Tennessee🍓 [Byun Baekhyun St...

By Aurantiasya

121K 12.3K 807

Han Dairin, gadis yang mampu bertahan meski sampai ke titik dimana ia bisa saja menjadi abu. Cinta terus men... More

1 - Obvious
2 - Encounter
3 - Marry Me?
4 - Jelaous
5 - Q & A
6 - Tiki Land
7 - Espresso
8 - You and I Married
9 - Two Sides
10 - And Then?
11 - Candy Candu
12 - (Not) The One
13 - Gelap, Langit, dan Hujan
14 - Story (Flashback)
15 - Portal (Flashback)
17 - Andorra
18 - Kebohongan
19 - Damn It! (Flashback)
20 - Goodbye Kio
21 - Sweet Happenings
22 - Ice Cream Day
23 - By Myself
24 - Leave Me Lonely
25 - Finesse
26 - Let's Start Over
27 - End Game?
28 - Wake Me Up
29 - Revealed
30 - Opportunity

16 - Going Home (Flashback)

2.1K 364 13
By Aurantiasya

Aku tertawa kecil mengingat bagaimana Baekhyun menghabiskan semua makanan yang kami pesan. Dia melahapnya tanpa jeda, itu membuatku tertawa tanpa berniat berhenti.

Aku membuka pintu pelan. Aku pikir Daniel dan ayahku sudah datang. terdengar di dapur sangat berisik.

Jantungku semakin berdebar mengetahui Daniel sudah datang. aku berjalan pelan agar tidak mengeluarkan bunyi. tapi, yang kulihat bukan mereka. Aku hanya melihat ibuku sibuk memasak tanpa ada orang disana.

"Ibu." Panggilku.

Ibuku menoleh menatapku dengan gelengan khasnya. "Ini sudah jam berapa, Dairin!"

Aku menunduk pelan. "Aku ada acara dengan Baekhyun, Maaf tidak memberitahu Ibu."

Ibuku meletakkan makanan yang baru saja selesai ia masak. Menatapku dengan senyum nakal. "Dengan Baekhyun, hm?"

Aku mengangguk pelan.

"Ya sudah mandi sana, dasar anak muda." Aku mendengus.

Dengan malu-malu aku Berlari masuk ke kamar. Aku bisa mendengar kekehan ibuku.

Selesai mandi aku ke dapur, sebenarnya aku sungguh sangat kenyang. Namun melihat Ibuku memasak banyak malam ini membuatku bertekad akan memakannya. Ibuku akan merasa sedih kalau aku mengatakan sudah makan di luar.

"Wah, banyak sekali makanannya."

"Ini untuk Ayahmu dan Daniel. Ibu tidak menjamin mereka sudah makan atau belum."

Aku mengangguk. "Kapan mereka datang? aku sungguh sedang menunggu mereka." Ucapku antusias.

Ibuku tersenyum seakan merasakan seantusias apa diriku. "Mungkin akan lama. Kau tidurlah, jangan menunggu."

Tangannya meletakkan piring yang sudah berisi banyak makanan, sekarang aku berpikir bagaimana cara menghabiskannya.

"Tidak, aku akan menunggu mereka ibu. sudah berapa lama, ya." aku menghitung dengan jariku sudah berapa lama aku terpisah dengan Ayahku dan Daniel. "10 tahun, ibu. Aku merindukan mereka, sangat."

"Biar ibu saja yang menunggu mereka. Kau harus bangun pagi besok, jangan membantah."

Bibirku melengkung ke bawah, apa masalahnya aku menunggu Daniel dan ayahku. Ibuku terkadang bersikap berlebihan.

"Ibu harus membangunkanku jika mereka datang."

Ibuku hanya berguman mengiyakan dengan anggukan kecil. Aku memakan makanan tersebut dengan perlahan. Sungguh perutku memintaku segera berhenti.

"Kenapa? Makanannya tidak enak?"

Aku menggeleng cepat. "Bukan, hanya saja."

"Hanya saja?"

"Aku sudah makan bersama Baekhyun, tadi. Perutku sudah membuncit, ibu." Mulut sialan ini tidak bisa untuk tidak berbohong.

