun. Aku yang sudah lama mengenalmu masih tidak mengerti apa yang ada didalam otakmu itu.” Seungcheol menggelengkan kepalanya mengamati Joohyun yang menatapnya dengan tatapan datar. “Dia mencuri ciumanmu dan kau masih membelanya. apa kau benar-benar mencintainya?”

Joohyun memutar bola matanya malas dan menghela nafas. “Aku tidak mencintainya!"

“Lalu apa kalau bukan mencintainya? Kau seperti ini lagi, perasaanmu yang dulu-“

“Aku bilang tidak mencintainya. Berhentilah mengatakan aku mencintai Hong Jisoo.. percayalah”

Wanita itu mulai kesal. Ia marah karna sekarang Seungcheol tidak mempercayai perkataannya. Ia tahu saat ini berat bagi Seungcheol untuk mempercayai perkataannya, terlebih tadi ia masih membela Jisoo atas apa yang dilakukan pria itu kepadanya.

“Aku mendekatinya untuk membuatnya jatuh cinta kepadaku. Kau tahu dengan begitu dia tidak akan lagi mencintai Sohyun.”

Seunghcheol tidak mengerti, ia menatap Joohyun lekat dan berharap penjelasan dari wanita itu.

“Mengalihkan perasaan kau taukan. aku hanya berniat untuk itu, mencintai Jisoo bukanlah tujuanku. Aku bahkan sama sekali tidak tertarik dengannya.”

“Aku tidak tahu mengapa wanita sepintarmu tiba-tiba menjadi bodoh seperti ini.” ucap Seungcheol. “Bagaimana jika Jisoo benar-benar jatuh cinta denganmu? Bagaimana kau akan menghadapinya disaat kau telah memiliki seorang tunangan?” Seungcheol menatap tajam Joohyun. Ia tidak tahu kenapa wanita itu merelakan dirinya masuk kedalam hidup Jisoo.

“Aku sama sekali tidak membutuhkan bantuanmu Bae Joohyun. Kau tahu jika kau terlibat maka semuanya akan menjadi sangat rumit, cukup Sohyun yang berada dilingkaran Jisoo. kau tidak perlu melakukan itu, kau tahu bagaimana sulitnya aku mengeluarkan Sohyun dari lingkaran Jisoo? lalu bagaimana kau menambah bebanku untuk mengeluarkanmu dari lingkarannya?”

“Jika kalian berdua terjebak dalam lingkarang Jisoo, maka siapa yang harus ku keluarkan terlebih dulu?” Seungcheol menatap Joohyun yang tengah mengangkat kepalanya untuk menatapnya.

“Kau hanya perlu mengeluarkan Sohyun dari lingkaran Hong Jisoo. Jangan pedulikan aku.” ucap Joohyun dengan tatapan sedatar mungkin.

“Kau gila?” Tanya Seungcheol dengan nada sedikit tinggi. “Bagaimana aku bisa mengabaikanmu saat berada di dekat dengan pria yang paling licik?”

Joohyun tersenyum kecil, kemudian ia meringis kesakitan pada bibirnya.

“Aw!”

"Sakit?" tanya Seungcheol.

Seungcheol mengangkat tangannya bergerak menyentuh bibir Joohyun yang berdarah. Pria bersurai hitam itu mendekat. Memangkas jarak antara wajahnya dengan Joohyun yang memandangnya lamat-lamat.

Joohyun terdiam mematung. Wajah Seungcheol sangat dekat dengan wajahnya, napas pria itu yang hangat menyapu permukaan kulitnya, menimbulkan efek ribuaan kupu—kupu bertebaran diperutnya.

“Lihat dia melukaimu, apa kau masih berniat membuatnya untuk mencintaimu?” Seungcheol mengangkat wajahnya. Bola matanya mendapati mata Joohyun yang masih memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa ditebak.






Cekrek

.
.

“Kau yakin tidak mau menggunakan kursi roda?” Tanya Chanyeol mengamati Woojin yang mencoba untuk turun dari ranjangnya. Kaki pria itu masih digips tebal namun Woojin dengan keras kepala memutuskan hanya menggunakan tongkat saja dari pada harus memilih kursi roda.

