Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)

By Grace_yui

763K 59.6K 3.9K

"Dasar Om-om mesum! Sukanya mainin hati cewek! Baru juga putus elo udah punya nenek grandong disini,Huh!!!" B... More

Chapter #1
Chapter #2
Chapter #3
Chapter # 4
Chapter # 5
Chapter # 6
Chapter # 7
Pasangan Patah hati
Kencan???
Two Week's
Cokelat Ice Cream
Hmmm...
Pacar!
Next Part
Kepergok!
Segara Vs Keendranata Part. 1
Segara Vs Keendranata Part. 2
Holiday Part. 1
Holiday Part. 2
Holiday Part. 3
Belah Duren
Kesal
Doraemon
Kejutan Part.1
Kejutan Part. 2
Kejutan Part. 3
Status : Engagement
First Day
First Day
Kangen
2nd Day
Aku Menyerah!
New Case trailer
Request
Cetak
Cover
Notes
Coming Soon
Pacarku Gay
OPEN PO PACARKU GAY?
Giveaway
My Best Friend

(Ga') Cemburu

17.8K 1.9K 177
By Grace_yui

"OMG!! Panas banget!!" protes Bian saat bersandar di kursi di sampingku.

"Nih..." aku menyerahkan sebotol air mineral yang sudah dibuka, siap minum. Sebagai asistennya aku harus siap sedia dengan keperluannya.

"Kenapa nggak sekarang?" aku menoleh pada Bian dan menghentikan membalik majalah.

"Apa?" tanyaku sambil menatap ke arah tempat pemotretan yang memang panas. Bagaimana tidak panas kalau saat ini Bian sedang pemotretan untuk cover majalah yang sedang genjar mengiklankan bahwa bumi kita semakin panas dan perlu banyak pohon.

Aku mengambil gelas teh gopek ku dan menatap Bian. Dia melepas kaosnya yang sedikit basah.

"Ayy!Baju gue dong..." aku mengangguk dan berjalan ke samping.

"Nih!!" ucapku sambil berdiri di hadapan Bian.

Aku menatap Bian yang telanjang dada, dia itu tampan, sexy, idola gadis-gadis tapi...

Ku tekankan tanganku di dadaku, merasakan debar jantungku.

"Biasa aja..." gumamku sambil memiringkan kepalaku dan kembali mengingat bagaimana reaksi jantungku saat melihat Segara.

"Apanya?" tanya Bian saat kepalanya muncul dari kaosnya.

"Apanya yang biasa aja?" ulang Bian sambil kembali duduk.

"Hah?! Umm... nggak! Nggak papa!" aku meringis dan segera berbalik sambil berpura-pura merapikan kotak-kotak make up Bian.

"Apanya yang nggak papa?" Bian mengerutkan dahinya sambil menyipitkan matanya.

"Mencurigakan!" desisnya sambil mengelus dagunya seolah dia punya jenggot panjang.

"Kalian berdua lagi ribut ya?? Masak ribut?" aku berbalik dan melotot pada Bian.

"Aku nggak sedang ribut sama Segara!" bantahku cepat.

"Ummm... aku nggak bilang Bang Segara..." Bian meringis.

"Wahhh, jadi alasannya pertunangan diundur karena kalian ribut? Ckckckck... padahal kan baru juga kemarin lusa pulang honeymoon Ayy..." Bian terkikik.

"Apa lo cemburu karena Bang Segara masih di Bali karena ada urusan sama kak Tata?" aku mendengus kesal.

Kenapa semua selalu mengaitkan kekesalanku dengan Tata sih?!

Tapi, apa benar Segara patah hati karena wanita itu? Bian tahu nggak ya? Atau aku tanya Sonya? Eh, tapi nanti dikira aku ada apa-apa sama Segara lagi. Tapi aku penasaran sekali.

"Ayy-"

"Gue ga cemburu!!!" bantahku cepat.

"Hmmm... yakin?" tanya Bian masih dengan mengelus dagunya.

"Kak Tata itu cantik lo Ayy..." Bian kembali duduk dan kembali meneguk air mineralnya.

"Gue juga tahu, begog! Nggak usah lo bilang gue juga tahu!" batinku kesal mendengar ucapan Bian.