Ibuku terkekeh. "Kenapa tidak bilang, tinggalkan saja, pergilah ke kamar untuk belajar dan langsung tidur segera. Ibu akan mengantar susumu ke kamar."

Aku menghela napas lega. "Baik, makanan ibu sangat lezat."

Aku kembali ke kamar. Bukannya belajar aku malah terbaring di atas tempat tidur dengan tangan melentang lebar ke seluruh kasur. Lalu ketukan pintu membuatku segera meloncat mengambil buku asalan yang ada di atas nakas.

"Masuk, Bu."

Ibuku masuk dengan susu vanilla di tangannya. Aku lebih menyukai susu strawberry namun aku alergi dan tidak diperbolehkan mengosumsi strawberry dalam jumlah banyak.

Maaf saja, aku sangat menyukai Strawberry dan tidak berniat melupakannya.

"Minum tanpa sisa, Airin." Perintah ibuku.

Aku hanya mengangguk. "Terima kasih, Ibu."

Ibuku mencium pipiku berahli ke keningku dengan lembut. "Jangan tidur terlalu malam."

"Siap, Captain." Aku tesenyum.

Ibuku bersiap meninggalkan kamarku.

"Ibu." panggilku menghentikkan langkahnya dengan menatapku.

"Ibu tidak akan meninggalkan aku, kan?"

🍓🍓🍓

Aku merasakan tanganku di pegang dengan erat. aku tidak tahu siapa yang sedang mengenggam tanganku.

Aku mengintip dengan mata memicing. Kantukku terbang melayang tanpa sisa. Aku bisa melihat, sangat jelas.

Aku pasti sedang bermimpi.

Namun, tangan lainnya menggerakkan tubuhku seakan sedang membangunkan diriku. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka mata. Pertama kali yang aku lihat.

Lelaki tampan dengan senyum yang sangat aku kenali.

Dia tersenyum dengan mata yang hampir tertutup, sungguh aku merindukan senyum itu.

"Daniel, benarkah?" Aku berpikir kalau diriku sedang bermimpi.

Tetapi sekali lagi, aku bisa merasakan ia memelukku, tidak erat namun aku bisa merasakannya.

"Dairin."

Aku tersihir mendengarnya. Dengan cepat aku melepaskan pelukannya berahlih memegang bahunya kuat.

"Kau bisa? Sungguh?" Senyum terukir di bibirnya.

Ia tersenyum. "Aku banyak melakukan mengobatan dan terapi."

Aku tersenyum bahagia. "Selamat. Sungguh aku hampir tidak mengenalimu."

"Kau tidak mengubah kamar ini." matanya meneliti setiap sudut kamar dengan mulut sedikit menganga.

Aku menggeleng. "Aku percaya kau akan kembali."

Daniel hanya tersenyum membalas perkataanku.

"Dasar anak nakal." Aku memukul bahunya kuat.

Daniel hanya menggeleng lemah. Matanya sayu seakan mengatakan maaf.

Aku tidak tahu mengapa aku bisa selemah ini, air mataku jatuh tanpa bisa dihentikkan, entah terlalu bahagia atau malah sedih mengingat bagaimana ayah dan Daniel meninggalkan aku berserta ibuku.

"Kau kemana saja selama ini?

"Dairin jangan menangis."

"Jawab pertanyaanku, Bodoh."

Dia terkekeh, dan aku ingin melemparnya ke lubang buaya.

"Aku tinggal di Tennessee untuk melakukan mengobatan."

Aku terdiam. jauh sekali sampai ke lautan Amerika. "Kau pasti bahagia tanpa aku."

"Aku tidak bisa tidur dengan benar selama 10 tahun ini."

"Sungguh? Karena aku?"

"Bukan, bukan karenamu. Karena kasurku."

Aku mendengus malas. Dia tidak pernah berubah, selalu membanggakan kasurnya. Memangnya hanya kasurnya saja yang empuk? Dasar adik sialan.

Bersamaan tawa Daniel berhenti. Suara gelas terjatuh dengan keras. Aku berdiri ingin tahu apa yang terjadi.

Namun tangan Daniel menghentikanku. "Aku akan mengeceknya, kau tunggulah disini."

