[Hiatus] Random [Author's Boo...

By Healerellik

1.6K 198 900

Isinya hanyalah fanfict acak yang kemungkinan besar merupakan request/dare. Dan hak cipta kembali ke masing-m... More

The Fate
That's
A Rain
Ganbatte!
Reply
The Magazine
Jealous
Dark Side
Truth Or Dare?
Our Stories
Truth Or Dare? (2)
Truth Or Dare? (2): Omake
Misunderstanding
Partner War
The Fate: A Rainbow After Rain
A Rain: Recycle
From One Mistake
The Camping Insident
My Song For You [Aisozou Version]
About Author [So OOT. Don't Read if You Won't]
My Song For You [Shuuna Version]
The New Things About You
Because You Are A Part Of Me
Let Me Take Care of You
[OOT] Maybe Interesting for You
[OOT] Ask Your Opinion
It's Not Only About Her
Say It!
Never End
Siblings?
Catoptric Tristesse
[OOT] Novelet Fanfiction
I'm Here For You
The New Things About You (2)

Your (Un)Secret Admirer

34 3 30
By Healerellik

[Kagami Taiga X Naimiya Hanaru]

.

Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki and Naimiya Hanaru

Plot is mine.

And happy reading!

.

.

.

"Saya sebagai kepala sekolah ingin mengumumkan. Bahwa salah seorang teman kalian berhasil membawa nama baik sekolah di tingkat nasional sebagai juara satu dalam Olimpiade Farmasi di Kyoto minggu lalu. Kepada Naimiya Hanaru dari kelas 2-A, dipersilakan untuk maju ke depan."

Suara gemuruh tepuk tangan mengiringi langkah seorang gadis jangkung yang menaiki panggung. Surai hitam kemerahannya pun berkibar indah dipermainkan angin dalam langkah demi langkah. Menarik perhatian seluruh siswa tertuju padanya.

Terutama sosok di balik kerumunan yang tak dapat menyembunyikan senyuman lebarnya.

Sesuai prediksiku, kau memang yang terbaik, Naimiya. Batin sosok itu ketika melihat Naimiya yang menerima penghargaan dari kepala sekolah.

Sementara di depan, senyuman Naimiya sedikit memudar. Tergantikan oleh semburat kemerahan yang tampak samar pada wajahnya. Kala tatapannya bertemu dengan kilatan singkat itu.

Akan kubuktikan padamu, Kagami-kun. Aku akan tetap menjadi yang terbaik. Janjinya di dalam angan.

Dan sepertinya angin memiliki tugas yang penting kali ini. Membawa dua perasaan sehalus dandelion untuk disampaikan pada habitatnya.

*****

"Sassuga, Naimiya-san. Kau hebat sekali," ujar seorang teman, memuji. Sementara yang bersangkutan hanya mengucapkan terima kasih secara isyarat.

"Itu benar! Kau sudah tak diragukan lagi dalam bidang itu, Naimiya-chan!" Seorang lagi menambahi. Membuat Naimiya tersenyum kecil karenanya. Walau dalam hati ia sedikit merutuki hal ini karena membuatnya terlambat menuju kelas.

"Nee, Kagami-kun. Apa kau tahu kalau Kantoku akan memberikan latihan tambahan pada kita siang ini?"

"Nani? Apa maksudmu, Kuroko?!"

Perbincangan singkat itu menarik perhatian. Menggoda Naimiya untuk menoleh, dan akhirnya menemukan duo Cahaya-Bayangan Seirin di belakangnya.

Iris cokelat bertemu dengan netra maroon yang membuat pemiliknya langsung menoleh ke arah lain. Mencoba menetralisir sesuatu yang bergemuruh di sebalik dada. Tanpa mengetahui bahwa ada netra lain yang menyipit karena tingkah mereka.

*****

Jam makan siang sudah tiba. Yang disambut dengan baik oleh para murid yang memang sudah menantikannya. Pun demikian dengan Kuroko dan Kagami. Keduanya bergegas menuju kantin yang tak pernah sepi pengunjung.