Aku berbalik dan kembali berkutat pada segala sesuatu di meja rias ini, tapi satu persen dari diriku masih fokus dan penasaran dengan wanita bernama Tata. Dia wanita dengan berbagai pekerjaan. Dia juga terkenal sebagai model, designer, fotografer dan juga pengusaha. Karier yang bagus dan melejit, tak heran jika banyak pria akan selalu mengekor di belakangnya, termasuk Segaraku.

Deg.

"Ishhhh!!!" aku mengetok kepalaku dengan frustasi, bagaimana bisa aku tadi berfikir Segara adalah milikku?

Astaga, aku pasti sudah benar-benar gila.

"Hei... hei!!!" aku menoleh pada Bian.

"Tenang... gue bantuin elo deh! Gue kan dukung elo jadian sama abang gue... Mommy juga dukung elo kan... jadi tenang aja..."

"Gue nggak butuh dukungan lo sama Tante Eva!" bantahku dengan nada sombong.

Dasar mulut sombong tidak tahu diri! Ngapain juga mulut gue nyetus gitu?! PD banget lagi! Dasar Ayyang bego'!

"Yahhh, gue rasa juga gitu sih... gue tahu kalau abang gue udah cinta banget sama elo... tapi biar lo tahu aja, gue sama Mommy ngedukung elo..." sahut Bian sambil menepuk kepalaku dengan pelan.

"Apaan sih... ihhhh!!!" aku segera menangkis tangan Bian.

"Emang gue anak lo apa?!" bentakku galak.

"Edihhh... ya udah panggil gue bokap kalo' gitu..."

"Najis! Terus emak gue kaya' apa kalo' bapak gue kaya' elo masih brondong gitu!!" Bian terkekeh mendengar argument-ku.

"Trusss... lo mau jadi anaknya bang Segara gitu?"

"Kok abang lo dibawa-bawa sih?!"

"Habisnya, abang gue sering ngelus-ngelus kepala lo juga oke aja! Lo nggak galak gini deh..."

"Itu-" aku terdiam tak bisa menjawab. Bian sering memergokiku saat Segara mengusap-usap kepalaku.

"Bang Segara bokapnya dan kak Tata nyokab nya... seras-"

"Serasi apanya!" dengusku kesal dan segera membereskan semuanya dengan sembarangan.

"Ayy... Ayy... lo beneran cemburu ya??"

"Nggak! G-U-E Nggak C-E-M-B-U-R-U!" ucapku dengan penekanan sejelas mungkin.

"Ya... yaa... kalau nggak cemburu itu ya..." Bian menarik kotak yang baru aku bereskan.

"Handphone gue nggak bakalan masuk kotak make up... teeeeruuuuussss... ini tisu yang harus dibuang juga ga masuk kotak make up... nihhh apalagi..." Bian mengayunkan gelas teh gopekku yang sudah kosong itu, gelas plastik itu kini sudah penyok tak berbentuk lagi.

"Jadi..."

"Nggak! Pokoknya gue nggak cemburu!!!" bantahku cepat.

"Ehh...ehhh... ya... ya... oke... oke! ya udah deh Ayy... gue..." Bian menoleh ke belakang. Aku ikut menoleh dan tampak mas Kian, fotografer sesi pemotretan ini melambai.

"Gue percaya!" ucap Bian sambil meringis.

"Gue percaya kalau elo sekarang lagi cemburu!!!" serunya yang kemudian berlari cepat sebelum tanganku sempat menggeplak kepalanya.

"Dasar bocah bandel!!" dengusku kesal.

"Bodoh! Siapa juga yang cemburu!!" aku menatap kotak make up ini yang berantakan.

"Ishhhhh!!!" kesal aku mendorong kotak make up itu dengan asal dan menghempaskan tubuhku di kursi malas Bian dengan keras.

Ting!

Pesan masuk di handphone Bian dan aku mengernyit membaca pesan yang terbaca meskipun handphone dalam keadaan terkunci.

"Tata" gumamku lirih. Aku meraih handphone Bian dan menunggu pesan apa lagi yang masuk setelah pesan pertama adalah sapaan pada Bian.

Ting!

Secepat kilat mataku membaca pesan masuk itu.

Tata Keen
Gue numpang di rumah lo seminggu ya...