Woojin menggelengkan kepalanya dan memandang jijik kursi roda. Ia menolak menggunakan kursi roda karna baginya itu terlalu mencolok, dan lagi ia bukanlah seorang yang memiliki sakit yang cukup parah sehingga harus menggunakan kursi rodanya.

“Gunakan saja sampai lobi, setelah itu kalau kau mau menggunakan tongkat aku tidak akan memaksamu untuk menggunakan kursi roda lagi”

“Itu terlalu mencolok, aku tidak suka!” ucapnya mulai kesal. “Samcheon saja gunakan kalau mau dan aku yang mendorongnya”

Chanyeol membuang nafas pendek sambil tersenyum miring. “Sini aku bantu!” ucapnya melangkah mendekat, meraih satu lengan Woojin dan menuntunya untuk berjalan.

“Aku bisa sendiri!” ucap Woojin menepis tangan Chanyeol. Matanya yang tajam menatap lekat wajah pamannya itu. “Itu terlalu mencolok!”

“Terlalu mencolok … terlalu mencolok. Kyak, kau itu orang sakit”

“Aku sudah sembuh.”

Pletak

Chanyeol memukul kepala Woojin dengan kesal. Kemudian berkata “Jika kau sudah sembuh tidak mungkin gips itu masih melekat dikakimu. Kali ini menurutlah!” Chanyeol menarik tangan Woojin dengan kasar dan membawanya berjalan bersama melewati bangsal rumah sakit.

Woojin hanya bisa diam dan menuruti pamannya.

Semua mata memandang kearah Woojin dan Chanyeol. Pandang mereka berbeda setiap orangnya, ada yang memandang kagum dan ada yang memandang lucu. Bahkan dengan samar-samar Woojin mendengar beberapa orang tertawa kecil saat melihat mereka berdua lewat.

“Apa Jisoo masih mendekatimu?” Tanya Chanyeol mengalihkan perhatian Woojin.

Woonjin menganggukkan kepalanya.

Chanyeol menghela nafas berat dan menghentikan langkah kakinya. “Jauhi dia!” ucap Chanyeol mentapa lekat Woojin. “Dia berbahaya.”

Woojin mengehentikan langkahnya. Ia memutar matanya menatap pamannya tajam. "Apa maksudmu?"

"Kau tahu, orang dibalik kecelakaanmu adalah Hong Jisoo"

Woojin mengerutkan keningnya bingung. Perkataan pamannya sama sekali tidak masuk akal. Hong Jisoo adalah pria yang baik, aura malaikat melekat pada pria itu. Dan bagaimana mungkin Hong Jisoo bisa melakukan hal itu kepadanya?

"Kau tidak bisa menilai orang dari luarnya saja Park Woojin. Aku tahu kau memandang Jisoo seperti malaikat dan percayalah aku juga pernah memandangnya seperti itu" Chanyeol menggelengkan kepalanya pelan. "Tapi itu hanyalah sebuah topeng, ia menutup keburukannya dibalik wajah malaikatnya."

"Bagaimana aku bisa mempercayai perkataan samcheom tentang Hong Jisoo?"

Chanyeol memutar bola matanya malas. Keponakannya itu sangat tidak mau mempercayai perkataannya yang sudah 100% tidak perlu diragukan kebohongannya.

"Apa perlu aku mempertemukanmu dengan kaki tangannya?"

.
.

Sohyun melangkahkan kakinya menuju sebuah tempat yang selalu ia kunjungi beberapa tahun yang lalu. Tangannya ia masukkan ke dalam saku blazzer coklat yang ia kenakan. Semantara gadis ceria yang masih mengenakan seragam sekolahnya, hanya diam dan menikmati ice cream yang ia beli tadi.

Langkah kaki Sohyun terhenti ketika melihat seorang pemuda berdiri tidak jauh darinya. Pemuda itu terlihat sibuk dengan beberapa perawat dan tiga detik kemudian pemuda itu menengok kearah Sohyun.

“Saem sedang apa datang kemari?”

“Kebetulan aku berada disekitar rumah sakit tadi. Ah ya, kau sudah bisa pulang?” tanya Sohyun mendekat.

Woojin menganggukan kepalanya, matanya melirik Yeri yang hanya menjadi penonton. “Kenapa kau ada disini?”