"Tidak, jangan keluar. Kita menunggu disini saja."

"Astaga, itu hanya kucing, Daniel."

Daniel menggeleng lemah. "Ibu dan Ayah bertengkar."

🍓🍓🍓

Aku pikir, setelah Ayah dan Daniel pulang maka kami akan bahagia. Kenyataan menampar diriku, kala Ibu dan Ayahku sering bertengkar tanpa alasan yang jelas.

Dan satu hal yang aku tangkap. Inti permasalahan adalah diriku.

Aku telah salah menyangka jika aku mampu hidup seperti sediakala. Daniel memang kembali tapi tidak dengan Ayahku.

Ayah yang mengajariku mengendarai sepeda tidak pernah lagi mengucapkan namaku. Ayah yang selalu aku banggakan di hadapan semua orang tidak lagi ingin menatap ataupun bertanya bagaimana perasaanku selama ini. Apakah aku hidup dengan nyaman? Tidak pernah.

Dia membenciku, dengan sangat terang-terangan.

Aku dianak tirikan oleh Ayahku sendiri. Kamarku berpindah ke lantai atas. Sedangkan Daniel memakai kamarku. Memang sedikit sempit namun aku menurut berharap ia tidak membenciku.

Tapi tidak sampai disitu, Ayahku tidak mau sarapan bersama jika ada aku. Dia lebih memilih makan di kantornya.

Aku pernah datang ke ruangannya dua hari yang lalu. Aku mengatakan kalau aku merindukannya, dan hampir aku hampir mati karena ia memukulku.

Daniel menyelamatkanku.

Bagaimana pun dia adalah Ayahku. Selalu ada yang menganjal di diriku.

Sebuah tangan memegang bahuku dengan sedkikt meremasnya. Aku tahu siapa itu.

"Kau terlalu bahagia, ya? sampai melupakan aku sebulan ini."

Aku tersenyum pelan. "Saudaraku membutuhkan aku untuk beberapa hal."

"Dia dari Tennessee?" Aku mengangguk.

"Disana dia melakukan pengobatan. Kenapa bertanya?"

Baekhyun duduk di sampingku, memainkan tangannya pada meja café. "Tidak, hanya penasaran. Apa kalian benar-benar mirip?"

Aku mengedikkan bahu tak tahu. "Kalau yang aku lihat, kami mirip."

"Bearti dia adalah versi lelaki dari dirimu?"

Aku mengangguk, setelah itu pesanan datang, Baekhyun masih fokus menatapku yang sudah meminum Coffee perlahan.

"Bisa tidak, jangan minum Espresso?"

"Kenapa?" aku menyingkirkan Espresso yang ada di hadapanku.

"Aneh saja, kau menyukai Strawberry yang asam dan Espresso yang pahit. Sesekali kau harus merasakan makanan yang manis."

Sialan, aku di katakan aneh.

"Kau ingin mati, hah?" ancamku, Baekhyun malah terkekeh.

"Aku ingin kerumahmu, melihat Daniel."

"Tidak!"

Baekhyun sedikit menelengkan kepalanya ke arahku. "Kenapa?" tanyanya polos.

aku mengaruk tengkuk. "Ayahku sangat galak, kau tidak akan kuat."

"Sungguh?" tanya Baekhyun antusias.

Aku mengangguk semangat. Bisa habis kau Byun Baekhyun bila datang ke rumahku.

"Kau sedang tidak membohongiku, kan?"

Aku menggeleng. "Sungguh!"

Baekhyun memicing curiga.

Astaga, aku seperti gadis dengan banyak kebohongan yang menyelimutiku, sampai Baekhyun menatapku seperti itu.

"Kau bisa bertemu Daniel, tapi tidak di rumahku."

Baekhyun mundur, meminum Yougertnya sampai kandas. "Besok, Bagaimana?"

Aku berpikir, apa besok Daniel punya kegiatan penuh atau tidak.

"Aku usahakan, tapi tidak janji."

🍓🍓🍓

Pagi ini adalah pagi tersial yang pernah aku lalui, terlambat sampai di hukum membersihkan perpustakaan. Aku bukan kutu buku yang memiliki kacamata tebal. Aku Dairin yang lebih menyukai kegiatan medis.