Tata Keen
Kata abang lo gue harus tanya sama penghuni lain di rumah abang lo...

Aku segera meletakkan handphone Bian dengan kasar, bodoh amat kalau handphone Bian rusak.

"Awas aja kalau tuh bocah nakal tanya gue! Gue pindah deh! Ogah gue sekamar sama tuh Tata Tata!" dengusku berapi-api.

-

Segara Pov

Aku kembali menatap jam di dinding, waktu sudah menunjuk hampir pukul sebelas malam dan mereka berdua belum juga datang.

Aku sedikit cemas, apakah dia menyukai tempat tidur barunya? Aku sudah mengganti tempat tidur di kamarnya menjadi ukuran lebih besar kemarin, tapi kenapa tidak ada respon apa-apa darinya? Memang aku masih di Bali dan baru tiba sore tadi.

Tok... tok...

Aku mendongak dan tampak Tata berdiri diambang pintu dengan secangkir kopi ditangannya.

"Kopi?" dia mengangkat cangkir kopi itu lalu berjalan masuk ke ruang kerjaku.

"Tidak... aku sudah kelebihan caffeine hari ini..." aku tersenyum padanya.

Tata, mantan pacarku sewaktu SMP sampai pertengahan SMA. Dia adalah satu-satunya mantan pacarku yang berkelamin wanita.

Perasaanku padanya?

Entahlah, tidak ada hal yang menggetarkan. Mungkin karena dia hanya cinta monyetku?

"Hmmm... wahhh... ruang kerja yang nyaman, rumah besar... dan aku suka kamar yang di atas..." ucapnya sambil duduk di kursi di hadapanku.

"Kamar yang mana?"

"Kanan... feminin, tidak mungkin aku menggunakan kamar Bian..." Tata terkikik.

"Apa kamu menyiapkan semuanya sebelum kemari? Apakah kamu sudah memperkirakan aku akan menginap disini?" aku menggigit bibirku.

Ini pasti salah, seharusnya Tata tinggal di kamar Bian dan Bian bisa tidur di kamarku. Kalau Tata tidur sekamar dengan Ayyang... itu pasti tidak mungkin. Dia bisa ditendang Ayyang saat tidur, mengingat cara tidur Ayyang yang sedikit ekstrim.

"Segara... apa kamu mencintaiku?" aku melirik Tata dari kaca mataku. Pertanyaannya berhasil memancing fokusku padanya.

"Hhhh..." Tata menghela napas panjang.

"Dengar... aku merasa bersalah dengan hubungan kita. Karena aku, kamu banyak menderita. Karena aku tidak pernah menganggapmu kamu memilih menjadi gay dan membenci semua wanita... karena aku pula kamu dan Sonya menikah tanpa cinta... dan karena aku juga sekarang dirimu dalam masalah..." aku menatap Tata yang terlihat frustasi.

"Aku merasa bersalah Segara... aku memiliki karier yang bagus, banyak pria yang menginginkanku dan banyak kemudahan yang kudapatkan..."

Tata berjalan memutari meja, berdiri disampingku lalu memutar kursiku sehingga kami berhadap-hadapan.

Tangan lentiknya terjulur dan kemudian merapikan rambutku yang sedikit berantakan.

"I'm sorry..." bisiknya pelan dan kemudian dia menunduk dan mensejajarkan mataku dan matanya.

"Terima kasih karena kamu selalu mendukungku..." dia tersenyum padaku.

"Mulai sekarang... aku akan membalas semua perasaanmu padaku..." aku mengerutkan keningku.

"Kita bisa mulai-"

"Tunggu dulu Ta..." aku menarik kedua tangannya yang merangkum wajahku.

"Ini-"

"Aku serius! Aku kembali untukmu..." aku tersenyum dan ini terasa menggelikan.

"Ta-" aku menoleh ke arah pintu dan melihat Bian melintasi pintu ruang kerjaku dengan tawa cekikikan dengan Ayyang.

"Lo super nyebelin! Ihhhh!!!" jeritan kesal Ayyang seketika memenuhi ruangan.

"Siapa suruh lo tadi kabur begitu liat kak Kendra! Ya gue makan aja jatah makan lo! Hahahaha..." aku mengerutkan keningku. Mereka berdua itu selalu heboh setiap datang.