“Aku?” Tanya Yeri menunjuk dirinya sediri. “Aku ketahuan saem sedang berbolos”

“Kau bolos?”

“Ya, memangnya hanya kau yang bisa bolos sekolah?”

“Wahh … ” Woojin tersenyum dan mengancungkan jempolnya. “Sering-seringlah bolos seperti ini Kim Yeri”

Sohyun menggelengkan kepalanya mengamati kedua muridnya itu. “Ah ya, siapa yang menjemputmu?”

“Pamanku, tapi aku tidak tahu dia pergi kemana?” ucap Woojin mengamati sekitarnya mencari sosok Chanyeol. Kemudian ia menyerah karena tidak mendapatkan sosok pria kelewat jangkung itu.

“Bagaimana dengan kakimu?” Suara Yeri. Gadis itu mengamati kaki Woojin yang digips tebal.

Woojin menengok menatap teman kelasnya itu. “Baik”

Yeri mengangguk dan kembali menikmati ice creamnya.

“Saem!” panggil Woojin.

“Ya ada apa?”

Woojin terdiam beberapa saat, sebelum akhirnya ia berkata “Bagaimana kabar Hong Jisoo?”

.
.

Pria itu membuka pintu kaca café, dan aroma harum berbagai jenis kopi langsung menyapa indra penciumannya. Matanya yang lebar berkeliling mengitari seisi café dengan warna dominan coklat itu.

Seungcheol tersenyum miring ketika mendapati seorang pria yang ia cari beberapa detik tadi. Seorang pria berbahu lebar yang sedang duduk paling ujung berdekatan sedang asik memainkan ponselnya sampai tidak menyadari kehadiran Seungcheol yang telah berdiri dihadapan pria itu.

“Kang Daniel-ssi”

Pria berbahu lebar itu mengangkat wajahnya, ia tersenyum menggemaskan seperti anak kecil. “Kau sudah datang?”

Seungcheol menganggukkan kepalanya, ia menarik kursi dan duduk dihadapan Daniel. “Sudah lama aku tidak datang kemari, ada apa?”

“Oh Hyeyeon memintaku memberikan ini kepadamu” ucap Daniel memberikan sebuah map coklat kepada Seungcheol.

“Apa ini?” Tanya penasaran Seungcheol sambil membuka isi amplop itu. Ada beberapa lembar kertas yang dikeluarkan Seungcheol. “Kasus?”

Daniel menganggukan kepalanya. “Itu beberapa kasus yang berkaitan dengan Sejeong. Kau bisa menggunakan ini untuk menangkap wanita ular itu dan Lee Chan”

Seungcheol terdiam. Matanya yang sibuk mengamati setiap tulisan yang berada didalam kertas tersebut. Didahinya muncul sebuah kerutan halus yang menandakan bahwa ia sedang berpikir keras.

“Bagaimana bisa Hyeyeon mendapat semua ini?” Tanya Seungcheol menatap lekat Daniel. Sedangkan pria yang ditatapnya hanya tersenyum kecil sambil mengindikkan pundaknya.

“Lalu bagaimana denganmu?” tanya Seungcheol menatap lekat Daniel.

“Apanya?”

“Bukankah Sejeong adalah temanmu?”

Daniel menggelengkan kepalanya pelan, sorot matanya berubah menjadi tajam. “Tidak lagi”

Mwo?”

“Aku sudah tidak bisa berteman dengan wanita licik sepertinya. Seharusnya saat itu aku tidak bertemu dengannya, berteman dengannya adalah sebuah malapetaka.”

Seungcheol tertawa pelan mendengarnya. Yang dikatakan Daniel memang benar, berteman dengan Sejeong akan menimbulkan malapetaka.

“Lalu bagiamana dengan Jisoo?”

Pertanyaan Seungcheol membuat Daniel membeku. Ia melebarkan matanya sembari menatap lamat-lamat Seungcheol.

“Kau tahu?”

Seungcheol hanya menganggukkan kepalanya dengan tenang. “Kau tentu sudah tahu kalau aku mengorek informasi tentang Jisoo. awalnya aku terkejut tau kau berteman baik dengannya,” ucap Seungcheol mengangkat wajahnya. “Kenapa kau berteman dengan orang-orang yang berbahaya Kang Daniel?”