Aku tidak menyukai aroma buku, dan sialnya aku harus membersihkannya dari debu tebal yang tak tahu kapan terakhir kali dibersihkan.

Berita bahagianya aku tidak sendirian, aku berdua dengan seorang lelaki yang superaktif.

Dia terus berbicara meskipun aku tidak menanggapinya. Namun jujur saja, dia lucu. Terlihat dari semua lelucon yang ia lempar padaku. cukup membuatku terhibur.

"Park Chanyeol." Tangannya terulur di hadapanku.

Aku menatapnya. Entahlah, aku hanya tidak mau menambah seorang teman.

Aku menunjuk nametag di bajuku, dia meremas tanganya kembali. Aku membungkuk pelan sebelum meninggalkannya.

Aku tahu, dia adalah Seniorku.

"Tidak biasanya kau terlambat." Itu Kyungsoo.

Dia selalu mengatakan ingin berteman denganku. Dia anak yang pintar, sangat bersih dalam hal apapun, dan memiliki seorang kakak yang sangat tidak aku sukai.

Aku hanya mengangguk sebagai balasan, kalau aku tidak merespon apapun, maka pertanyaan lain akan keluar dari mulutnya, dan aku tidak suka itu.

Dia cukup baik, hanya saja yang seperti aku katakan sebelumnya, aku tidak berniat menambah seorang teman.

"Ingin ke kantin bersama?" dia bertanya dengan lembut, sebenarnya aku ingin menerima ajakannya.

Namun saat aku mengingat bagaimana kakaknya menarik rambutku, membuat setan di dalam diriku memberontak untuk menolak.

"Aku tidak mau kakakmu marah, dan menjambak rambutku."

"Joy tidak akan marah."

Aku menggeleng, "Aku tidak lapar." Lebih baik aku ke belakang sekolah.

Aku pergi meninggalkan Kyungsoo dengan senyum yang masih terlihat meski aku sering menolak ajakannya. Aku hanya tidak ingin kembali bertengkar dengan Kakaknya.

Bruk.

"Kau tidak apa?" aku mencoba berdiri. Dia menolongku.

Aku bisa lihat dia tersenyum samar. "Kau yang terjatuh, ada yang sakit?"

Aku menggeleng. "Aku yang menabrakmu. Maaf."

Dia mengangguk.

"Terima kasih." ujarku pelan ia menolongku dengan cepat saat aku linglung ingin terjatuh kembali.

"Aku antar ke UKS?"

Aku hanya diam saat ia memapahku berjalan ke UKS. Tanganku memegang bahunya erat, aku seperti melihat seorang dewa, sungguh.

"Oh Sehun." Ucapnya.

Dia mengatakan namanya sebelum aku bertanya. Jangan-jangan ia mempunyai kemampuan membaca pikiran seseorang.

Aku menggeleng cepat, tidak mungkin.

"Ada apa?" Tanya meletakkan tubuhku di atas kasur, sedangkan dia menduduki dirinya di sampingku.

"Namamu?"

Aku menatapnya bingung.

"Aku sudah memberi tahu namaku, sekarang giliranmu."

Aku merutuki diriku yang kelewatan bodoh saat ini.

"Han Dairin."

"Senang bertemu denganmu."

Jantungku sedang melompat-lompat. Senyumnya membuat darahku mendesir.

Aku pernah mengalaminya.

Saat bersama Byun Baekhyun.

🍓🍓🍓

Pasti ada yang penasaran gimana ceritanya Baekhyun dan Dairin udah lama kenal tapi kayak orang asing. Mungkin hal ini bakal di bahas di pertengahan chapter. Bersamaan tragedi meninggalnya Ibu beserta Daniel.

Love you, Kimiku💛


Medan, 1 Maret 2018

Aurantiasya🍒



Continue Reading

You'll Also Like

667K 32.2K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
2.7K 581 17
Ajun masuk dalam golongan manusia super sensitif yang mudah baper dan overthinking dengan segala hal menyangkut hidupnya. Hal ini menyebabkan dia ser...
949K 77.6K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
72K 1.1K 12
✨ Everything starts with imagination ✨ Please vote and comment for the next chapter, love y'all❤