Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)

By Grace_yui

763K 59.6K 3.9K

"Dasar Om-om mesum! Sukanya mainin hati cewek! Baru juga putus elo udah punya nenek grandong disini,Huh!!!" B... More

Chapter #1
Chapter #2
Chapter #3
Chapter # 4
Chapter # 5
Chapter # 6
Chapter # 7
Pasangan Patah hati
Kencan???
Two Week's
Cokelat Ice Cream
Hmmm...
Pacar!
Next Part
Kepergok!
Segara Vs Keendranata Part. 1
Segara Vs Keendranata Part. 2
Holiday Part. 1
Holiday Part. 2
Belah Duren
(Ga') Cemburu
Kesal
Doraemon
Kejutan Part.1
Kejutan Part. 2
Kejutan Part. 3
Status : Engagement
First Day
First Day
Kangen
2nd Day
Aku Menyerah!
New Case trailer
Request
Cetak
Cover
Notes
Coming Soon
Pacarku Gay
OPEN PO PACARKU GAY?
Giveaway
My Best Friend

Holiday Part. 3

14.9K 1.7K 176
By Grace_yui

"Ayyangku yang paling aku sayang... kita menikah yuk! Trus kita punya baby lucu-lucu yang banyak ya... atau kita bikin kesebelasan ya? Perlu sekalian pemain cadangan nggak? Yukkkk... mau ya?"

"Hah?! Nggak mau!!! Aaaaaa!!!!" jeritku keras sekeras-kerasnya.

"Astaga!" jantungku berdegub cepat, kuedarkan pandanganku keseluruh ruangan yang sangat berisik ini.

"Syukurlah... cuma mimpi. Bodoh!" seruku sambil menggelengkan kepala. Bisa-bisanya aku tertidur di party yang begitu ramai dan berisik ini.

Pasti ucapan Segara tentang melamarku itu bercanda.

Aku pasti bodoh!

Dia pasti bercanda, mana mungkin dia melamarku kan. Aku ini seratus persen wanita dan dia tidak suka namanya wanita.

"Bodoh lo Yang... ngapain coba lamaran Segara lo tanggapin serius sampai kebawa mimpi?! Ishhh..." aku kembali memukul kepalaku pelan.

Aku mengangkat tanganku dan seorang bartender datang sambil tersenyum lebar.

"Apa ada yang tidak mengandung alkhohol?" tanyaku sambil melihat deretan minuman yang ada dibelakang bartender itu.

"Water?" tanyanya sambil meringis.

"Hah?! Buset deh! Emang nggak ada juss apa gitu ya?" aku menggaruk kepalaku.

Bartender itu terkikik dan memberiku segelas kecil bahkan super kecil.

"Ini yang paling sedikit kandungan alkhoholnya..." aku mengangkat gelas bening yang hanya berukuran tak lebih tinggi dari ibu jariku.

"Ini?" tanyaku padanya dan disambut dengan anggukan.

"Lo yakin ini nggak akan buat gue pingsan?" tanyaku padanya.

"Bentar..." dia berbalik dan mengambil sesuatu dan kembali berjalan kearahku.

"Ini!" kembali bartender itu menyodorkan piring kecil berisi dua buah strowbery.

"Milik pribadi... gratis buat kamu..." aku mengerutkan dahiku.

"Aku yakin kamu tidak akan suka jeruk lemon..."

"Biar apa?" tanyaku pada bartender itu.

"Biar kamu tidak mabuk..." dia tersenyum dan menoleh saat ada seorang pelanggan duduk beberapa kursi dariku.

"Sebentar..." dia berjalan meninggalkanku untuk menjamu pengunjung yang baru datang itu,

"Apaan sih ini?" aku mengangkat kembali minuman itu dan menciumnya. Aromanya manis tapi juga sedikit menyengat.

"Minum... enggak... minum..." aku meletakkan gelas itu lagi dan mencomot strowbery itu sambil mengedarkan pandanganku keseluruh ruangan. Sebenarnya aku mencari Segara, bisa-bisa nya setelah melamarku sekarang mengajakku ke pesta ini dan kini meninggalkanku.

Aku mengerutkan dahiku saat menatap Damon dan istrinya yang terlihat mesra.

Hmmm, bisa ya seorang gay sembuh?

"Eh-" aku terkejut saat melihat Segara sedang dipeluk seorang gadis blesteran dengan pakaian yang serba kekurangan bahan.

