[Hiatus] Random [Author's Boo...

By Healerellik

1.6K 198 900

Isinya hanyalah fanfict acak yang kemungkinan besar merupakan request/dare. Dan hak cipta kembali ke masing-m... More

The Fate
That's
A Rain
Ganbatte!
Reply
The Magazine
Jealous
Dark Side
Truth Or Dare?
Our Stories
Truth Or Dare? (2)
Truth Or Dare? (2): Omake
Misunderstanding
Partner War
Your (Un)Secret Admirer
A Rain: Recycle
From One Mistake
The Camping Insident
My Song For You [Aisozou Version]
About Author [So OOT. Don't Read if You Won't]
My Song For You [Shuuna Version]
The New Things About You
Because You Are A Part Of Me
Let Me Take Care of You
[OOT] Maybe Interesting for You
[OOT] Ask Your Opinion
It's Not Only About Her
Say It!
Never End
Siblings?
Catoptric Tristesse
[OOT] Novelet Fanfiction
I'm Here For You
The New Things About You (2)

The Fate: A Rainbow After Rain

33 3 6
By Healerellik

Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki and Heaira Tetsuya

Plot is mine.

And happy reading!

.

.

.

Seperti arti namamu,

Kau buatku candu dalam rasa yang abu

Sesatkan aku dalam perasaan mengharu biru

Tanpa bisa keluar dari jeratanmu

.

.

"Tadaima ..."

Tanpa menunggu jawaban, Yousuka segera menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Menutup pintu serta menguncinya dari dalam. Lalu segera mengempaskan diri di atas kasur.

Berbagai pertanyaan membayang di benaknya akan kejadian satu hari ini. Dimulai dari tak sengajanya ia melihat peristiwa antara Kuroko dan Momoi, dirinya yang menangis di danau, sampai akhirnya pertemuannya dengan lelaki yang bernama Nijimura Shuuzou itu.

Mengingat lelaki itu, refleks ia menatap genggaman tangannya yang langsung terbuka. Menampilkan gumpalan sapu tangan berwarna putih bersih. Dari Nijimura.

"Ambil ini," ucap Nijimura seraya menyodorkan sebuah sapu tangan.

"Arigatou. Tapi kurasa, aku tidak memerlukannya." Yousuka dengan cepat membersihkan matanya yang sembab. Bahkan dengan spontanitas ia mendekati danau lalu menggunakan airnya untuk membasuh muka.

Terdengar kekehan kecil di belakang sana. Ia menoleh dan melihat Nijimura yang berjalan mendekatinya. Tampang bingung pun ia berikan.

"Sekarang kau benar-benar memerlukannya." Tanpa perlu izin dari Yousuka, lelaki itu segera mengusap wajahnya yang basah menggunakan benda itu. Dan si gadis berkacamata itu hanya bisa menundukkan wajah begitu Nijimura menjauh.

"Bawalah. Kurasa kau akan membutuhkannya lagi di tengah jalan."

Kali ini, tak ada alasan yang Yousuka gunakan untuk menyanggahnya. Dengan mengucap terima kasih, ia menggenggam sapu tangan itu dengan erat.

"Esok akan kukembalikan," lirihnya.

Nijimura menggeleng. Ditepuknya kepala itu dengan lembut. "untukmu saja. Anggap sebagai perkenalan kita."

"Oh ya. By the way, aku belum mengetahui namamu," lanjutnya.

"Ah, gomen nasai. Watashi wa Yousuka Ainawa desu. Yoroshiku." Yousuka membungkuk sedikit. Membuat Nijimura tersenyum padanya.

"Kurasa untuk hari ini, sampai di sini saja. Aku pergi dulu. Jaa ne!"

Dan Yousuka hanya bisa terdiam melihat punggung lelaki itu yang semakin mengecil dari hadapannya.

"Nama itu seperti tidak asing. Tapi di mana dan kapan aku mendengarnya?!" rutuk Yousuka.

Ditelisiknya sapu tangan yang terbentang itu. Berwarna putih bersih. Dengan sedikit bordiran berwarna hitam pada tepiannya. Hingga ia melihat, ada sebuah bordiran yang menumpuk di sudut. Membentuk inisial lelaki itu.

SN. Shuuzou Nijimura. Batinnya.

