LunatiC : Deep World Dark Sid...

By FreesiaSaa

5.3K 641 69

[Genre : Sci_fi, Friendship, Tragedy] Depresi, Trauma, Halusinasi, dan beberapa sisi gelap lainnya menyelimut... More

0.0. LunatiC : Prolog
0.1. LunatiC : Beban Hidup
0.2. LunatiC : Gila
0.3. LunatiC : StiGma
0.4. LunatiC : Gadis yang Manis
0.5. LunatiC : Burung Gagak
0.6. LunatiC : Sisi Gelap
Note
0.7. LunatiC : Perasaan Takut
0.8. LunatiC : SicK
0.9. LunatiC : VoiCe
1.0. LunatiC : Keinginan Bersatu
1.1. LunatiC : RomantiC LiFE
1.2. LunatiC : Keinginan Bersatu (2)
1.3. LunatiC : HeadlesS
1.4. LunatiC : Looks Like cutting tHE...
1.5. LunatiC : Suara dalam Kenangan
1.7. LunatiC : The Crow's calling
1.8. LunatiC : It was My FauLt
1.9. LunatiC : 1 years later~
2.0. LunatiC : Si Cengeng
2.1. LunatiC : [Untitled]
2.2. LunatiC : News
2.3. LunatiC : Pulang
2.4. LunatiC : Story Ab0ut PainfuL Memory
2.5. LunatiC : EpiloG
(+) LunatiC : Normal - Secret Ending
(+) LunatiC : Normal - Pra EpiloG
LunatiC 2

1.6. LunatiC : Painful Memory

119 19 10
By FreesiaSaa

Kau kenapa, Rika?

Apa yang terjadi padamu?

"Apakah aku... memang harus mati?"

Aku menatap Rika yang saat ini duduk disampingku. Dia memandang kosong keluar jendela sementara Bis melaju mengantarkan kepulangan kami. Jika aku mengingat betapa takutnya dia -hingga membuatnya menangis- aku jadi merasa bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Selama ini yang kulakukan hanya bertanya, tapi aku tidak benar-benar memahami apa yang dia rasakan. Aku bertanya hanya karena aku ingin tahu apa yang terjadi padanya. Lalu, setelah itu apa? Apakah aku bisa menemukan jalan keluar untuk setiap ketakutannya?

Rika menoleh ketika aku menyentuh bahunya. "Mau pergi kesuatu tempat atau langsung pulang?" tanyaku. Dia hanya diam sambil menatapku dengan pandangan kosong.

"Matamu sembab" kataku "Jika teman-teman melihatmu seperti ini, mereka pasti khawatir"

Rika menunduk lalu mengangguk.

"Jadi, mau pergi ke suatu tempat? Kita akan pergi ke tempat yang kau suka" Aku tersenyum. Rika hanya membalas dengan anggukan kepala.

Kami berhenti di halte berikutnya meski tidak tahu kemana kami akan pergi. Ketika melihat toko bunga yang nampaknya hendak tutup, Rika segera menarik tanganku untuk pergi kesana.

"Kau ingin membeli sesuatu?" tanyaku ketika kami sampai disana.

Rika mengangguk.

"Maaf, tapi kami akan tutup" kata seorang nenek yang berjaga disana. Rika terlihat sedih dan mulai mengeluarkan air mata.

"Maafkan, Aku..." ucap nenek itu dengan suara khas nenek-nenek. Dia berjalan kemudian kembali dengan setangkai bunga ditangannya. "Ambil ini sebagai permintaan maafku... "

Rika mengambilnya dengan ragu. "Ini adalah bunga Lavender.... aku memberikan ini karena bunga ini terlihat seperti dirimu..." Nenek itu mulai menghapus air mata yang turun entah sejak kapan. "Aku dulu mengenal seorang gadis seusiamu"

"Aku teringat padanya..."