"Hallo Bang!" sapa Bian dan spontan tawa cekikikan mereka berdua berhenti.

Aku menatap Ayyang dan tersenyum tapi dia hanya menyipitkan matanya lalu membuang muka dan berlalu begitu saja.

"Hallo kak Tata..." sapa Bian canggung.

"Bang!" Bian menggerakkan tangannya. Aku mengerutkan keningku dan baru menyadari kalau aku masih menggenggam kedua tangan Tata.

"Kita lanjutkan nanti..." aku segera berjalan dengan cepat ke luar dari ruang kerjaku dan menerobos Bian yang berdiri tegak.

Kuedarkan pandanganku dan kulihat Ayyang di dapur sedang mengamati isi lemari pendingin.

"Yang..." panggilku saat aku sudah berdiri di belakangnya, namun dia sama sekali tidak merespon panggilanku.

"Yang..." kembali kupanggil nama gadis yang akhir-akhir ini membuat hidupku lebih menyenangkan dari biasanya.

Melihatnya mengerutkan dahinya saat ada sesuatu yang tidak dia mengerti, atau melihatnya frustasi setiap Bian membuat ulah, atau mendadak marah saat makanannya dimakan orang lain.

Mendadak marah?

Apa Bian mengambil makanannya?

Aku menoleh pada Bian dan menggerakkan daguku pada Ayyang. Bian meringis dan melambai padaku supaya mendekat.

Ku pandang Ayyang sebentar sebelun mendekati Bian, dan dia masih saja sibuk membalik-balik kotak-kotak berisi ayam bumbu dan daging bumbu.

"Ada apa?" tanyaku begitu aku di hadapan Bian dan Tata.

Bian meringis dan menggaruk kepalanya.

"Makanannya aku makan tadi..."

Nah, apa kubilang. Kalau makanannya dimakan orang lain pasti dia akan mengamuk tidak jelas.

"Bian! Gue-" Ayyang terdiam saat melihatku berdiri disamping Bian.

"Dia siapa?" tanya Tata sambil berdiri di sampingku.

"Dia Ayyang kak. Asisten Bian..." Bian menyahut dengan cepat.

"Ohh... jadi dia yang sering dibicarakan Kendra?" bisik Tata ditelingaku.

"Kendra?" tanyaku pada Tata.

"Iya... tadi makan malam Ayy Bian habisin, soalnya pas Kak Kendra datang Ayy langsung pergi ke luar dengan kak Ken. Kirain nggak balik, eh nggak tahunya..." Bian meringis.

"Mereka ke luar bareng? Berapa lama? Kok-"

"Huhh! Hilang nafsu makan gue!" seru Ayyang sambil berjalan melewatiku menuju tangga.

"Aku sekamar sama dia?" tanya Tata sambil menoleh padaku.

"Hah?" Ayyang berjalan mundur dan berdiri di hadapanku.

"Sekamar?" tanyanya pada Tata. Dia menatap jam tangannya.

"Hhh, Besok gue jemput jam enam pagi!" ucap Ayyang ketus pada Bian.

"Awas kalo' lo belum siap!" ucapnya lagi sambil membenarkan letak tas di bahu kanannya.

"Yang!" aku menahan tangannya.

"Mau kemana?" tanyaku lagi, bukannya menjawab dia hanya menarik tangannya.

"Ini udah malam!" tegasku sambil meraih tangannya lagi.

"Apaan sih!" dia kembali menghempaskan tanganku dengan lebih keras.

"Kok tuh cewek gitu?" tanya Tata pada Bian yang masih bisa kudengar.

"Yang!" teriakku keras penuh emosi. Gadis satu ini memang susah dikasih tahu, kan aku jadi membentaknya.

"Apa?!" tanyanya dengan nada menantang dengan dagu diangkat dengan sombongnya.

-

Ayyang Pov

"Apa?!" tanyaku sambil mengangkat daguku.

Kesal?

Tentu saja aku kesal.

Kesal yang berlipat ganda, hari ini sepertinya adalah hari sial bagiku.

Sejak pagi tadi tiba-tiba mas Bas memberitahukan bahwa Bian akan melakukan pemotretan bersama Kendra.