"Kok dia senang-senang aja sih? Emang tuh cewek siapa coba?" tanyaku pada diriku sendiri sambil menggigit strowbery itu dengan kesal.

"Itu model bikini Asia yang terkenal..."

"Hah?" aku menoleh pada pemilik suara yang baru saja menjelaskan. Aku menyipitkan mataku menatap bartender itu.

"Yang bersama pengacara itu..." jelasnya lagi.

"Kenal Segara?" tanyaku penuh selidik. Jangan-jangan bartender ini salah satu mantan pacar Segara atau mungkin salah satu sainganku?

"Wait!" aku menggenrak meja.

"Hum?" aku geleng kepala saat bartender itu menatapaku.

Aku meringis, bukan karena bartender itu tapi karena pemikiran aneh ku barusan. Bagaimana bisa aku mengatakan bartender ini salah satu sainganku?

Apa aku suka Segara?

Benarkah?

Seriusan?

Aku menggigit bibirku dan kemudian menunduk. Kutatap gelas kecil berisi minuman entah apa itu, mencari jawaban yang baru saja keluar dari otakku.

"Menurut gosip itu wanita yang mematahkan hati Segara dan membuatnya jadi gay..."

Mematahkan hati Segara?

Jadi, mereka berdua pernah punya hubungan?

"Gosip?!" aku mengangkat kepalaku.

"Pasti gosip murahan dari wartawan yang perlu menaikkan popularitas wanita itu bukan?" tanyaku sambil terkekeh.

"Lagi pula kamu siapa? Emang kenal Segara dari mana? Tabloid? Atau-"

"Ummmm... dari kapan ya??" dia menghentikan kegiatannya mengelap gelas.

"Umur dua tahun mungkin?" tanyanya padaku.

"Hah?!" aku mengedipkan mataku.

"Hahahaha..." bartender itu tertawa dan kemudian menggerakkan jari telunjuknya padaku, memberi isyarat supaya aku mendekat.

Aku ragu untuk sesaat, namun detik selanjutnya saat rasa penasaranku memuncak akupun mendekatkan tubuhku maju ke depan.

"Segara itu masih perjaka..." ucapnya yang kemudian terkikik, seolah apa yang baru ia katakan adalah hal lucu.

"Itu tidak lucu!" semburku kesal, menyesal aku mendekatkan tubuhku dan mendengar gosip aneh seperti itu.

Memangnya kalo' Segara masih perjaka terus kenapa? Aku dan dia tidak ada niat untuk-

Panas, tiba-tiba pipiku terasa panas.

Kupegang kedua pipiku, aku tidak mau bartender ini melihatku blushing saat membayangkan lanjutan pemikiranku tadi.

"Aku tahu kalian tinggal satu room di ruang VVIP..." lanjut bartender itu sambil tersenyum lebar.

Eh-

"Jangan terkejut... seharusnya aku yang terkejut. Biasanya dia..." bartender itu mengedikkan dagunya menunjuk kearah Segara. Spontan aku menoleh dan tepat saat wanita tadi menempel erat seperti lintah.

Aku segera memalingkan wajahku saat bibir wanita itu mendekati telinga Segara.

"Dasar gay aneh!" dengusku kesal.

Dak!

Tanpa sadar aku membanting gelas kecil yang ada di genggaman tanganku yang kini sudah kosong. Tenggorokanku terasa terbakar hingga aku mengernyit sambil mendesis.

"Satu lagi..." ucapku pada bartender itu yang kini menatapku dengan menaikkan satu alisnya.

"Kalian punya hubungan khusus?" tanya bartender itu sambil memiringkan kepalanya.

"Isi saja!" ucapku kesal, menyodorkan gelas itu pada bartender itu.

"Kalian pacaran? Berita di dunia maya itu benar?" tanyanya padaku dan beberapa detik kemudian dia tertawa seolah ini adalah kabar gembira.

"Kalau begitu, aku tidak akan memberimu minuman lagi... dia bisa saja membunuhku atau bisa juga dia mengacaukan bisnisku!" bartender itu kembali tertawa.

"Dengar ya..." aku mengedipkan mataku.

"Dia..." tunjukku ke belakang tanpa menolehkan wajahku pada Segara.

"Dia itu gay aneh! Pertama dia merebut pria yang menjadi incaranku selama bertahun-tahun!" aku memakan rakus strowbery dan sesekali mengernyit karena asam.

