ANYWHERE

By wengaswag

34.4K 4.7K 771

He will never let her out of his sight or out of his mind. "I'll do anything for you. Even if you wants me to... More

foreword
prologue
i. teledor
ii. pengintaian
iii. familiar
v. orang itu
vi. rencana lain

iv. gemerlapan

2.3K 521 70
By wengaswag

Kedua manik mata tajamnya tertuju pada satu objek. Sesekali dia menyeruput double shot Espresso yang berada di tangan kirinya. Dia terlihat seperti laki-laki di tengah umur dua puluhan pada umumnya. Laki-laki berpenampilan layaknya salah satu karyawan kantoran yang sedang menghabiskan waktu istirahat. Duduk santai seolah menunggu balasan surel. Tanpa ada gelagat mencurigakan. Tidak diketahui maksud dan tujuannya yang sebenarnya.

Pria dengan setelan jas semi formal itu tengah mengamati seseorang. Perempuan berambut panjang sepunggung yang sedang mengantri di depan mesin ATM. Objek yang menjadi fokusnya sejak beberapa menit lalu.

Segala gelagatnya sudah dia kenali dan berada di luar kepalanya. Dia tahu apa saja yang akan dilakukan itu saat kebingungan, bosan, terkejut, tertawa, bahkan ketika tengah bersedih sekalipun.

Seperti detik ini, perempuan itu akan bergerak mundur setiap selesai dari mesin ATM. Ketika dia tahu kalau gadis tersebut telah selesai berurusan dengan mesin penyalur uang, dia bergegas memasukkan laptopnya ke dalam tas tangan dan menghampirinya.

Dukkk!

Dia yang sengaja menghampiri gadis itu pun menabrakkan diri. Seringai tersungging di bibirnya. Kata maaf saling terucap. Dengan sedikit basa-basi, dia hadir di hadapan gadis itu untuk yang kedua kalinya. Lucu sekali, Son Seungwan tidak mengenalinya. Padahal memar di wajahnya belum sembuh seratus persen.

Tidak perlu heran. Hal tersebut justru menguntungkan baginya. Dia tahu, Son Seungwan pasti tidak akan ingat dengannya hanya karena satu kali pertemuan singkat itu. Ah, sesungguhnya tidak dapat dikatakan sekali saja. Karena dia sudah kerap bersama perempuan itu walau tanpa sepengetahuannya.

Obrolan tidak penting dan terdengar ringan santai itu pun berlangsung. Dia hadir dengan kesan yang sangat natural. Seperti lelaki ramah pada umumnya, meski sesungguhnya dia jauh dari kategori seseorang yang talkative. Bersamanya, dia merasa berbeda. Menjadi pribadi lain dan sangat menyenangkan. Senyum di bibirnya pun tak bosan untuk berkembang.

"Coba hubungi Call Center Bank tempat kau menyimpan uang jika terdapat sesuatu yang aneh. Atau kau ingin saya temani untuk melaporkan kejanggalan itu?"

Son Seungwan mengangguk pelan, seperti dugaannya. Hanya perlu waktu sejenak sebelum tiba-tiba gadis itu berkata, "Benar! Saya harus tanyakan ke Call Center dulu. Kalau ke Bank, waktunya tidak akan cukup."

"Oh, kau sedang sibuk?" tanyanya. Masih betah berbasa-basi.

"Ya, aku harus kembali bekerja." Gadis itu menyunggingkan senyum. "Sampai jumpa."

Dia diam saja. Wajah ramah itu seketika menghilang saat Son Seungwan melenggang pergi.

Dalam hati, dia mengutuk rasa terpendam yang semakin lama bermukim dan kini semakin kuat. Matanya masih menatap sosok gadis itu tanpa berkedip. Dan pandangannya mulai sayu saat Son Seungwan menghilang di persimpangan.

Tidak bertahan lama, dalam satu kedipan saja sorot kedua matanya berubah menjadi lebih tajam. Layaknya harimau yang siap menerkam kancil yang sedang menikmati air pada aliran sungai. Sebuah seringaian kembali mengembang.