Iris cokelat muda itu melebar. Ditaruhnya benda itu di atas bantal. Sementara dirinya segera membongkar rak buku. Dan mengeliminasi sebuah buku berwarna biru muda.

"Seingatku dia ada hubungannya dengan Kuro-chan ..."

Gerakan tangan yang membongkar halaman itu terhenti. Eksistensi pemilik nama segera membayang di pelupuk mata. Menghilangkan semangat yang sempat ada hingga tubuh itu langsung terduduk di lantai.

Lagi, aliran air mata itu mengalir di sela tawa getir yang terdengar. Juga isakan yang mengiringi umpatan keluar lancar dari bibir itu. Membuka lagi kerapuhan sang pemilik yang semakin hancur.

Dasar bodoh! Padahal kau melihatnya sendiri Ainawa! Mereka sudah berpacaran! Kesempatanmu untuk mendekati lelaki itu hilang sudah! Tak ada gunanya kau menangisinya, Baka!

Suara imajiner membahana di kepalanya. Terus menghakimi akan perasaanya yang masih tumbuh subur itu. Terus menghujat hingga lelah sendiri. Dan menutupi apa yang sebenarnya ia cari.

.

Kuingin berhenti

Kuingin lepaskan diri

Tapi ku tak tahu jua

Bagaimana caranya

.

Seminggu sudah berlalu, dengan Yousuka yang mencoba melupakan semuanya. Namun sepertinya, ia memerlukan waktu yang sangat panjang untuk itu.

"Yousuka-san? Yousuka-san?"

Yousuka mengerjap begitu melihat kibasan tangan di depannya. Ia menoleh, dan mendapati seorang teman yang tersenyum padanya.

"Apakah kau sakit?"

Yousuka menggeleng. Kemudian melukis senyum di wajahnya.

"Ada apa?"

"Hari ini, giliran kelas kita yang memiliki shift untuk menjaga UKS. Dan ketua kelas menunjukmu," ucap gadis itu kemudian mengangsurkan sebuah bet lengan berlogo UKS pada Yousuka.

Yang ditawarkan segera menerima. Setelah bersiap-siap, ia meminta kepada temannya itu untuk mengisi absen kelasnya. Lalu, ia segera menuju UKS.

Di ruang UKS yang sepi, Yousuka duduk termangu di kursinya. Bingung hendak berbuat apa di ruang berdominasi warna putih itu. Hendak membersihkan, sayangnya UKS punya tim yang akan memastikan tak setitik pun debu menempel di sana. Jadilah ia hanya menjaga seraya membaca sebuah manga.

Manga yang terbaca sudah habis, giliran saku yang terogoh untuk diambil isinya. Sebuah ponsel sewarna jelaga segera dioperasikan. Memutar lagu klasik yang membuat pendengarnya menjadi terhanyut dalam melodi.

Namun itu tak berlangsung lama karena suara ribut yang terdengar dari luar. Segera Yousuka mematikan musiknya dan bersiap.

Pintu terbuka. Menampilkan sosok yang langsung membekukan penjaga. Selanjutnya, suara sedikit berat membuyarkan kondisi.

"Sumimasen, Yousuka-san. Apakah persediaan coldpack masih ada?" tanya lelaki itu tanpa memberikan ekspresi.

Yousuka mengangguk samar. Terpatah-patah gerakannya yang bangun dari kursi dan menuju lemari penyimpanan. Sedikit gemetar, ia membongkar isinya. Kemudian menemukan dua bungkusan sewarna laut.

"Gomen nasai. Hanya dua yang tersisa," ucapnya seraya menyodorkan benda itu. Sementara wajahnya menunduk. Berharap detak jantungnya juga akan menundukkan frekuensi.

"Etto, Yousuka-san?"

"Ya?"

Yousuka segera mendongak begitu namanya disebut. Menatap netra langit siang yang juga menatapnya. Menimbulkan sensasi yang menyesakkan dada.

"Apakah kau kurang sehat? Wajahmu terlihat pucat," ucap Kuroko dengan nada datarnya.

Jangan bersikap seperti itu setelah semua ini!

Sontak Yousuka menggeleng. "I-iie. Kulit wajahku memang seperti ini. Ja-jadi kau tak perlu khawatir, Kuro-chan—"

Yousuka menutup mulutnya dengan cepat secepat kepalanya yang merespon tindakan ceroboh itu. Sementara lawannya terlihat bingung.