Seperti hari yang lalu, kali ini kantin terlihat penuh. Sampai membuat keduanya harus mengantri dua kali lebih lama demi mendapatkan pesanan mereka.

Beruntungnya, mereka pun mendapatkan tempat untuk menghabiskan waktu. Walau untuk itu, mereka harus sedikit membersihkannya karena sisa dari orang terdahulu. Setelah itu, mereka pun duduk berhadapan. Berbincang ringan seraya menghabiskan makanan mereka.

"Doumo, Naimiya-san!"

Kagami tersedak oleh makanannya sendiri begitu mendengar sapaan Kuroko. Ia pun menoleh. Dan langsung berhadapan dengan tatapan dingin itu.

"Apa kau ingin bergabung dengan kami? Kebetulan kami masih mempunyai tempat," ujar Kuroko seraya menggeser dirinya. Memberikan ruang kepada perempuan itu.

"O-oy Kuroko. M-mengapa kau—"

"Gomen nasai, Kuroko-san. Sepertinya ada yang kurang senang jika aku bergabung," ucap Naimiya. Matanya melirik ke arah orang yang baru saja ia potong bicaranya.

"Daijoubu, Naimiya-san. Kurasa Kagami-kun hanya terkejut akibat kedatanganmu yang tiba-tiba. Jadi, silakan duduk." Kuroko menepuk pelan sisinya. Dan disambut dengan helaan Naimiya yang akhirnya menurut.

Percakapan di antara mereka menghilang begitu saja. Tergantikan oleh suasana canggung yang semakin lama semakin mengeruh.

"Oh ya. Selamat atas keberhasilanmu, Naimiya-san," ucap Kuroko. Naimiya mengangguki hal itu.

"Bagaimana rasanya selama mengikuti olimpiade? Kau ada di Kyoto selama seminggu kan?" lanjutnya.

Belum Naimiya menjawab, Kagami sudah mendahuluinya. "Tentu saja bagi dia itu adalah hal biasa. Bukankah dia sudah sering melakukannya? Kurasa masa-masa olimpiade yang bagi kita adalah neraka, justru terasa seperti jalan-jalan baginya."

Naimiya menyipitkan mata sebentar mendengar nada suara Kagami yang jelas-jelas mengejek. Namun ia memilih untuk melanjutkan acara santap siangnya.

Suapan terakhir ia lakukan. Kemudian memandang Kagami yang sedang menelan detik-detik terakhir makanannya. Salah satu sudut bibirnya terangkat halus.

"Darimana kau tahu itu Kagami-kun? Seingatku kau tidak pernah ikut hal seperti itu bukan? Fokusmu hanya pada permainan bola basket. Dan karenanya, otakmu pun tak bisa mencapai standar minimal untuk mengikuti jejakku. Jadi, darimana kau mengetahui semua itu, hm?" ujar Naimiya.

Kagami hanya menunduk selama mendengar hal itu. Entah mengapa kali ini rasanya lebih sakit. Padahal ia dan Naimiya sudah biasa saling mengejek sebelum ini.

"Memangnya mengapa jika aku hanya terfokus pada basket? Itu sama saja dengan dirimu yang terfokus pada olimpiademu, bukan?!"

Semua orang di kantin tertuju pada mereka dikarenakan Kagami yang menggebrak mejanya cukup kuat. Setidaknya dua orang di dekatnya hanya memasang tampang datar. Tak terpengaruh dengan perubahan emosi si Harimau itu.

"Dengarkan ini, Kagami-kun..."

Lagi, mata keduanya bertemu.

"Kau mungkin merasa seperti itu. Tapi kau tahu bukan? Kalau kemampuanmu bermain basket hanya bisa digunakan pada saat-saat tertentu. Tidak seperti ilmu pengetahuan yang digunakan dalam setiap saat. Bahkan bermain basket itu ada ilmunya bukan?"

Naimiya tersenyum kecil melihat Kagami yang tidak membalas ucapannya. Matanya pun dialihkan ke arah Kuroko yang tidak berkomentar sama sekali atas semua itu.