"Kau harus bekerja? Ya, aku juga punya kesibukan yang tentu saja bisa membuatmu tersenyum seperti tadi, Son Seungwan," gumamnya sembari berjalan menjauh dari titiknya berdiri.

Pada detik yang bersamaan, Son Seungwan memasuki toko roti milik kakak sepupu tetangganya. Di balik mesin kasir, berdiri Jung Hoseok yang tengah sibuk menghitung lembaran uang hasil penjualan dalam setengah hari ini. Pria itu dengan santai menyambut Seungwan dengan sebuah pertanyaan.

"Dari mana saja? Kenapa lama sekali?"

Seungwan meringis canggung. Tak enak hati. "Maaf, tadi saya harus ke ATM dulu. Antriannya lumayan ramai dan memakan waktu."

"Oh, begitu. Tolong jaga toko dulu ya. Aku harus pergi dulu. Nanti akan ada Haneul yang berganti shift denganmu."

Gadis itu mengangguk mengerti dan mulai melaksanakan tugasnya seperti biasa. Tentang uang yang masuk ke rekeningnya beberapa saat lalu, tentu saja Seungwan masih merasa sangat risih. Bingung melanda tak habis-habisnya. Bahkan ketika dia harus menyambut pengunjung atau sekedar menerima beberapa roti hangat yang baru keluar dari pemanggang.

Son Seungwan mengambil kesempatan untuk menghubungi ibunya yang berada di luar negeri dengan menggunakan aplikasi obrolan saat toko kembali sepi. Dan jawaban yang ibu berikan benar-benar membuatnya semakin tak habis pikir. Beliau mengatakan bahwa tidak pernah mengirim uang sebanyak itu ke rekeningnya. Perkiraannya benar, tak mungkin ibu mengirimi sejumlah uang di kala orang tuanya sangat memerlukan.

"Di mana kau sekarang?" tanya ibu yang terdengar sedikit panik. "Kau harus melapor ke Bank secepatnya. Periksakan pada petugas, apa benar uang itu dari rekening Ibu. Ibu yakin seratus persen kalau Ibu tidak melakukan transaksi apa pun hari ini."

"Tidak bisa, Bu. Aku sedang bekerja."

Dan obrolan mereka terus berlanjut hingga beberapa menit ke depan. Son Seungwan pun setuju dengan saran ibunya untuk menghubungi Call Center terlebih dahulu setelah mendapat informasi yang pasti. Dia sangat yakin bahwa uang tersebut hanya kesalahan data dari Bank saja.

Namun, ketika dia meminta detail mutasi pada rekeningnya, sejumlah uang tersebut memang benar dari ibunya. Dia benar-benar pusing. Bingung setengah mati. Bagaimana bisa ada uang yang tiba-tiba muncul seperti itu? Membuatnya sampai tidak fokus untuk bekerja hingga pergantian shift dengan Haneul.

Pukul enam petang, Son Seungwan menyelesaikan tugasnya dan berpamitan dengan pegawai toko yang lain. Di tangannya terdapat bungkusan roti yang kemarin tak laku dijual namun masih layak untuk dimakan. Hingga detik itu, Seungwan masih saja memikirkan uang yang ada di rekeningnya. Sembari berjalan menuju halte bis, dia sekali lagi membuka aplikasi pada ponselnya untuk membaca surel yang diterimanya tadi siang. Benar, alamatnya adalah milik ibu. Dan menurut informasi dari pihak Bank, uang tersebut memang dipindahkan dari rekening ibu. Ibunya pun juga menanyakan hal ini kepada Bank. Semuanya benar. Terjadi transaksi antara mereka berdua. Bahkan yang lebih membingungkan, uang pada rekening ibunya juga bertambah lima kali lipat dari saldo awal. Pihak Bank mengatakan bahwa pada rekening ibu terdapat kredit masuk.

