Devan & Deana

By scloudky

2.9K 938 1.4K

Ini bukan mengenai cinta yang bertepuk sebelah tangan tetapi mengenai dua hati yang menolak kehadiran rasa ci... More

00○
01○
02○
03○
04○
05○
06○
08○

07○

284 43 101
By scloudky

"Deana, Devan pingsan."

Deana membulatkan matanya terkejut. "Kok bisa?"

"Ngga tau. Tadi olahraga tiba-tiba ambruk dia, gimana dong ini?" tanya Ken panik.

Sedangkan, Pak Imran hanya bisa menatap Ken dengan tatapan geram karena sikap Ken saat masuk tadi sangat tidak sopan.

"Pak, maaf ya. Tapi ini urgent banget, pak," ucap Ken yang sadar akan tatapan Pak Imran.

Heryna yang sedari tadi sibuk membedah ikannya pun mengadah lalu menatap Ken. "Jadi dimana dia sekarang?"

"Di UKS," jawab Ken.

Deana berpikir sejenak lalu tersenyum tipis. "Terus? Kenapa? Ngga ada gunanya juga gue tau."

Bukan hanya Heryna dan Ken yang terkejut tetapi begitu pula dengan Azriel dan yang lain.

Siapa yang tidak tahu mengenai kedekatan Devan dan Deana di sekolah? Bahkan guru-guru mengetahuinya.

"Kok gitu lo ngomongnya?" kata Ken kesal.

Bagaimana tidak kesal? Ia sudah berlari kesana kemari untuk mencari Deana dan reaksi yang diberikan oleh Deana tidak sesuai yang diinginkannya.

"Jadi lo mau gue gimana? Gue bukan dokter kali yang bisa buat dia bangun atau sembuh," ketus Deana.

Pak Imran yang melihat suasana mulai memanas pun ingin menyela dengan maksud agar Ken dan Deana berbicara di luar secara privasi.

Tetapi belum sempat Pak Imran berbicara, Ken sudah berbicara dengan emosi yang meluap-luap.

"Wah, gue baru tau ternyata lo seegois ini ya, De? Lo ngga mikir? Bisa aja kan, Devan pingsan gara-gara dia nungguin lo kemarin? Dia sampai ngga makan loh. Dan reaksi lo cuman gini?"

Ken sudah tau, tentang kejadian kemarin dan tentang mengapa Devan sangat dingin kepada Deana. Setelah kejadian tadi istirahat, Ken memaksa agar Devan menceritakannya dan alhasil Devan mau tidak mau pun menceritakannya.

"Gue yakin itu ngga ada hubungannya sama kejadian kemarin," ucap Deana datar. Ia sudah malas mengungkit tentang kejadian kemarin.

Ken yang mendengar tersebut mendengus kesal lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Deana dan yang lain.

"Ngga sopan banget yah, masuk main banting begitu aja. Pergi main pergi gitu aja tanpa bilang apa-apa. Jangan ditiru cowok kayak gitu yah. Yang taunya datang lalu pergi dengan seenak jidatnya," kata Pak Imran yang melihat kelakuan Ken.

Sontak perkataan tersebut membuat semua murid tertawa lalu kembali melanjutkan praktek yang tadi tertunda.

Begitupula dengan Deana. Ia menggantikan Heryna untuk membedah ikan tersebut.

Sedangkan Heryna, ia sedang kebingungan. Karena ia tidak tahu apa-apa disini.

"Lo ngga ke sana?" tanya Heryna ketika melihat Deana sibuk melihat organ-organ ikan tersebut.

"Ngga."

"Kenapa?"

Deana hanya diam. Begitu pula dengan Heryna. Ia yakin ini bukan saat yang tepat untuk bertanya lebih lanjut mengenai hal tersebut.

"Kalau khawatir, pergi lah. Jangan harga diri mulu yang dipentingin," ucap Jordan yang membuat Deana menodongkan cutter yang ia pegang ke arah Jordan.

"Mau mati atau hidup?"

Jordan langsung mengangkat tangannya dan tersenyum. "Hidup dong."

"Kalau gitu, diam," ucap Deana yang langsung membuat Jordan mengangguk patuh.

Tanpa Deana sadari, Azriel dari tadi menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

○○○

Devan membuka matanya secara perlahan lalu mengedipkannya berkali-kali. Ia mencoba untuk bangkit dan hal pertama ia rasakan adalah pusing yang teramat sangat.

Ia ingat sekali bahwa tadi ia sedang bermain basket lalu tiba-tiba pandangannya menjadi gelap.

"Udah bangun lo?"

"Menurut lo?"

Ken mendengus melihat sikap Devan yang masih juteknya padahal ia baru saja tidak sadarkan diri.

"Jadi, lo kenapa ngga balik ke kelas? Lo dari tadi jagain gue ya? Duh perhatian banget sih kamu," ucap Devan sambil tersenyum manis kepada Ken.

"Najis lo, tai. Tumben lo yang homo biasanya gue nih," kata Ken mengakui sikap dia yang seperti orang menyukai seaama jenis.