"Nee, Kuroko-san. Arigatou untuk tempatnya. Jaa ne!" Naimiya pun segera bangkit dan berlalu dari situ.

Kuroko menoleh ke arah Kagami setelah tubuh perempuan itu lenyap dari pandangannya. Tampak ia melihat bahwa sahabatnya itu tengah membara.

Awas saja kau, Naimiya. Akan kubuktikan kepadamu!

Kagami dengan cepat kembali memberikan fokusnya pada makanan yang tersisa. Lalu segera bangkit begitu itu sudah tiada.

"Yosh, Kuroko. Kita harus segera kembali ke kelas," ujar Kagami dengan langkah yang mendahului Kuroko. Tanpa memperhatikan bahwa raut wajah datar itu sedikit tersenyum di belakangnya.

*****

"Kagami! Kau harus lebih fokus pada operan Kuroko!" teriak Hyuuga begitu melihat operan Kuroko meleset dari jangkauan Kagami.

"Mengapa aku yang disalahkan? Bukankah operan Kuroko yang terlalu lemah?!" balas Kagami tidak terima.

"Aku mengoper seperti biasa, Kagami-kun. Kau saja yang tidak bisa menerimanya," sanggah Kuroko. Wajah datarnya menatap Kagami yang mendengus karena itu.

"Itu benar. Kuperhatikan, kau sedikit melamun Kagami-kun," ujar Aida menambahi. Membuat Kagami segera sweatdrop parah.

"Baiklah. Kalian bisa istirahat selama sepuluh menit," lanjutnya. Aida kemudian berbicara empat mata dengan Hyuuga. Entah apa yang mereka bicarakan sehingga harus mengambil ruang privasi.

Sementara yang lainnya duduk melingkar seraya meminum air yang telah disediakan. Meluruskan kaki mereka yang sudah kelelahan. Seraya memulai perbicangan ringan.

Kuroko melirik Kagami yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu. Terlihat dari pemuda itu yang mengacak rambutnya. Frustrasi.

"Kagami-kun ..." panggilnya.

Kagami menoleh. Alisnya mendadak curam melihat Kuroko yang menatapnya dengan aneh. "Ada apa?" tanyanya.

"Apa kau sedang memikirkan seseorang?" ujar Kuroko tanpa peduli Kagami yang melotot setelah itu.

"A-apa maksudmu Temee?!" bentak Kagami. Dan itu tak terpengaruh pada wajah Kuroko yang tetap datar memandanginya.

"Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku dengan ya atau tidak," ujar Kuroko.

Kagami terdiam. Memilih menghabiskan sisa minumannya dalam sekali tenggak. Lalu menyemburkannya ketika Kuroko dengan polosnya mengatakan, "apakah itu Naimiya-san?"

Kagami tak menjawab. Namun gerakan memalingkan muka yang dilakukan oleh sang partner membuat Kuroko yakin kalau pertanyaannya tepat sasaran.

"Jujur saja. Aku sering mengamati interaksi kalian berdua. Mungkin bagi orang lain, hubungan kalian tak lebih dari sekadar mengejek satu sama lain. Tapi bila dicermati, justru kalian secara tidak langsung sedang memuji lawan. Kagum terhadap apa yang kalian jadikan olokan. Apakah aku benar Kagami-kun?"

Kagami segera menoleh. Menatap Kuroko yang menenggak minumannya dengan tenang, namun iris baby blue itu jelas sekali meliriknya. Membuatnya mengembuskan napas.

"Huh ... Kurasa bohong pun tak berguna saat ini." Kagami menjeda sejenak. Terdiam dalam lamunannya. Mencoba menyusun kata yang tepat untuk mengutarakan semuanya.

"Yaah ... Seperti yang kau utarakan, Kuroko. Entah mengapa aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memujinya. Namun di saat yang sama, aku tidak bisa memujinya secara langsung. Jadi, kurasa aku bisa menyampaikan hal itu melalui olokan. Walau untuk itu, aku harus mendengar ucapan pedas Naimiya," lanjut Kagami seraya memainkan botol minumnya yang kosong.