"Maaf. Bisa kau ulangi kosa kata terakhir?" pinta Kuroko.

Dasar ceroboh!

"I-itu bukan a-apa-apa. H-hanya ..."

Ah sial! Mengapa suaraku gemetar seperti ini?! Kami-sama ...

Kuroko masih menunggu. Membuat Yousuka menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Ma-maaf ... aku harus bertugas. Sumimasen!" Yousuka membungkuk. Kemudian dengan cepat berbalik dan segera menuju kursinya. Sekilas, bayang Kuroko telah menghilang dari ruangan itu.

.

Kerangka hidupku tercoreng ceritamu

Yang kini berkembang menjadi bentuk baru

Sesuatu yang indah namun sangat rapuh

Berisikan kisah antara aku dan kamu

.

Sudah jam setengah empat sore. Seharusnya saat ini Yousuka sudah di rumah. Menyiram bunga atau sekadar membersihkan halaman. Yang sudah menjadi rutinitasnya selama beberapa bulan belakangan ini.

Namun sepertinya kali ini kegiatan itu akan absen dengan sendiri. Secara, Yousuka masih mendekam di kelas. Memilin ujung earphone yang memainkan lagu kesukaannya.

Matanya beberapa kali melirik ke arah luar. Kemudian mendesah begitu mendapati empat sosok yang berkumpul di sana. Ini sudah ketiga kalinya ia menengok. Masih.

Gurat kegelisahan terlihat jelas di wajahnya. Sekolah sudah semakin sepi dengan dirinya yang masih berada di sana.

"Tapi Kuro-chan masih ada di gerbang ..." ujarnya lirih.

Ya. Ia masih berada di kelas karena takut untuk pulang. Lebih tepatnya segan akan sekumpulan orang yang berada di gerbang. Sehingga ia tak berani untuk melewatinya.

Dengan napas berat, Yousuka pun keluar kelas. Berjalan perlahan menuju gerbang yang "dijaga" oleh empat orang. Dan Yousuka tahu siapa saja itu.

Kuroko terlihat berbicara dengan Momoi. Pun demikian Kagami yang terlihat akrab dengan Aomine Daiki. Membuat Yousuka semakin menunduk.

Suara mereka berempat terdengar jelas bagi Yousuka yang kini hanya berjarak beberapa meter dari mereka. Dan ia berharap kalau kehadirannya akan diabaikan.

"Ossu, Yousuka!"

Yousuka mendongak. Menatap Kagami sepersekian detik lalu kembali menunduk. Langkahnya terhenti saat itu juga.

"Oh ya. Ngomong-ngomong, terima kasih atas jawaban kisi-kisi biologi tempo hari, Yousuka. Itu benar-benar membantuku," ujar Kagami dengan cengiran khasnya.

"Are? jadi itu dari Yousuka-san? Kau bilang kau mendapatkannya dari internet, Kagami-kun," sela Kuroko.

Yousuka dan Kagami bersitatap begitu menyadari kesalahan itu. Membuat keduanya segera salah tingkah.

"E-etto ... Se-sebenarnya Kuroko—"

"Sumimasen. Aku harus pulang. Ja-jadi, permisi!"

Yousuka langsung menerobos keempatnya begitu Kagami akan melanjutkan bicara. Karena ia yakin kalau Kagami akan membocorkan rahasia mereka.

Teriakan Kagami dan panggilan Kuroko tak dihiraukan oleh Yousuka yang terus berlari. Entah apa yang dirasa olehnya saat itu. Intinya, dia harus menghilang dari pandangan mereka berempat.

Terus berlari membuat Yousuka tak menghiraukan sekitar. Alhasil, ia pun segera terduduk begitu tubuhnya menghantam seseorang di perempatan. Kacamatanya terjatuh. Membuatnya semakin linglung akan keadaan.

"Kau tak apa?"

Suara orang itu terdengar samar karena suara kaki yang bergemuruh mendatangi mereka. Yousuka hanya mendongakkan kepalanya. Menyipitkan mata begitu sewajah lelaki tertangkap retina.

"He? Ternyata Yousuka-san ..."

