HUJAN | END

By Shineeminka

6.3M 539K 85.3K

Tanpa mempedulikan air hujan yang mulai membasahi tubuhnya, Arlita berjalan ke arah Revan. Dia berdiri tepat... More

Blurb
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35. After Married (1)
36. After Married (2)
37. After Married (3)
38. After Married (4)
39. After Married (5)
40. After Married (6)

20

112K 12.1K 1.1K
By Shineeminka

Revan meletakkan kantong kertas berisi dua bakpao isi kacang ijo dan segelas es dawet di atas meja Arlita.

"Makan Arl."

Arlita diam. Tidak menyambut pemberian Revan dengan suka cita padahal biasanya bila Revan membelikan makanan dari kantin dia akan senang karena itu berarti dia tidak perlu berdesak-desakan di kantin.

"Kenapa nggak dimakan? Lo nggak mau bakpao?" tanya Revan saat Arlita hanya diam saja. Tidak mau menyentuh makanan yang dia berikan, "Please Arl jangan diem aja kalau gue tanya. Lo kan punya mulut dan lo tentu tahu apa gunanya mulut?"

Arlita mengangkat kepalanya, menatap Revan dengan tatapan tidak bersahabat, "Andai makanan yang ada di atas meja aku sekarang aku buang ke tempat sampah gimana perasaan kamu?"

Revan menghela napas kasar, "Lo masih mempermasalahkan coklat yang barusan gue buang? Lo mau gue ambil coklat itu lagi terus gue makan?"

Arlita menggeleng, "Aku cuma nggak habis pikir kalau kamu setega itu. Diluar sana masih banyak yang kelaparan tapi kamu malah seenaknya buang makanan."

Revan menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya secara kasar, "Maaf," ucap Revan akhirnya.

"Kenapa minta maaf sama aku? Yang ngasih coklat itu bukan aku tapi Nindia."

Revan mengacak rambutnya, "Terus lo mau gue minta maaf sama Nindia?"

Arlita diam. Matanya menatap lurus ke arah papan tulis.

Revan berlutut di depan meja Arlita, dagunya bertopang di atas tangannya yang dia lipat di atas meja Arlita, "Jawab pertanyaan gue Arl! Lo mau gue minta maaf sama Nindia?"

Semua teman-teman sekelas mereka yang memang lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di kelas menatap ke arah Revan dan Arlita penuh minat. Bahkan mereka sengaja menghentikan kegiatan mereka yang memungkinkan menimbulkan suara bising. Sungguh mereka ingin mendengarkan apa yang sedang dibicarakan oleh sang ketua OSIS kepada pujaan hatinya yang tentunya tidak mampu dia gapai meskipun butiran air hujan berubah menjadi butiran batu kerikil.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Revan mencintai Arlita, dan sudah menjadi rahasia umum juga kalau Arlita anti pacaran.

Saat kelas X Arlita menolak mentah-mentah pernyataan cinta dari kapten team basket dan team futsal, menolak murid paling pintar di kelas XII dan masih banyak deretan nama cowok yang cintanya ditolak oleh Arlita, namun setelah Revan menjabat sebagai ketua OSIS tidak ada satupun murid cowok yang berani menyatakan cintanya pada Arlita, jangan pun menyatakan cinta, mendekat saja mereka enggan. Mereka enggan berurusan dengan Revan yang benar-benar posesif pada Arlita. Di dalam lingkungan Sekolah dan di depan Arlita, Revan benar-benar akan menjadi anak baik, namun diluar itu semua tanpa banyak yang tahu Revan tidak bisa dikategorikan dalam golongan anak baik-baik saat berada diluar lingkungan sekolah.

"Gimana Arl? Apa kalau gue minta maaf sama Nindia lo bakal maafin gue?"

Arlita masih diam. Kini matanya menatap ke arah jendela. Dia tidak mau menatap Revan meskipun hanya sejenak.

Revan menenggelamkan wajahnya ke atas tangannya yang masih dia lipat di atas meja Arlita. Rasa frustasi mulai dia rasakan. Sungguh demi apapun dia tidak suka diabaikan oleh Arlita.

"Lo lagi ngapain Van berlutut di depan Arlita?" Tanya Dika yang tiba-tiba saja sudah nongol di ambang pintu kelas, "Jangan bilang nanti pas ulang tahun sekolah yang meranin Romeo and Juliet lo sama Arlita," Dika geleng-geleng kepala, "Bakal jadi drama Romeo and Juliet versi religi dong hahahaha.....," Setelah mengatakan itu Dika tertawa kencang sambil memukuli pundak Revan yang masih berlutut di depan meja Arlita, "Nggak ada adegan ciumannya dong... Mau diganti sama adegan apa?" Dika terus saja bercelotehria. Mengabaikan tatapan membunuh dari Revan.