Kuroko tersenyum tipis mendengar pengakuan Kagami. Ia pun menerawang. Mengingat kejadian beberapa jam sebelumnya.

"Yosh, Kuroko. Kita harus segera kembali ke kelas," ujar Kagami dengan langkah yang mendahului Kuroko.

Mereka berdua segera keluar kantin. Berjalan beriringan seraya membicarakan kejadian apa yang akan terjadi di kelas mereka. Namun, Kuroko menyadari sesuatu dan segera meminta izin pada Kagami.

"Kagami-kun, aku akan menyusulmu nanti."

"Oy Kuroko! Kau mau kemana?"

Sayangnya, teriakan Kagami tak dihiraukan oleh Kuroko yang langsung menghilang di belokan. Dan pemilik surai gradasi itu hanya menghela napas, sebelum melanjutkan perjalanannya yang tertunda.

Di satu sisi, Kuroko berhenti di belakang sesosok tubuh yang sedikit lebih tinggi darinya. Nama sosok ia sebutkan. Berefek pada kepala empunya nama yang terputar.

"Ada apa Kuroko-san?" Tatapan Naimiya teralih dari buku yang ia pegang entah sejak kapan.

"Apakah aku boleh menanyakan sesuatu padamu?" ujar Kuroko. Naimiya berpikir sebentar, lalu mengiyakannya melalui anggukan.

"Memangnya kau mau menanyakan apa?"

"Apa kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu barusan?"

"Yang di kantin itu?" tanya Naimiya memastikan. Kuroko mengangguk samar.

"Kukira kau mau menanyakan apa, Kuroko-san. Ya. Tentu saja aku serius dengan apa yang kuucapkan. Bahkan walau itu adalah sebuah ejekan se—"

Kuroko segera memotongnya. "Berarti, apakah perasaanmu juga serius pada Kagami-kun?"

Iris coklat itu membola mendengar sanggahan yang tak sesuai dengan prediksinya. Namun hanya sepersekian detik sebelum akhirnya kembali menjadi semula.

"Ah, maaf. Aku jadi memotong ucapanmu tadi," lanjut Kuroko.

"Daijoubu dayo. Dan aku juga meminta maaf. Aku tidak mengerti apa maksudmu tentang perasaan itu. Karena sampai saat ini, aku mempercayai jika perasaan dan sejenisnya itu hanyalah efek dari rangsangan biologis pada sistematika makhluk hidup. Di mana itu kurang efisien jika digunakan dalam keseharian," jawab Naimiya.

Kuroko tersenyum mendengar hal yang memang sudah diduganya itu. Pengamatan yang ia lakukan sejauh ini sudah menduga kalau lawan bicaranya ini selalu mengutamakan otak dibandingkan dengan yang lainnya.

"Naimiya-san, kita tidak sedang berlomba atau semacamnya. Jadi, kau tak perlu mengeluarkan doktrin seperti itu."

Naimiya terdiam. Lalu kembali mengembuskan napas ketika mendapati senyuman samar di balik wajah datar itu.

"Jadi? Apa yang harus kukatakan?" ucapnya.

"Jujur saja tentang perasaanmu pada Kagami-kun. Kau tahu kan kalau sebenarnya kalian selama ini sebenarnya saling mengagumi? Hanya saja, penyampaian kalian yang salah," ujar Kuroko. Tatapanya tertuju lurus pada Naimiya. Mencoba menelisik perubahan macam guratan di wajah pucat itu.

"Iie. Kau salah Kuroko-san. Salah besar. Untuk apa aku mengagumi seorang penggila basket sepertinya? Kalaupun iya, aku punya kandidat yang lebih baik untuk kukagumi."

"Tapi kau baru saja melakukannya,Naimiya-san."

Suara bel masuk membuyarkan konsentrasi percakapan mereka. Segera Naimiya berpamitan pada lelaki itu.

"Baiklah. Kalau begitu, aku mengharapkan kehadiranmu di gym sore nanti."