“Ck!” Daniel berdecak, ia mengangkat tangannya meraih cangkir putih dimeja. “Hong Jisoo. dia bukanlah orang berbahaya awalnya. Hanya saja ia menjadi berbahaya saat Sohyun menjadi milikmu.”

Seungcheol tertawa pelan “Apa aku disini yang disalahkan karena merebut Sohyun darinya?” Tanya Seungcheol dengan nada sedikit meledek.

Daniel hanya diam dan menikmati kopi yang sudah mulai mendingin. Ia tidak tahu harus menyalahkan Seungcheol atau tidak atas perubahan sikap Jisoo yang menjadi monster akhir-akhir ini.

Disini Seungcheol hanya pria yang sedang jatuh cinta dengan seorang wanita cantik. Pria yang sangat tergila-gila pada seorang wanita. Apakah Seungcheol bisa disalahkan dalam hal ini? ataukah kita menyalahkan saja cinta? Karna cinta telah mengubah sifat kedua pria itu. Seungcheol dan Jisoo.

.
.

Saem apa kau baik-baik saja?” Tanya Yeri dari luar toilet.

Tidak ada jawaban.

Yeri terus mengetuk pintu toilet secara brutal. Gurunya itu hampi 15 menit berada didalam kamar mandi, suara erangan kesakitan memenuhi ruangan tersebut.

Saem

Ceklek!!

Sohyun membuka pintu toilet sembari mengelap bibirnya yang basah dengan tissue. Wajahnya terlihat sangat pucat seperti mayat hidup.

Saem kau tidak apa-apa?”

Sohyun menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu kenapa badannya tiba-tiba terasa letih. Akhir-akhir ini ia merasa tubuhnya cepat lelah dan ia sering sekali merasa pening. Sohyun pikir ia kelelahan karena akhir-akhir ia terlalu sibuk mengurusi nilai-nilai muridnya.

Tetapi rasa lelah dan pusing itu tak kunjung mereda. Sohyun bahkan merasa mual dengan beberapa macam aroma jenis makanan dan termasuk makanan favoritenya. Sampai melihat makanan itu saja Sohyun merasa mual dan perutnya tiba-tiba terasa sangat penuh.

Dan jika dihitung-hitung, bulan ini Sohyun terlambat. Sohyun mulai resah, ia takut jika sesuatu terjadi didalam dirinya. Sesuatu yang tidak seharunya muncul lebih awal.

“Bagaimana kalau saem menemui dokter” ucap Yeri menghelus pundak Sohyun. Sorot matanya menandakan jika ia khawatir dengan guru favoritenya itu. “Selagi saem masih berada dirumah sakit”

Sohyun melirik Yeri yang mengusulkan dirinya untuk segera memeriksakan diri dokter. Setidaknya ia harus tahu kenapa kondisi tubuhnya dan mengetahui kebenarannya.

.

Tok tok

Ceklek

Sohyun membuka pintu kayu itu sedikit. Kepalanya lebih dahulu keluar dan mengamati sekitarnya kemudian disusul dengan seluruh tubuhnya.

Wanita yang sedang duduk dikursi kebanggaannya itu menengok. Ia terlihat terkejut saat mendapati Sohyun berdiri dihadapannya.

“Kim Sohyun-ssi” sapa Soohye.

Annyeonghaseyo” Sohyun menundukkan kepalanya pelan.

Soohye hanya menundukkan kepalanya membalas sapaan Sohyun. Matantya tidak berhenti menyiratkan kebingunang. “Ada apa Kim Sohyun-ssi?”

“Um, aku ingin periksa?”

“Kau deman?”

“Eumm.. kupikir begitu … hanya saja …”

“Kau hamil?” Soohye mengerutkan alisnya bingung. Dia adalah dokter kandungan, semua pasiennya yang datang menemuinya 99% adalah wanita hamil. Jika Sohyun sakit demam, sepertinya wanita itu salah ruangan.

“Mungkin, aku belum tahu.”

Soohye bangun dari duduknya, berjalan mengitari meja kerjanya.