Devan hanya tertawa. "Gue kenapa ya?" tanya Devan kepada Ken.

"Pingsan," jawab Ken sekenanya.

"Iya, gue tau. Tapi tumben banget gue pingsan. Bahkan gue ngga pernah pingsan setau gue. Kok gitu ya?" tanya Devan lagi. Lebih tepatnya bergumam.

Ken memukul kepala Devan pelan. "Kecapekan kali. Gara-gara nungguin tuh cewek kali."

Devan yang mengerti maksud Ken hanya tersenyum tipis. Ia yakin pasti Ken sudah memberitahu Deana tentang keadaannya.

Dan seperti yang ia duga, Deana pasti tidak akan datang.

"Lo udah mendingan?" tanya Ken mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Sudah dong. Gue pingsan berapa jam ya? Udah mau balik dari sekolah belom?" tanya Devan.

"Lima menit lagi bel."

Devan memgangguk. Lalu mengambil handphone yang berada di kantong celananya.

Ia melihat ada pesan yang belum ia baca. Ia membukanya lalu tersenyum.

Airin : kak devan pingsan? kok bsa? skrg gmn? ud mendingan?

"Ngapa lo senyum-senyum sendiri gitu? Horor banget lo," ujar Ken ketika melihat Devan yang tersenyum.

"Lo ngasih tau Airin?"

"Ngga. Gue cuma kasih tau Deana dan-" Ken berhenti melanjutkan omongannya.

"Dan apa?"

"Semua murid di kelas Deana terus Pak Imran," Ken meringis lalu menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal.

"Kok bisa semua tau?"

Ken menceritakan dari awal sampai akhir. Di mulai dari dia masuk ke laboratorium lalu berbicara langsung tanpa melihat situasi.

"Kok tolol sih? Tar orang-orang kira gue lemah lagi," dengus Devan.

"Emang lemah kan?"

"Sialan lo."

Devan menatap kembali handphone-nya dan mengetikkan sesuatu di sana. Ia senang Airin khawatir kepadanya.

Tetapi ia merasa seperti kekurangan sesuatu. Dan ia tidak tau apa itu.

○○○

Sudah dua hari lebih, semenjak Devan dan Deana bertengkar dan tidak menyapa satu sama lain.

Dan juga selama dua hari itu, Citra menjadi sering mengganggu dan menatap Deana tidak suka.

Seperti saat ini, ketika Deana ingin masuk kelas Citra menghadangnya. Lalu menyiramnya dengan ember berisi air bekas mengepel lantai.

Deana menggigit bibirnya kesal lalu menatap Citra tajam.

"Lo kelewatan, Cit," ucap Deana pelan tapi dengan nada mengintimidasi.

"Bukannya lo yang kelewatan yah? Ngehina gue di depan Azriel? Sok sempurna banget lo," Citra berdecih lalj tertawa senang ketika melihat Deana yang basah kuyup.

Heryna yang baru saja datang terkejut bukan main melihat penampilan Deana yang sangat berantakan.

"Apa-apaan ini?" tanya Heryna.

Deana diam. "Lo ngga capek? Pura-pura manis di depan Azriel? Lo kira Azriel suka sama lo yang gitu? Geli tau orang liatnya, cewek kok kayak gitu."

Citra tertawa dengan sangat kuat. "Lo sama Devan apa kabar? Lo ngga ngaca?"

"Gue? Sama Devan? Eh, satu sekolahan juga tau kali, kalau gue sama Devan cuma sahabatan. Dan ya, gue ngga ngejar-ngejar Devan kayak lo ngejar-ngejar Azriel. Kita beda tingkatan. Maaf ya," Deana berdecih.

Badan Deana mulai bergetar karena kedinginan. Ingin sekali rasanya ia menarik rambut perempuan di depannya itu. Tetapi ia tidak mau, ia tidak mau memulai duluan.

"Kenapa? Kok diam? Benar kan yang gue bilang? Lo itu cewek yang cuma modal kecantikan. Otak ngga ada. Percuma. Azriel ngga mau punya pacar yang otaknya disia-siakan kayak lo," ucap Deana pedas.

"Apa lo bilang? Gue ngga punya otak?" geram Citra.

"Emang kan? Otak lo kemana emang? Cuma karena gue pergi ke pasar bareng Azriel lo begini? Lucu banget otak lo, jadi pengen gua makan," ucap Deana lagi yang membuat Heryna dan segerombolan anak murid tertawa.

Citra menatap Deana tidak terima. "Emang lo sendiri punya otak?"

"Punya. Setidaknya gue punya otak untuk ngga ngangguin kehidupan orang," Deana tersenyum miring menatap Citra.

"Sok suci banget lo. Ngga cukup Devan doang? Sekarang Azriel juga? Dasar anak pelacur," ucap Citra.

Deana membulatkan matanya terkejut. Ia tidak percaya bahwa Citra dapat mengatakan hal tersebut.

"Apa lo bilang?" teriak Deana murka.

"Pelacur. Anak pelacur!" ucap Citra dengan penuh penekanan lalu tersenyum miring.