Siapa yang tak akan senang dengan rejeki nomplok seperti itu? lbu sendiri juga bungkam saat pihak Bank menanyakan apakah transaksi ini benar terjadi atau tidak. Beliau lebih memilih berbohong dan menyatakan bahwa transaksi itu benar, dialah yang menyimpan lalu mentransfer sebagain uang tersebut kepada anaknya. Dan tanpa pikir panjang, ibu menyuruh Seungwan untuk segera menggunakan uang itu sebelum hal-hal yang tak diinginkan terjadi.

Terbersit untuk memeriksanya sekali lagi. Siapa tahu pihak Bank menyadari kejanggalan ini dan menarik kembali uang tersebut. Dan ketika Seungwan mengecek saldo rekeningnya, kedua matanya melotot terkejut. Dia terperanjat karena melihat angka pada layar menunjukkan angka digit yang benar-benar membuatnya menganga lebar.

"Astaga," gumam Seungwan. "Ini gila!"

🚬



Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat saat mendengar percakapan yang terpampang di layar monitor. Apa yang dilakukannya untuk Son Seungwan ternyata justru tak digubris sama sekali. Dia pikir, dengan uang yang dikirimkannya, gadis itu akan memanfaatkannya dan tersenyum bahagia. Dugaannya salah besar. Gadis itu tidak mengambil uangnya sepeser pun. Tidak seperti transaksi yang terjadi pada rekening ibunya. Dan kini, Son Seungwan dihadapkan dengan sebuah godaan.

"Ayolah... Bertahun-tahun kita hidup bertetangga, sejak kau masih sibuk kuliah hingga lulus dan menjadi sarjana, kai selalu menolak ajakanku. Ini sudah ajakan yang sekian ratus kalinya. Dan kalau kau masih saja menolak, sumpah demi apa pun, Seungwan, aku akan benar-benar marah!" kata Moonbyul menuntut.

"Tapi, Kak—"

"Son Seungwan," Moonbyul memegang kedua bahu gadis itu dan menatapnya penuh dengan keyakinan, "tidak apa-apa bersenang-senang dan menikmati hidup. Aku dan Kak Yongsun akan menjagamu. Kecuali ketika kau tak ingin diganggu karena sudah mempunyai acara penting dengan orang lain di sana nantinya."

Dia menghela napas berat saat menyaksikan Seungwan-nya mengangguk lemah. Kalau sudah begini, permainan yang telah dia susun untuk malam ini terpaksa diurungkan. Sialnya, dia tidak memiliki rencana cadangan. Padahal semuanya telah disusun sedemikian cermat agar dia dapat mendatangi Seungwan malam ini.

Seraya mengamati Son Seungwan yang tengah mengganti pakaian dan mempersiapkan diri untuk mengikuti acara senang-senang ala Moonbyul, dia pun kembali memutar otak. Lamat-lamat memperhatikan, dia tersenyum. Teringat bagaimana interaksi mereka berdua tadi siang. Sungguh, jujur saja dari lubuk hati terdalam, dia menginginkan hal itu.

Sekali lagi, menatap Son Seungwan yang tersenyum manis padanya, menghirup aroma floral bercampur dengan roti yang samar-samar tercium dari tubuhnya, mendengar suara merdunya dan menyaksikan kecantikan yang dimiliki gadis pujaannya secara langsung. Semua itu membuatnya merasa sangat bersemangat. Seolah baru saja mendapatkan tujuan hidupnya.

Dia memejamkan mata dan mendengus membuang udara dari paru-parunya. Seungwan sudah selesai mengganti pakaian. Sebuah blouse warna biru langit di siang yang cerah, dilapisi mantel panjang berwarna marun, serta celana jeans hitam dan tidak lupa syal rajut yang dikirimkan ibunya dua tahun lalu saat peringatan hari lahirnya. Riasan tipis dengan perona pipi hampir tak nampak. Rambutnya tergerai indah begitu saja. Penampilan kasual Son Seungwan membuatnya terkekeh sendiri.