Nijimura-san? batinnya. Namun ia tak peduli. Tangannya malah meraba-raba sekitar. Mencari kaca bergagang yang akan mencerahkan pandangannya.

"Ini ..."

Lagi, ia mendongak begitu sesuatu ia lihat tersodorkan di depannya. Tanggap akan hal itu, ia pun mengambil alih.

"A-arigatou ..." ucapnya lirih seraya mempertemukan benda itu dengan wajahnya. Selanjutnya, Nijimura yang tersenyum hangat pun terlihat jelas olehnya.

"Yousuka!"

Keduanya menoleh begitu mendengar panggilan itu. Di perempatan, empat wajah berbeda memandangi mereka dengan heran.

"Eh? Nijimura-senpai?" sapa Kuroko dan Momoi serempak. Sementara Aomine hanya menelengkan kepala.

"Bukankah seharusnya kau berada di Amerika, huh?" ucap Aomine. Dan Nijimura menganggukinya.

"Memang. Tapi ada sesuatu yang harus kuurus di sini," jawabnya santai.

Sekarang aku ingat. Ternyata dia adalah senpai mereka di Teiko. Sudah kuduga. Batin Yousuka di tengah reunian yang tak disengaja itu. Dan ia tak ambil pusing. Satu-satunya yang ada di pikirannya, ia harus segera pergi dari sini.

Erangan kecil pun keluar dari bibirnya begitu mencoba bangun. Ah, ternyata kakinya terkilir. Membuat kelima orang di sekitarnya segera memberikan perhatian.

"Yousuka? Apa kau tidak apa-apa?" tanya Kagami. Yousuka menggeleng pelan. Namun raut wajahnya mengatakan kebohongan.

"Kakimu terkilir. Apakah kau bisa jalan?" imbuh Nijimura.

Ah! Kusso! Mengapa suasananya malah menjadi seperti ini?! Batinnya. Ia hanya menundukkan kepala, lalu diam-diam memegang pergelangan kakinya yang memang sakit.

"Huft ... Kalau begitu, aku akan mengantarmu pulang, Yousuka," ujar Kagami.

"Iie! Kau tak perlu repot Kagami-kun. Lagipula kurasa kau punya urusan dengan mereka, bukan?" tolak Yousuka.

"Tapi kau kesusahan berjalan, kan? Lagipula rumahmu dan apartemenku searah," sanggah Kagami. Namun Yousuka tetap menolaknya.

"Hmm... Bagaimana kalau aku yang mengantarnya?"

Semuanya menatap Nijimura yang seketika berjongkok membelakangi Yousuka. Menawari punggungnya untuk dinaiki.

"K-kau tak perlu repot, Ni-nijimura-san. Dan lagi kau tak—"

"Aku tidak merasa repot karena aku sendiri yang berniat membantumu. Untuk masalah arah, kau tinggal menunjukkanku bukan?" Lelaki itu menoleh. Lalu melebarkan senyumnya.

"Tak apa Yousuka-san. Nijimura-senpai orangnya bertanggung jawab," ujar Kuroko yang diangguki oleh Momoi.

"Saking bertanggung jawabnya, galaknya juga minta ampun," lanjut Aomine.

"Oy, Aomine! Aku bisa mendengarmu, Aho!" umpat Nijimura. Dan Aomine hanya memasang tampang bodoh untuk menjawabnya.

Yousuka menatap Kagami. Dan lelaki itu hanya memberikan cengiran lebarnya. Akhirnya, gadis itu berpikir kalau memang hanya ini pilihannya.

Dibantu oleh Kagami, Yousuka menaiki punggung Nijimura. Kemudian menyembunyikan wajahnya yang memerah ketika tangannnya dengan gemetar bertumpu pada pundak lelaki itu.

"Hati-hati di jalan, Minna!" ucap Momoi seraya melambaikan tangan yang tentu tak akan dilihat oleh mereka berdua.

.

.

Dalam cerita kuilusikan dirimu

Cerita yang kudengungkan selalu

Namamu pun menjelma dengan syahdu

Yang selalu terlampir di lembar mimpiku

.

.

Suasana sore hari itu tak dapat dinikmati dengan baik oleh Yousuka. Masih terngiang di benaknya mengapa lelaki ini mau membantunya padahal mereka baaru saja berkenalan.