"Kedua dia tiba-tiba menciumku dan bilang aku pacarnya!" aku merenung sejenak.

"Aku yang menciumnya atau dia yang menciumku duluan ya?? Apa kamu tahu?" aku menggigit bibirku dan mengerutkan kedua alisku sambil menatap bartender itu.

"Jadi-"

"Ketiga!" ucapku memotong ucapan bartender itu. Dia meraih sebuah gelas lalu mengisinya dan meminumnya.

"Mau tahu?" bartender itu menyipitkan matanya dan mendekat saat aku menggerakkan jari telunjukku supaya dia mendekat.

"Apa?" tanyanya antusias.

"Tadi dia melamarku... hihihi..." aku terkikik.

"Dia melamarku dan mengajakku menikah dua bulan lagi... setelah Mama nya pulang..." aku kembali terkikik.

"Melamar?" tanya bartender itu padaku.

"Hu-um! Dia... pria brengsek yang itu!" tunjukku sambil memutar kursiku.

"Dia!" teriakku keras.

"Dia melamarku..." aku menunduk dan kemudian tertawa.

Aku kembali mendongak dan memandang Segara yang masih berdiri dengan lintah cantiknya.

"Woww! Surprise! Ini bukan ucapan karena kamu mabuk kan?" aku memutar kursiku menghadap sang bartender.

"Siapa yang kamu bilang mabuk?! Aku?hah?! Hahahhaaa..." aku tertawa. Enak saja bartender itu mengatakan aku mabuk.

"Aku sadar! Sadar sekali!" teriakku keras.

"Ohhh... hu-um. Semua orang mabuk pasti bicara begitu kok..." ucap bartender itu sambil tersenyum.

"Cihhh!! Dasar lintah!" seruku cepat saat tangan wanita itu terus melingkar erat dilengan Segara.

"Pasti akan susah melepaskan wanita itu... wanita itu musuh besar mantan istri Segara...Apa-"

"Mantan istri? Ohhh, menantu Tante Olin ya??" aku mengangguk-angguk.

"Hhh... wanita-wanita disekitarnya cantik-cantik semua ya??" aku mengedipkan mataku dengan berat. Kuraih handphoneku yang bergetar terus sejak tadi.

Aku menatap layar handphoneku dan hanya muncul deretan nomor panjang.

"Apa kamu kenal?" tanyaku pada bartender itu sambil menunjukkan layar handphoneku.

"Ya ampun... kamu benar-benar mabuk berat ya??"

"Siapa yang mabuk! Sudah kubilang aku tidak mabuk!!!!" jeritku keras dan membuat orang di dekatku menoleh padaku.

"Aku tidak mabuk..." ucapku lagi.

Ku gelengkan kepalaku dan kemudian kutumpukan kepalaku di meja.

"Panas ya??" aku melepas beberapa kancing bajuku dan mengibaskan tanganku.

"Hei!" bartender itu menahan tanganku saat aku akan melepas satu lagi kancing bajuku.

"Jangan merusak profesi orang lain, Ok?" aku mengerucutkan bibirku dan mendengus kesal.

"Pesta yang membosankan!" seruku kesal.

"Aku pergi sajalah..." aku berusaha turun dari kursiku dan entah kenapa pijakan kakiku terasa goyah.

"Dasar lintah!" makiku kesal saat melihat wanita itu kini tertawa lebar dan bahagia.

"Kamu sangat kacau..." ucap bartender itu padaku.

"Hhh... aku pernah mengacaukan pesta Kendranata dan aku menjadi perbincangan selama beberapa bulan..." aku terkikik menatap bartender itu.

"Astaga... apa kamu wanita itu? Wanita yang dikejar Kendranata mati-matian?"

"Hhhh... apa aku sepopuler itu?" tanyaku pada bartender itu.

"Astaga... baru kali ini aku bertemu langsung dengan wanita yang- tunggu dulu... itu artinya Segara dan Kendranata menyukai wanita yang sama??"

"Hah?! Siapa? Aku??? Hahhaha..." aku tertawa terkikik. Ucapan pria ini sangat lucu sekali.

"Hei... kalau Segara menyukaiku tidak mungkin saat ini dia berdiri disamping lintah itu... pasti dia berdiri disini denganku! Bukan kamu yang ada disini dan berbicara denganku! Bodoh!" makiku kesal. Aku mengedipkan mataku yang terasa semakin berat.