“Berbaringlah disana, aku akan memeriksanya,” ucap Soohye menuntun Sohyun untuk mendekati bangsal. Dengan menurut Sohyun berbaring diatas ranjang dan membiarkan wanita yang berprofesi sebagai dokter kandungan itu mengecek kondisinya.

Dalam diam, Sohyun berharap agar apa yang sedari tadi menghantui isi piikirannya tidak terjadi. Soohye terlihat sangat serius mengecek kondisi Sohyun sekarang. Ia sama takutnya dengan Sohyun saat ini, Soohyee takut jika Sohyun benar-benar hamil dan mengandung anak Seungcheol.

Namun, saat Soohye memeriksa Sohyun.

Semua diluar perkiraannya, harapannya musnah saat melihat hasil CT scan Sohyun yang berada ditangannya.

“Dokter Kim?” panggil Sohyun. Ia terduduk.

Soohye mengangkat tangannya dan tersenyum kearah Sohyun mencoba mencairkan suasana. Bagi Sohyun ini mungkin tidak masalah karna ada Seungcheol disisinya. Tapi bagi Soohye ini adalah sebuah masalah.

“Bagaimana hasilnya??”

Soohye mencoba untuk tersenyum. “Kau hamil Kim Sohyun”

Sohyun mulai bergemetar. Jantungnya berdebar keras saat mendengar diagnosa yang dikatakan dokter Kim. Dia hamil? Anak Seungcheol?

Sohyun tidak tahu apakah dia harus bahagia atau tidak mendengar kabar ini. Kehamilannya entah membawa dampak yang baik atau sebaliknya.

“Ada apa Sohyun-ssi?” Tanya Soohye mengamati reaksi Sohyun. “Kau tidak bahagia akan menjadi seorang ibu?”

Sohyun mengangkat wajahnya. Ia memejamkan matanya tiga detik kemudian menggelangkan kepalanya pelan. “Aku tidak tahu, ini pertama kalinya bagiku dokter Kim”

“Aku tahu, pasti karna Seungcheol”

Kali ini Sohyun menganggukkan kepalanya membenarkan perkataan Soohye.

“Kau tidak perlu takut, dia akan bertanggung jawab. Seungcheol yang kukenal adalah pria yang bertanggung jawab Sohyun-ssi.”

“Bagaimana anda bisa mengenal Seungcheol seperti itu?”

Soohye tersenyum. Ia membalikkan badannya dan melangkah menuju kursi kebanggaannya. “Dia mantan suami sahabatku.” ucapnya sambil memutar kursinya menghadap Sohyun yang masih terduduk di atas bangsal.

“Kau pasti sudah tahu jika Seungcheol adalah seorang duda.”

Sohyun menganggukan kepalanya. Tentu saja Sohyun tahu status Seungcheol duda, hanya saat yang tidak diketahui Sohyun adalah siapa nama istri Seungcheol dan bagaimana istri Seungcheol bisa meninggal.

“Sahabatku adalah wanita yang sangat beruntung dalam kehidupannya, bertemu dengan Seungcheol adalah keberuntungan bagi sahabatku. Namun sayang keberuntungannya tidak bertahan lama”

“Kenapa?”

“Dia meninggal setelah mendonorkan organ tubuhnya.” ucap Soohye. Ia melirik Sohyun dan wanita itu menduga jika selama ini Sohyun tidak mengetahui semuanya.

“Mendonorkan organ tubuhnya?”

“Lebih tepatnya jantungnya.” Soohye kembali tersenyum dan Sohyun terlihat terkejut. “Ohh maafkan aku Sohyun-ssi yang harus menceritakan masalah ini”

Sohyun menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak … tidak apa-apa.”

Soohye masih tersenyum manis, tapi tidak dengan sorotan matanya. Seperkian detik saja sorotan matanya berubah menjadi sinis kepada Sohyun.




🍁🍁🍁

Please vote and comment

繼續閱讀

You'll Also Like

Adopted Child 由 k

同人小說

150K 24.4K 45
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
Mom? [ch2] 由 yls

同人小說

100K 10.3K 31
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
160K 1.8K 4
Awalnya, Lyra berpikir bahwa Alfaro Abraham hanyalah tetangga di ujung jalan yang hidup berdua dengan adiknya kembarnya yang mengalami kelainan psiko...
172K 17.5K 68
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...