"Lo datang di waktu yang nggak tepat, Dik." ucap Revan sarkasme, dia beranjak dari posisi berlututnya, "Jangan lupa makan," ucap Revan sebelum pergi meninggalkan Arlita yang masih betah memandang ke arah jendela.

Dika mengikuti langkah Revan.

"Kenapa sih lo sewot amat? Bukanya biasanya lo selalu seneng yah kalau lihat muka tampan gue?" Dika mencondongkan wajahnya ke arah wajah Revan.

"Najis. Gue masih normal," hardik Revan seraya mendorong wajah Dika dengan tangan kanannya.

"Kirain lo dah nggak normal gara-gara cinta lo tak kunjung terbalas. Udah mau dua tahun loh Van. Nggak mau nyerah aja apa? Nyari yang lain!"

Revan mengabaikan ucapan Dika. Kakinya terus melangkah menuju aula. Ada hal yang harus dia kerjakan di aula.

"Revan."

Langkah Revan dan Dika otomatis terhenti saat dari arah belakang ada yang memanggil nama Revan.

"Lo?" Dika menunjuk sosok cewek yang kini berdiri tepat di hadapannya, "Lo yang waktu itu di cafe Marsha kan? Lo sekolah disini juga ternyata. Kok gue baru tahu yah?"

Nindia tersenyum, dia menyodorkan tangannya ke arah Dika, "Nindia. Aku baru pindah ke sini sebelumnya aku anak SMA 3."

Dika menyambut uluran tangan Nindia, "Dika. Nggak nyangka lo bakal pindah ke sini. Van lo..." Dika tidak melanjutkan ucapannya saat dia baru sadar kalau ternyata Revan sudah tidak ada di sampingnya lagi.

"Dia nggak suka yah sama aku?" tanya Nindia pada Dika, matanya menatap ke arah Revan yang melangkah menuju aula.

Dahi Dika berkerut, "Jangan bilang lo nekat pindah kesini karena Revan?"

Nindia mengulas senyum, "Iya aku pindah ke sini karena Revan."

"Gue nggak nyangka kalau lo senekat ini."

"Cinta perlu diperjuangkan dan ini cara aku untuk memperjuangkan cinta aku ke dia."

Dika geleng-geleng kepala, benar-benar tidak menyangka kalau di jaman modern kaya gini masih ada cewek macam Nindia.

"Kalau gitu gue cuma bisa bilang selamat berjuang," ucap Dika sebelum pergi meninggalkan Nindia.

💦💦💦

Arlita mulai memakan bakpao yang Revan berikan padanya. Awalnya dia tidak mau memakan bakpao itu tapi bila dia melakukan itu sama saja dia tengah melakukan balas dendam pada Revan karena membuang coklat dari Nindia, dan tentu hal itu sangat tidak baik untuk dilakukan. Dari kecil Mama dan Papanya sudah memberi petuah padanya untuk tidak menjadi orang yang pendendam.

Mama dan Papanya selalu berkata, "Bila ada orang yang jahat padamu balaslah kejahatannya itu dengan kebaikan. Kalau kamu membalas dia juga dengan kejahatan itu sama saja kamu telah menjadi persis seperti dirinya. Kamu harus ingat kisah Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam yang Allah jaga kesucian kisahnya agar bisa kita jadikan sebagai teladan. Kamu ingatkan kisah saat Rasulullah dilempari oleh penduduk Thaif hingga giginya tanggal dan berdarah-darah lantas datanglah dua malaikat penjaga gunung dan meminta Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam untuk menengadahkan tangannya, meminta pada Allah untuk menghancurkan penduduk Thaif namun Rasulullah tidak melakukannya, beliau malah membalas kekejaman penduduk Thaif dengan sebuah doa yang sangat mengagumkan, Rasulullah berkata, '(Tidak) namun aku berharap supaya Allah Azza wa Jalla melahirkan dari anak keturunan mereka orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.' Rasulullah tidak meminta kehancuran bagi penduduk Thaif yang telah berlaku sangat kejam padanya, namun beliau meminta sebuah kebaikan untuk penduduk Thaif. Jadi bila ada yang jahat padamu doakan dia dan tentu doa'nya harus yang baik-baik. Tidak boleh mendoakan yang buruk."