Permintaan samar Kuroko hanya ditanggapi sepintas lalu oleh Naimiya. Namun, bukankah ada yang janggal dari permintaan dengan waktu seusai jadwal tim basket itu?

"Oy, Kuroko!"

Panggilan itu menarik Kuroko dari alam bawah sadarnya. Menghapus ingatan akan seorang gadis, lalu tergantikan dengan wajah masam Kagami di sampingnya.

"Kau tadi memarahiku karena melamun. Dan sekarang giliranmu yang melamunkan sesuatu, Baka!"

Kuroko hanya memasang wajah datar mendengar umpatan Kagami. Memilih bangun ketika melihat semuanya sudah bersiap.

"Yosh semuanya! Kita akan mengadakan mini game. Jadi, bagi diri kalian menjadi dua kelompok!" Suara peluit yang nyaring pun terdengar setelah teriakan itu.

Dan Kagami dibuat heran ketika Kuroko menolak untuk satu tim dengannya. Bukan karena apa. Melainkan karena Kuroko menangkap siluet sekilas di pintu masuk gym.

"Kagami-kun, kuharap kau tak setengah-setengah dalam menghadapiku." Kuroko memasang wajah datar andalannya. Dan itu membuat Kagami menyeringai.

"Kuroko temee! Kau kira aku akan melakukan hal itu ha? Kita lihat saja siapa yang akan menang nantinya!" sahut Kagami dengan semangat penuh.

Permainan segera berjalan. Di samping lapangan, Aida dengan tekun memperhatikan kinerja anggota kedua tim. Mulai dari teknik, strategi, sampai kerja sama antar pemain pun tak luput dari perhatiannya. Sampai ia pun menyadari jika ada yang salah permainan Kagami.

"Kagami-kun!" Panggilnya ketika pemuda yang dimaksud lewat di depannya.

Kagami menoleh. Mengernyit heran pada Aida yang meminta waktunya sebentar. "Ada apa Kantoku?" tanyanya.

"Permainanmu hari ini agak aneh menurutku. Beberapa kali timing-mu kurang tepat. Pun koordinasi dengan anggota timmu kurang. Apa kau ada masalah sehingga kau kurang berkonsentrasi hari ini?"

Berondongan kalimat itu membungkam Kagami. Digaruknya tengkuk yang tak gatal. Matanya pun melirik lapangan semata-mata untuk menghindari tatapan sang pelatih. Di mana ia melihat, ternyata sudah waktunya untuk istirahat.

"Kau salah, Kantoku. Tidak ada yang terlalu serius untuk kupikirkan. Kecuali beberapa tugas yang belum sempat kukerjakan. Mungkin itu saja," ucap Kagami cengengesan.

Dan tugas itu adalah perasaan yang terlalu rumit ini. Lanjutnya dalam hati.

Aida menghela napas. Paham dengan alasan tersebut. Ditepuknya pundak Kagami pelan. Kemudian menyemangati sang kouhai.

Di sisi lapangan yang satunya, Kuroko hanya memandangi hal itu. Tatapannya kemudian tertumbuk pada sosok di lantai dua yang terlihat seperti siluet karena membelakangi cahaya. Namun tetap saja. Kuroko sudah tahu itu siapa.

Ternyata dia datang lebih cepat daripada yang kupinta.

Suara peluit yang kembali terdengar segera memaksa mereka semua untuk kembali ke lapangan. Melanjutkan permainan yang tertunda.

*****

Kagami dan Kuroko segera membereskan perlengkapan mereka. Satu persatu teman mereka berpamitan pulang. Hingga akhirnya hanya mereka berdua yang tersisa.

"Kuroko, mau ke Majibu dulu?" tawar Kagami. Kuroko hanya diam menanggapi. Membuat heran si Surai Gradasi.

"Oy, Temee! Jawab pertanyaanku!" seru Kagami. Lagi, Kuroko tak menggubrisnya.

"Ikuti aku," ujar Pemain keenam bayangan itu. Disampirkannya tas di bahu. Lalu melangkah menuju tangga yang berada di pojokan ruangan.