Oh, betapa polosnya gadis itu. Jangan bilang kalau dia akan pergi ke kelab malam dengan pakaian dan dandanan tersebut.

Rupanya apa yang dipikirkannya tadi dilontarkan oleh Moonbyul dan Yongsun. Dua perempuan itu habis-habisan memprotes cara berdandan Son Seungwan. Dia terkekeh saat menonton gadisnya yang kini diomeli oleh dua tetangganya. Son Seungwan hanya bisa pasrah saat Yongsun datang kembali memasuki rumah dengan membawakan sebuah dress berpotongan sangat pendek dan berbahan ketat. Ketika Seungwan selesai mengenakan pakaian yang sebenarnya sangat umum dikenakan untuk pergi ke kelab malam, dari jarak yang tak diketahui, seseorang mengatup rahangnya keras.

Brakkk!

Kedua tangannya terkepal menggebrak meja. "Sialan!" desisnya memaki.

Dia sangat-sangat tidak menyukai ini.

Tanpa membuang waktu satu detik pun, dia bangkit dari kursi nyamannya dan beranjak dari singgasana. Wajahnya terlihat gusar. Dia tidak sanggup membiarkan bidadarinya memasuki sarang buaya dengan penampilan seperti itu. Dia tak ingin tinggal diam.



🚬






Kedua bola mata Son Seungwan melebar kala memasuki sebuah tempat hiburan malam bersama Moonbyul dan Yongsun. Gadis itu membuntuti dua tetangganya yang menitipkan mantel mereka ke salah satu petugas penjaga. Reaksinya benar-benar menggelitik. Apalagi saat dia berkata, "Kak Yongsun, apa kau melihatnya? Tadi ada yang bercumbu di pojokan sana!"

Yongsun tertawa lepas. "Moonbyul, apa semuanya akan baik-baik saja? Anak kecil ini benar-benar memprihatinkan. Aku takut kita akan dituntut karena telah membawanya ke sini," candanya.

Seungwan memanyunkan bibir tipisnya. Dia berpura-pura kesal. "Aku bukan anak kecil!" gerutunya. Lalu tertawa bersama mereka.

Moonbyul menggamit tangan Seungwan dan menariknya mendekat. "Ingat, jangan pernah sendirian. Kau harus selalu bersama kami, oke?"

Yang diberi pesan malah memutar bola mata. "Selalu bersama kalian? Jangan bercanda. Apa kau tidak melihat bagaimana reaksi Kak Yongsun saat mendengarkan itu? Dia langsung mendengus tak terima."

"Ya, ya, ya... Kau benar! Jangan sampai mabuk berat, Seungwan. Berdansalah hingga kaki dan pinggulmu terasa kaku! Hahaha!" gelak Yongsun. Dia menggandeng dua temannya dan berseru, "Ayoo!"

Di sela musik yang keras, mereka bertiga pun berbaur bersama lautan manusia. Melewati para penikmat musik dan alkohol yang mengisi aliran darah. Son Seungwan memerhatikan sekitarnya dengan takjub. Tiap hentakan yang merasuki gendang telinga, tanpa disadari tubuhnya mengikuti irama. Bergerak bersama Moonbyul yang sudah terbiasa dengan dunia yang baginya sangat baru ini. Sedangkan Yongsun, perempuan bergaun ketat warna merah marun itu pergi ke bar, memesankan minum untuk dua temannya.

"Ini dia, para gadis. Minumlah," teriak Yongsun agar Seungwan dan Moonbyul mendengarnya.

Moonbyul menyambutnya santai. Berbeda dengan Seungwan yang masih canggung. Selain soju atau arak tradisional, dia belum pernah mencicipi minuman beralkohol jenis-jenis aneh.

"Kau sudah menambahkannya bukan?!" tanya Moonbyul memastikan. Ketika Yongsun mengacungkan jempolnya, baru dia menenggaknya habis.