Deana menatap Citra nyalang, tangan Deana sudah melayang untuk menampar Citra. Tetapi tangannya di tahan oleh seseorang.

Ia menoleh menatap orang tersebut. Dan ternyata orang itu adalah Devan.

"Nih, pake. Gue tau lo kedinginan," ucap Devan datar lalu memberikan jaketnya kepada Deana.

Deana masih diam menatap Devan tajam. "Lepasin gue ngga?"

"Kalau gue ngga mau gimana?" Devan hanya mengangkat bahunya cuek.

Deana mencoba menarik tangan yang masih berada di genggaman Devan. Sedangkan Devan hanya diam dan menatap Deana yang bergetar karena kedinginan.

Ia melihat mata Deana yang mulai berkaca-kaca karena menahan emosi. Devan tau, ia mendengar apa yang tadi Citra ucapkan.

Awalnya, Devan tidak tau kalau Deana sedang bertengkar dengan Citra. Tadi saat ia baru sampai di parkiran, Ken menghampirinya dan mengatakan hal tersebut.

Ia langsung berlari dan menghampiri Deana. Sesampainya di sana ia sudah melihat Deana yang basah kuyup dan Citra yang mengatakan hal tersebut.

Dan di sinilah dirinya. Berada di tengah Deana dan Citra.

"Jangan mau mengotori tangan lo buat nampar manusia kotor kayak begini," kata Devan menatap Citra remeh.

Citra membulatkan matanya. "Lo bilang gue manusia kotor?"

Devan tidak menggubris perkataan Citra. Ia masih menatap Deana yang masih menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kenapa? Ngga seneng gue tahan tangannya?"

"Iya," jawab Deana datar.

Devan hanya terkekeh. "Gue cuma ngga mau buat tangan lo yang bagus ini kotor."

Ia pun melepaskan tangan Deana yang sedari tadi ia tahan.

"Biar gue aja yang gantiin lo."

Belum sempat Deana menanggapi perkataan Devan. Laki-laki tersebut sudah berjalan ke arah Citra.

Plak.

Devan menampar Citra membuat semua orang terkejut. Termasuk Deana dan Citra.

Sedangkan Heryna dan Ken yang sedari tadi diam pun tersenyum miring. Bangga akan keberanian Devan.

"Lo-" Citra memegang pipinya yang sudah memerah lalu menatap Devan dengan wajah yang sudah menahan amarah.

"Itu karena lo udah buat dia terluka. Gue mati-matian di sini buat dia bahagia dan lo dengan gampangnya buat dia nangis. Emang anjing kan lo?" ucap Devan datar.

Deana menginjak kaki Devan pelan. "Gue ngga nangis, bego. Ngga usah sok iya lo," gumam Deana pelan.

Devan hanya bisa mencibir. "Salah mulu gue."

Saat Deana ingin menanggapi ucapan Devan, tiba-tiba Pak Tandiono yang merupakan guru BP datang.

"Apa-apaan ini?"

"Pak, saya ditampar Devan," ucap Citra sambil menangis.

Devan meringis mendengar ucapan tersebut. Ia ingin melawan tetapi suara Pak Tandiono menginterupsi ucapan Devan.

"Devan ikut saya ke kantor, Citra juga," tanya Pak Tandiono.

Tatapan Pak Tandiono jatuh kepada Deana yang basah kuyup.

"Kamu juga," ucap Pak Tandiono lalu meninggalkan kelas tersebut. Dan begitu pula dengan kerumunan orang-orang yang sudah balik ke kelas masimg-masing.

Citra berjalan mengikuti Pak Tandiono tanpa melihat ke arah Deana dan Devan.

Devan meringis. "Mati kita."

"Makanya ngga usah sok jadi jagoan. Nampar-nampar anak orang," dengus Deana.

"Lah, bukannya lo yang mau nampar dia? Gue kan cuma gantiin lo," ucap Devan santai.

"Ecieee. Yang udah akur lagi," kata Ken yang melihat Devan dan Deana saling berbicara kembali.

Deana mengangkat alisnya. "Kapan emang gue bilang kita baikkan? Ngga ada tuh," ujar Deana lalu pergi menyusul Pak Tandiono.

"Yeu. Dasar songong," teriak Devan yang dapat didengar oleh Deana.

Deana tertawa lalu berbalik menatap Devan. "Udah ayok. Ke kantor."

Devan mengangguk lalu menghampiri Deana. Dan merangkul sahabat perempuannya tersebut.

"Eh, lo ngga mau ganti baju dulu? Tar masuk angin loh," ucap Devan.

"Ngga usah sok perhatian. Najis."

Devan memajukan bibirnya dan langsung membuat Deana tertawa.

Kalau boleh jujur, Deana senang, Devan datang kepadanya tadi. Ia bahagia, Devan-nya sudah kembali.

○○●

Haiii!! Votments? Thankyou!❤

05 Maret 2018.

Continue Reading

You'll Also Like

497K 19K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.5M 217K 66
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
767K 36.6K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2M 101K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...