"Tapi--" aku menggantung kata-kataku.

"Bagaimana kalau aku yang kesana?" aku tersenyum lebar.

"Punya garam?" tanyaku pada bartender itu.

"Bisa aku minta garam?" dia mengerutkan alisnya.

"Permisi!" aku memanggil seorang pelayan yang lewat.

"Bisa aku minta garam?" aku tersenyum pada pelayan itu.

"Akan saya ambilkan nona..." ucap pelayan itu yang kemudian segera berlari menuju arah lain dan hilang.

"Buat apa?" tanya pria itu padaku.

"Tidak mungkin kamu memasak di kamar hotel kan??" aku meringis mendengar pertanyaannya.

"Maaf menunggu lama... ini garam yang anda pesan..." pelayan itu memberikanku sepoci kecil garam dapur.

Aku tersenyum lebar dan meraih sepoci garam itu.

"Siapa namamu?" tanyaku padanya.

"Panggil saja Jave!"

"Nama yang aneh!" sahutku sambil terkikik dan mengabaikan uluran tangannya.

"Thanks strowbery-nya..." aku berjalan dengan sedikit sempoyongan menuju Segara.

"Hhh, dasar lintah! Berani-beraninya mereka berdua berbuat begitu dihadapanku!" geramku.

"Yang!" panggilku keras begitu aku berdiri di depan Segara.

"Siapa dia?" tanya wanita lintah yang masih menggandeng Segara erat.

Kukunya merah menyala dan indah dengan hiasan kuku yang lucu dan unik.

Aku memejamkan mataku yang terasa berat sekali.

"Dasar wanita lintah!" makiku kesal.

"Aaaaaaaa!!!!!!! Apa-apaan ini!!!" jerit wanita itu melengking membuat kehebohan.

"Akhirnya lintahnya lepas..." gumamku sambil tersenyum dan kemudian duniaku tiba-tiba gelap dan hilang.

-

Aku mengerjapkan mataku yang berat dan kepalaku yang terasa pusing, dan pada akhirnya hanya satu mataku yang bisa terbuka.

"Ini dimana sih?" gumamku pelan.

Aku mengerjapkan mataku dengan cepat saat aku menoleh ke kiri dan tampak wajah Segara yang sangat dekat sekali.

"Eh- kok?!" aku berusaha bangun dan ternyata tangan besarnya melingkar erat memeluk perutku.

"Lohhh... bajuku-" aku terdiam saat menyadari bajuku sudah berganti gaun tidur satin berwarna tosca.

"Awwww..." aku meringis saat kepalaku terasa berdenyut-denyut.

Aku kembali berbaring setelah usahaku bangun dan lepas dari Segara gagal.

Kucoba kembali mengingat apa yang sudah terjadi. Kenapa bisa aku tidur satu tempat tidur dengannya?

Apakah kami sudah...

"Ahhh... apaan sih??!" aku menggelengkan kepalaku.

Aku mengernyit saat bunyi nyaring handphoneku dan handphone Segara sama-sama bersuara.

"Arghhh... siapa sih yang pagi-pagi telfon?!" geram Segara kesal. Aku menahan napas dan memejamkan mata dengan cepat saat Segara menjulurkan tangannya dan mengambil handphonenya.

Brak!!

"Segara!!!" teriak seseorang setelah pintu kamar terbuka dengan kasar dan mau tak mau akupun membuka mataku.

"Ayyang???!"

Deg.

Mati gue...

-

Hallo...

Apa kabarnya semua...

Segara dan Ayyang muncul lagi...

Semoga masih ada yang nungguin cerita ini...

Ya udah deh... jangan lupa vomment nya ya...🤗🤗🤗🤗

Biar bisa up terussssss...

Peluk dan cium
Ayyang Segara🤗🤗🤗😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

8.3M 517K 34
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
RavAges By E-Jazzy

Science Fiction

1.1M 110K 80
[Completed Chapter] Pada kepindahaannya yang ke-45, Leila kabur dari rumah. Dia melihat kacaunya dunia, serta alasan ayahnya yang terus mendesak mere...
479K 54.3K 24
[PEMENANG WATTYS 2017] BUKU PERTAMA MIND TRILOGY Okan, guru Seni Rupa SMA yang hobi menabung koin ke dalam lubang yang berada di dalam dinding, menem...