"Menambahkan apa?!" pekik Seungwan keras namun tetap kalah dengan nyaringnya musik.

Yongsun tertawa kencang. "Bukan apa-apa, Seungwan! Minum saja! Kau akan merasa lebih baik dan percaya diri."

Seungwan ragu-ragu mulai mendekatkan gelasnya ke bibir. Dia pikir Moonbyul dan Yongsun akan memastikan kalau dia sudah meminumnya. Bertingkah seolah-olah mereka mempunyai niat aneh. Namun ketakutannya tak terbukti. Dua tetangganya itu justru sibuk berdansa hingga membawa mereka semakin terhisap dalam kerumunan. Tanpa peduli bahwa Seungwan sudah menenggak minumannya atau belum. Melihat itu, dia pun menghabiskan whisky di tangannya dan kembali menghampiri teman-temannya.

Tempo semakin cepat dan memacu adrenalin. Son Seungwan tertawa keras menyaksikan atraksi Moonbyul yang mulai menggila. Dia berdansa dengan lelaki asing di sebelahnya. Dan Yongsun sendiri dengan setengah mata terpejam menikmati diri. Seakan-akan hanya dirinya yang ada di lantai dansa. Kian detik, Seungwan ikut terhanyut. Entah apa yang telah dilarutkan Yongsun ke dalam minumannya, dia merasa sangat gembira dan bergairah.

Malam ini benar-benar gila bagi Son Seungwan. Dia tak pernah merasakan dirinya sesenang ini. Gadis itu terus menggoyangkan tubuhnya tanpa malu. Dia merasa sangat percaya diri. Dia tidak peduli dengan sekitarnya. Seperti kehilangan rasa gundah atas kehidupan yang dijalaninya. Tak menyadari bahwa ada sepasang mata tajam mengamatinya sejak dia menginjakkan kaki ke lantai dansa. Bahkan ketika pemilik mata setajam singa itu menghampiri dan menyampirkan jaket kulit hitamnya ke bahu Seungwan, gadis itu hanya berbalik dan menatapnya sayu tanpa berhenti berdansa.

"Ayo, kau harus pulang," bisik pria itu tepat di cuping telinga Seungwan. Menggelitiknya kala bibir tipis dan hembusan napasnya membelai alat pendengarannya.

"Bagaimana kalau aku menolaknya?"

Dia terkekeh sinis. Kedua tangannya terangkat untuk membenarkan letak jaket kulitnya di bahu Seungwan dan sekali lagi berbisik dengan suara beratnya yang memabukkan.

"Aku tidak menyukai apa yang kau lakukan sekarang, Son Seungwan."

Masih belum menyadari apa yang sedang terjadi, seperti dikendalikan oleh api dalam tubuhnya, Seungwan bergerak merapat. Tubuhnya menempel pada laki-laki asing itu. Pergesekan antara mereka tak terhindarkan kala Seungwan melanjutkan dansanya walau orang tersebut berdiam mengamatinya. Mengetahui bahwa dia sedang diamati, Seungwan mengangkat tangannya dan melingkarkannya ke leher pria itu. Perlahan menghapus jarak, kemudian menyeringai.

"Sepertinya aku sedang bermimpi," bisik Seungwan saat menempelkan pipinya ke pipi pria itu. Sengaja bernapas di telinganya. "Kau sangat tampan, Tuan."

Tanpa diduga, sebuah tangan menyelusup ke pinggang Seungwan kemudian mendorong tubuh gadis itu untuk menghapus sisa jarak yang ada. Hentakan itu membuat api dalam tubuhnya menyala semakin besar. Perlahan, Seungwan merasa dirinya meleleh saat pria itu kembali berbisik dengan suara rendahnya.

"Bersyukurlah, malam ini aku bersedia mengubah seluruh rencanaku karena kau akan terus berteriak di bawah kendaliku."

Continue Reading

You'll Also Like

487K 48.9K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
197K 9.7K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
316K 23.9K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
67.9K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...