Kagami menelengkan kepala mendengar hal itu. Dan ia pun segera bergegas mengemasi barang untuk menyusul Kuroko yang meninggalkannya.

"Memangnya kau ada perlu apa di lantai atas—"

Kagami terdiam begitu mendapati sosok di lantai yang baru terpijaki oleh dirinya. Pun demikian juga terjadi pada sosok yang memandanginya sebentar, lalu segera menghadap lain itu.

"Oh ya, berhubung kalian berdua sudah di sini, apa aku bisa meninggalkan kalian?" Surai baby blue di antara mereka mencoba mencairkan suasana yang membeku, namun nihil. Keduanya tak bereaksi sehingga Kuroko pun memilih untuk memanfaatkan misdirection-nya.

"Huh, jadi kau yang menyuruh Kuroko-san untuk memanggilku ke sini? Sudah kuduga," ujar Naimiya membuka pembicaraan.

"Apa maksudmu?! Justru aku yang harusnya mengatakan hal itu padamu karena aku pun tak mengetahui apa tujuan Kuroko mengajakku ke sini!" Kagami menyahut dalam satu tarikan napas. Sementara Naimiya kembali terdiam, mencoba menganalisa semuanya.

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Apa maksud Kuroko memanggil kita ke sini?"

"Entahlah. Kau bisa menanyakannya pada yang bersangkutan."

Lagi, canggung mendominasi suasana. Keduanya serempak memandangi lapangan yang kosong sebagai fokus pikiran mereka. Bingung hendak mengatakan apa yang ada di pikiran masing-masing.

"Aku—"

Keduanya saling memandang begitu suku kata itu mereka lontarkan di waktu yang sama. Dan Naimiya yang memilih untuk mengalihkan mukanya terlebih dahulu. Membiarkan Kagami menatap kosong pada dirinya dari samping.

"Jadi, tindakanmu yang selalu mengejekku selama ini mempunyai maksud tertentu, Kagami-kun?"

Kagami tersentak mendengar ucapan Naimiya yang benar-benar tepat sasaran. Terlebih ketika manik cokelat itu menatapnya tanpa ragu.

"Bisa jelaskan apa alasanmu mengejekku dengan kalimat yang bodoh itu?" lanjutnya.

Kagami mengambil napas. Kali ini tak protes atas ucapan sarkas itu. Tentu saja. Karena dia adalah Naimiya.

"Sederhana saja. Karena aku mengagumimu," jawab Kagami jujur. Diambilnya tempat di sisi Naimiya dengan jarak lima jengkal dari gadis itu. Seolah tahu akan ada masalah jika ia terlalu dekat.

"Sesederhana itu?" tanya Naimiya memastikan. Kagami mengangguk pasti.

"Kau benar-benar Bakagami," ujar Naimiya tanpa berniat mengolok sama sekali. Wajah pucatnya sekilas menatap lelaki itu. Lalu mendecih sepelan mungkin begitu melihat Kagami yang berbeda dari biasanya.

"Kau sendiri bagaimana? Apakah alasan kita sama?"

Netra keduanya bertemu kembali. Satu membawa cengiran, satunya menahan napas berat.

"Jngan terlalu percaya diri, Bakagami," jawab Naimiya.

"Maaf saja. Aku tidak bisa menjalankan saranmu itu. Karena percaya diri itu perlu dalam kehidupan bukan?" jawab Kagami sok bijak. Dan Naimiya tak bergeming dari posisinya.

"Juga dalam hal perasaan," lanjutnya. Lagi, Naimiya tak bergeming. Sibuk dengan pemikirannya sendiri.

Puk.

Tepukan di kepala menyadarkannya akan sosok di samping. Naimiya melemaskan bahunya yang sempat menegang karena tatapan Kagami yang sudah berubah padanya.

"Yosh! Terserah kau sajalah. Entah mengapa aku lega begitu kau tahu alasanku. Dengan begitu, masalahku selesai sudah," ujar Kagami. Dilepasnya tumpuan pada pagar pembatas di lantai dua. Lalu berbalik dan mencoba meninggalkan Naimiya.