"Sekarang pergilah, jangan menangis lagi!" ucap nenek itu. Rika mengangguk lalu menghapus air matanya. Dia membungkuk-bungkukkan badannya -mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih banyak," Ucapku ikut membungkukkan badan.

Nenek itu berlalu masuk dalam toko bunganya. Kami berdua pergi.

***

Nenek itu bilang, Rika sangat mirip dengan seorang gadis yang dia kenal. Gadis itu adalah cucunya yang sangat menyukai bunga. Alasannya membuka toko bunga juga karena cucu nya. Tapi, cucu nya meninggal karena kesalahannya.

"Dia meninggal karena kesalahanku" Rika berbicara. Kami berdua berada di pemakaman tempat kedua orang tua Rika, Bibi, dan adiknya beristirahat dalam damai.

Dia meletakkan setangkai lavender di pemakaman ibunya, dan bunga liar yang dia petik dipemakaman ayah, bibi, dan adiknya.

"Aku yakin sekali, kematian ayah dan ibu juga karena kesalahanku" Dia menangis tanpa terisak. "Mungkin... kematian bibi juga salahku..."

Sebenarnya aku ingin bertanya kenapa adiknya bisa meninggal? tapi, ketika aku sadar bahwa tidak ada yang bisa kulakukan setelahnya, aku menutup mulutku.

"Maaf karena telah membohongi kalian... aku bilang aku tidak memiliki orang tua meski mereka tidak lagi disampingku"

"Tidak apa, kau pasti memiliki alasan untuk itu, setidaknya itulah yang aku pikirkan".

Rika menoleh lalu berdiri dihadapanku. Aku menatap wajahnya yang lima centi lebih pendek dariku. "Jika aku bercerita tentang adikku, apa kau akan mendengarkan?" tanyanya ragu.

"Tentu"

"Tapi, aku lapar" Aku tertawa kecil meski dalam hati aku tidak mau tertawa. Suasananya terlihat sedih kan? Jadi, aku tidak seharusnya tertawa.

"Kita akan mencari makan, lalu kau boleh menceritakan apapun"

"Tidak, aku hanya ingin membeli jajanan" tolak Rika

"Tapi kau lapar kan?"

"Ya, tapi aku ingin makan bersama yang lain juga" Aku mengangguk paham.

Kami meninggalkan pemakaman lalu pergi membeli jajanan seperti yang Rika inginkan. Hari mulai gelap ketika kami sampai di halte. Kami berdua duduk dalam diam sampai Rika memulai percakapan.

"Erick, aku akan mulai bercerita... jadi, tolong dengarkan..." pintanya.

Aku mengangguk dan mulai menyimak apa yang ingin Rika katakan.

"Sebenarnya, aku mempunyai adik laki-laki. Dia dua tahun lebih muda dariku."

"Adik kandung?"

"Ya." Rika menghela nafas panjang "Saat usiaku enam tahun, aku dan adikku pergi bermain di kota ini untuk menemui bibi yang berada di panti asuhan."

"Maksudmu?"

"Bibi pemilik panti asuhan yang tinggal bersamaku adalah keluarga dari Ibuku. Sebenarnya aku tidak berasal dari kota ini. Kami kesini hanya sekedar liburan dan ingin berkumpul bersama bibi."

Matanya mulai berkaca-kaca. "Aku dan adikku pergi bermain. Lalu, lalu kami pergi ke tempat itu dan bertemu orang itu... " air matanya jatuh "saat itu aku kesal dengan adikku, dan orang itu mengatakan sesuatu..."

"A-aku pikir dia hanya bercanda... tapi, kemudian..."

Wushhhh!!!

Angin kencang berhembus dan Rika berhenti berbicara ketika bis berhenti dihadapan kami. Aku mengajaknya untuk menaiki bis agar kita bisa pulang. Sesampainya dirumah, kami makan malam bersama, belajar, berbincang, kemudian pergi tidur. Tapi tidak denganku.

Aku berkutat dengan androidku untuk mencari tahu lebih lengkap tentang kasus adik Rika. Itu kasus yang tidak sepele, jadi aku mungkin bisa menemukannya di internet.