Saat siang aku harus bertengkar dengan tukang ojek online karena dia menabrak mobil yang ku kendarai saat menuju rumah Gabby mengambil pesanan.

Saat sore aku harus menghindari Kendra yang tak pernah berhenti menggangguku dengan mengirimkan foto-foto Segara dan cinta matinya. Ngapain coba kirim-kirim foto begitu?! Aku bukan apa-apanya Segara dan aku tidak akan cemburu!

Tidak akan pernah!

Saat malam, jatah makan malamku diembat Bian gara-gara Kendra ngotot ingin bicara dan aku tahu kemana pembicaraan Kendra akan berujung.

Begitu sampai rumah aku melihat lintah wanita itu menempel pada Segara dan aku akan sekamar dengannya? Jangan harap!

Aku tahu, pasti tempat tidurku berubah menjadi ukuran king size itu karena lintah wanita itu akan menginap di rumah ini.

Arghhhh!! Menyebalkan!!

Bian menyebalkan!

Segara juga sama menyebalkannya! Bahkan dia itu super duper nyebelin!

Mana sekarang perutku laper, tapi di kulkas cuma ada ayam dan daging mentah.

Lebih baik aku cari makan di luar dan sekalian pulang saja.

Kriukkkk...

Aku meringis, perutku sudah tidak bisa diajak kompromi rupanya.

"Udah deh ahhh!!" aku berbalik, malas menghadapi Segara.

"Yang!"

"Apaan sih?! Gue laper berat! Gue mau cari makan!" tegasku kesal.

"Gue temenin!" ucap Segara segera menarik tanganku. Spontan aku berhenti.

"Ngapain?! Nggak! Nggak!" aku menarik tanganku.

"Gue mau makan trus pulang! Gue nggak mau repotin siapa-siapa!" Segara melotot padaku dengan kesal.

Lah, kok dia yang kesal. Harusnya aku yang kesal.

"Lo kan ada tamu... lo-"

"Kamu cemburu?"

"Hah?! Siapa?! Gue? Ya elah! Ngapain juga gue cemburu sama lin- eh. Ehmm... ummm... ngapain gue cemburu sama Tata!" aku melengos dan membuang pandanganku kearah lain.

"Aku nggak sebut Tata..." bisik Segara ditelingaku.

"Eh-" aku mengedipkan mataku saat menyadari betapa dekatnya wajah Segara denganku.

Aku menarik kepalaku ke belakang saat Segara memajukan wajahnya mendekat padaku.

"Jadi kamu cemburu sama Tata?" dia tersenyum lebar.

"Nggak..." ucapku pelan sambil mengangguk.

"Hahaha..." tawa Segara spontan membuatku melongo. Kenapa dia tertawa? Memang ada yang lucu dari ucapanku?

Aku bersiap memprotes saat otakku tiba-tiba menyadari sesuatu.

Tadi apa yang kukatakan?

Aku bilang 'nggak' tapi kepalaku mengangguk?

Oh, My God!

Pasti ini efek lapar, makanya nggak sinkron antara ucapan dan tindakanku.

"Yang-"

"Yuk! Makan! Aku jadi laper juga Yang..." ucap Segara cepat dan menarik tanganku.

Hah?!

"Ternyata denger kamu cemburu bisa buat aku laper Yang..."

Astaga! Pasti ini salah paham.

Aku nggak cemburu! Tapi... ummm... aku nggak suka liat Segara dengan lintah wanita itu.

Arghhh...

"Kamu tidur di kamar aku aja Yang!"

What?!!

-

Holla...

Ada yang kangen nggak?

Semoga bisa ngehibur dihari selasa malam ini ya...

Salam kangen
Ayyang Segara😘😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

28K 3K 13
lah kok jadi manusia?-Lee Heeseung 2024
267K 27.5K 26
Secuil kisah ajaib bin menarik dari keluarga mapia Papi Rion Kenzo dan Mami Caine Chana beserta tuyul-tuyulnya. YES THIS STORY CONTAIN BXB!
136K 13.5K 99
keseharian keluarga kim manoban
8.7K 961 24
seorang murid sma berteman dengan cowok mesum, random, toxic, perhatian, suka ngegoda, lalu mereka berdua lulus sma dan tinggal bersama di gaming hou...