Arlita menyeka air matanya yang tiba-tiba sudah membasahi pipinya. Dia menyesal tadi sudah marah pada Revan. Seharusnya dia tidak usah marah, dia bisa membicarakan semuanya dengan baik-baik. Tidak perlu ada drama dia marah lantas Revan memohon maaf padanya.

"Ya ampun Tha lo mah aneh. Ada lo abaikan tak ada lo tangisin," celetuk Dodi yang memang sedari tadi melihat drama permohonan maaf Revan pada Arlita dan kini dia melihat Arlita menangis, "Yaudah jangan nangis Revan nggak akan bisa marah sama lo meskipun tiap hari lo jutekkin."

Arlita mengerucutkan bibirnya kesal. Diakan menangis bukan karena Revan tapi karena dia mengingat kembali kisah tentang Rasulullah yang pernah diceritakan Mama dan Papanya tapi si Dodi malah mengira dia menangis karena Revan. Benar-benar nyebelin.

Sepuluh menit menjelang bel berbunyi Revan sudah kembali ke kelas. Sebelum duduk ke bangkunya dia memilih untuk menyempatkan berdiri di depan meja Arlita, "Udah di makan bakpaonya?"

Arlita mengangguk.

"Lo abisin semua?"

Arlita kembali mengangguk.

"Itukan satu punya gue. Kok lo abisin?"

"Kamu nggak bilang."

"Gue belum makan apa-apa Arl."

"Suruh siapa?"

"Habisnya tadi lo ngambek."

"Siapa yang ngambek?"

"Lo."

Arlita mengeluarkan coklat Silverqueen almond ukuran 100gr dari dalam tasnya, "Ini buat kamu."

"Dari dia lagi?" tanya Revan dengan suara yang terdengar dingin.

"Bukan."

"Terus dari siapa?"

"Aku," jawab Arlita singkat padat dan jelas, "Mau nggak. Tadikan kamu bilang belum makan apa-apa?"

"Beneran ini dari lo?" tanya Revan memastikan. Jangan sampai kejadiannya sama seperti tadi. Sudah senang tingkat dewa eh nggak tahunya diakhir cerita harus menelan pil kekecewaan.

"Kalau kamu nggak percaya tanya aja sama Kak Rio. Aku belinya kemarin sore sama Kak Rio di Indomaret. Udah sana makan."

Revan tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Mimpi apa dia semalam hingga bisa dapat coklat dari Arlita. Bukannya pergi Revan malah mendudukkan dirinya di bangku yang berada di belakang tempat duduk Arlita, kebetulan yang punya tempat duduk masih asik melalangbuana di luar kelas, "Lo sengaja beliin coklat ini buat gue?"

Arlita menoleh sekilas ke arah belakang, sebelum kembali memfokuskan pandangannya ke arah buku Paket Bahasa Indonesia yang ada di atas mejanya, "Ih pede banget. Aku beli coklat buat aku makanlah bukan buat kamu."

"Terus kenapa nggak di makan?"

"Tadinya mau aku makan tadi malem cuman aku ketiduran."

"Masa sih? Bukannya lo beli memang sengaja buat gue yah?"

Arlita memutar duduknya, hingga kini posisi duduknya menghadap ke arah Revan, "Kamu nggak mau bukan? Kalau nggak mau sini balikkin lagi!"

Revan langsung beranjak dari duduknya, "Apa yang udah dikasih nggak bisa diambil lagi Arlita," ucap Revan sambil berjalan ke arah bangkunya.

💦💦💦

06 Jumadal Tsaniyah 1439H

Ambil baiknya buang jauh-jauh jeleknya.

Makasih banyak buat yang masih setia baca cerita aneh ini dan udah mau setia ngasih vote dan komen 😊.

Kalau punya waktu dan kuota tonton videonya yah 😊




















Continue Reading

You'll Also Like

3.7K 370 30
Bismillah |First Story| [Hargai karya penulis dengan follow akun, vote, komen, dan share cerita ini] 'Pencarian Jati Diri Demi Mengejar Pencapaian H...
2.4K 186 172
🍁 🍁 🍁 # Kumpulan quotes cerita wattpad Dan di saat bibir tidak bisa berucap. Memendam perasaan sendirian. Mengubur segala emosi sedalam dalamnya...
1.5M 67 6
Series ke-2 dari DEFETRO sudah terbit ebook di playstore -Dibuat 03 Sept 2018 -Selesai 25 Okt 2018
5.7K 521 15
The Chronicles of Narnia : The Magician's Nephew, adalah kisah seri pertama Narnia yang diterbitkan diurutan keenam setelah "The Horse and His Boy" p...