'Tempat' yang Rika dan adiknya datangi adalah rumah makan "Curry" yang lumayan terkenal. Dan 'Orang' yang Rika maksud adalah tetangganya. Rika dan adiknya tidak hanya sekali datang kesana, bibinya selalu menitipkan mereka berdua pada tetangganya. Mereka selalu makan disana setelah bermain, lalu kedua orang tuanya akan menjemput mereka dan membayar makanan yang mereka pesan.

Aku mengetikkan "Kasus SS" pada google dan menemukan banyak kasus serupa. Tapi, hanya satu kasus yang ingin aku cari tahu.

"Pemenggalan kepala anak kecil oleh SS"

Aku meng-klik tautan itu dan membacanya.

"...pelaku memenggal kepala korban dan menyerahkannya pada salah satu............ berteriak dan melapor polisi...... ................................ semua pengunjung berbondong-bondong keluar dari rumah makan "Curry""

Aku membaca kasus itu dengan sedikit merasa ngeri. Aku men-scroll halaman itu kebawah untuk melihat lebih lanjut.

"...Pelaku memiliki keterbelakangan mental dan pernah dihukum atas tindak kriminal pembunuhan. Kamis (1X/0X), SS dihukum mati"

Aku menutup tautan itu. Dalam hati aku berteriak "Wow!". Pantas saja Rika trauma, ini kasus yang luar biasa mengerikan!

Aku merebahkan diriku dikasur, dan mulai menutup mata. Jika aku ada disana saat kejadian itu, aku pasti sudah berada dirumah sakit jiwa.

.

.

Aku mengerjapkan mataku. Ketika aku membukanya, aku telah berada ditempat asing. Aku melihat sekeliling, orang-orang menatap takut.

Tes.

Tes.

Tes.

Aku menoleh kebawah, tampak genangan darah. Darah menetes dari atas meja dan membuat genangan berwarna merah di lantai.

"Rikkaa..." seorang anak kecil menatapku dengan air mata yang berjatuhan. Tapi, kepalanya telah terpisah dari badannya. Jadi, kenapa dia masih bisa bicara?

Aku terdiam, membeku, saat tangannya terulur kearahku. Ini aneh, dia seharusnya telah mati.

"Aku tahu... kau hanya bercanda... tapi...Kau pasti..... pasti akan mati...."

Air mataku jatuh. Seorang lelaki mengangkat pisaunya dan mengarahkannya padaku.

.

.

"Erick?!" Aku terbangun oleh suara seseorang.

"Ada apa, Rudi?" tanyaku dengan suara parau.

"Kau baik-baik saja? Kenapa kau menangis?"

Tes.

Aku merasakan sesuatu mengalir dipipi dan menetes ke punggung tanganku.

"Rikkaa..."

Aku teringat anak kecil itu. Aku ingat kepalanya yang terpisah dari badannya. Aku ingat genangan darah dibawah kakiku. Aku ingat suaranya. Mimpiku itu pasti adalah kenangan menyedihkan yang selalu Rika ingat.

.

.

TBC

Perjalanan LunatiC masih sangat panjangggggggg!!! Saya khawatir tidak bisa menyelesaikan cerita ini T.T

Kritik dan Saran sangat diperlukan^^

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 206K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
399K 30.1K 23
[ BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] @rryaxx_x8 Adrea tidak percaya dengan yang namanya transmigrasi. Mungkin didalam novel itu wajar. Tapi bagai...
12.6K 662 17
Tentang anak berandalan yang di jodohkan dengan CEO yang sangat amat terkenal di kota nya. Ini tentang MARKNO ‼️ Jangan salah lapak‼️ BXB‼️ BL‼️ ga s...
935 75 15
Adam saputra merupakan anak kecil kurus yang sering dirundung oleh teman-temannya.karena putus asa dia berniat untuk mengakhiri hidupnya. namun sebel...