"Jadi itu masalah atau tugas yang kau maksudkan kepada Aida-senpai tadi?"

Kagami berhenti di anak tangga begitu mendengar Naimiya kembali bersuara. Mereka kembali bertatapan. Namun dengan suasana yang semakin berat.

"Kau mendengarnya?"

"Semuanya. Karena kebetulan aku ada di waktu itu."

Kagami mendengus. Merasa kecolongan dari gadis itu. Sementara Naimiya memberikan senyum kecil yang samar kepada si Surai gradasi.

"Permainan yang lumayan. Namun aku tidak bisa mengatakan itu bagus karena aku menemukan banyak kesalahan dari gerakanmu selama pertandingan," ujar Naimiya. Kagami mengembuskan napas. Mengakui dalam hati itu memang benar.

Selanjutnya Kagami dibuat terkejut karena Naimiya menyebutkan kesalahan-kesalahannya selama bermain. Juga saran untuk itu. Tentunya dengan ucapan khas seorang Naimiya Hanaru.

"Sepertinya alasan kita saling mengejek itu sama," ucap Kagami menanggapi ketika gadis itu berhenti mengucap kata.

"Apa maksudmu, Kagami-kun?" Naimiya menelengkan kepala.

"Kau mengagumiku juga. Buktinya, kau tahu banyak kesalahan-kesalahanku selama bermain. Pun demikian, kau juga memberikan saran untuk itu. Seolah-olah kau berharap bahwa permainanku selanjutnya akan sempurna. Sama seperti fans yang selalu mengharapkan hal yang terbaik dari idola mereka. Bukankah begitu, Naimiya?" Cengiran khas Kagami pun muncul tanpa bisa dicegah.

Sementara itu, sinar matahari yang menyenja membantu Naimiya menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah. Sehingga Kagami tak bisa menyadari hal itu. Membuat Naimiya bersyukur dalam hati dan segera bertingkah normal.

"Sudah kubilang. Kau jangan terlalu percaya diri," ujar Naimiya akhirnya.

"Dan aku juga sudah mengatakannya. Jelas sekali, jika tanpa percaya diri, mungkin selamanya aku akan menjadi secret admirer-mu," imbuh Kagami. Ia kemudian pamit. Meninggalkan gadis itu di lantai dua gym.

"Watashi mo," lirih Naimiya begitu Kagami menghilang di belokan tangga di bawah sana. Ia pun berbalik. Hendak turun dari tangga di seberang sana.

Sementara di bawah, Kagami bersandar pada dinding tangga. Mencoba menetralisir detak jantungnya yang menggila. Padahal tadi, ia biasa saja ketika menghadapi Naimiya. Namun siapa sangka jika mengungkap rasa kan seperti ini jadinya?

Dan sebenarnya ia mendengar lirihan Naimiya di dalam gym yang kosong itu. Menimbulkan riak aneh lagi di dadanya. Menyadari jika apa yang Kuroko curigai itu benar.

Setelah ia rasa tubuhnya normal, ia pun segera meninggalkan gym. Tanpa mengetahui bahwa ada sosok yang mengamatinya dari seberang lapangan. Tersenyum sebentar, sosok itu pun segera keluar dari gym bersamaan dengan seseorang yang ia amati.

.

.

.

Uaa ... ><

Akhirnya jadi juga bagian ini. Untuk Nai-chan, gomen nasai jika ceritanya kurang atau OC-mu malah OOC di sini. Hontou sumimasen ><

Selanjutnya ...

Hope you like it! :)

Continue Reading

You'll Also Like

303K 377 4
21+
2M 69K 54
Kisah Seorang Gadis bernama Queenarra yang Diculik Oleh Pria Blilioner bersifat dingin dan kejam,Dimana pria itu terobsesi kepadanya,Pria Tersebut Be...
1.2M 7.5K 16
Berisi cerita pendek dengan tokoh yang berbeda-beda! ⚠️Mature content with a sex, deep kiss, and vulgar words⚠️ ⚠️Setiap cerita bisa membuatmu sange...
1.9M 95.7K 41
Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi Dave benci melihat...