"A-ano, Nijimura-san ..."

"Hm?"

Selanjutnya Yousuka bingung mau membicarakan apa. Salahkan sifatnya yang tidak bisa mendiamkan orang.

"Nee, Yousuka-san ..." giliran Nijimura yang memanggilnya.

"Nani?"

"Kau menyukainya bukan?"

Sedikit terperanjat, Yousuka mengangkat muka. Mencoba melihat raut wajah Nijimura dari belakang. Hanya sedikit tarikan sudut bibir yang ia dapatkan.

"A-apa maksudmu?"

"Kita sedang membicarakan Kuroko-kun. Kau menyukainya bukan?" ujar Nijimura to the point.

Raut di balik kacamata itu segera memerah. Tak menyangka jika ternyata apa yang dipendamnya diketahui dengan mudah.

"Atas dasar apa kau menyimpulkan hal seperti itu?!" pertanyaan itu dilontarkan Yousuka tanpa menyadari jika suaranya meninggi.

"Sikap dan ekspresimu selama ada dia. Juga ketika lelaki yang bernama Kagami itu menawari bantuan, kau menolaknya. Tapi begitu Kuroko-kun yang meyakinkanmu untuk menerima bantuanku, kau mengiyakan. Bagiku itu sudah cukup untuk menjadi bukti kalau kau menyukai, bahkan menghormati kouhai-ku itu." Penjelasan panjang lebar itu membuat Yousuka semakin malu.

"I-iie. Kau salah, Nijimura-san. Aku tidak menyukai Kuro-chan," lirihnya.

"Hee?? Kau tidak menyukai namun malah memberikan panggilan khusus seperti itu," ujar Nijimura dengan nada yang mengejek.

"Ternyata kau tsundere juga," lanjutnya.

"Aku bukan tsun—"

Ucapan Yousuka terputus begitu Nijimura melakukan gerakan untuk menaikkan tubuhnya yang sedikit merosot di belakang sana. Membuat Yousuka kaget dan tanpa sadar memeluk leher lelaki itu dengan erat.

"S-sumimasen! A-aku tak sengaja." Dengan cepat, Yousuka melepas tautan tangannya. Namun tertahan begitu satu tangan Nijimura menahan lengan kirinya.

"Iie. Daijoubu dayo. Daripada kau malah terjatuh nantinya," ujar Nijimura. Alhasil, Yousuka hanya berani mengeratkan pegangannya pada pundak lelaki itu.

"Ma-maaf... A-apakah aku berat?"tanya Yousuka tiba-tiba. Ia sendiri tidak tahu mengapa ia berani menanyakan hal itu. Nijimura menggeleng.

"Tidak terlalu. Kurasa, beratmu sesuai dengan tubuhmu yang pen— akh. Hei, itu sakit tahu!" omel Nijimura begitu mendapati tengkuknya dipukul dengan keras oleh Yousuka.

"Gomen nasai. Tapi aku minta, jangan membahas masalah tinggi badan."

Nijimura tertawa begitu menyadari bahwa hal itu menyinggung Yousuka. Setelah meminta maaf, ia pun mencoba mencari topik lain untuk dibicarakan.

"Kau menyukai Kuroko-kun kan? Sama seperti Momoi-san," ucap Nijimura. Dapat ia rasakan embusan napas yang berat dari belakangnya.

"Mereka sudah jadian kok." Walau Yousuka akui, sangat berat rasanya mengucapkan kalimat itu.

"Oh ya?"

"Ya. Seminggu lalu," gumam Yousuka. Berusaha untuk menekan perasaan yang menyelimuti kalbunya.

"Seminggu lalu? Apakah itu sebelum kita bertemu di danau?" tanya Nijimura. Di belakang, Yousuka hanya menggumam tak jelas. Namun Nijimura dapat menangkap maksudnya.

"Ah, souka. Pasti menyakitkan sekali rasanya."

Selanjutnya tak ada lagi perbincangan. Bertepatan dengan mereka yang akhirnya sampai di depan rumah Yousuka.

"E-etto ... segelas teh dan camilan mungkin cocok untuk memulihkan tenagamu karena perjalanan tadi, Nijimura-san," tawar Yousuka begitu Nijimura menurunkannya di depan gerbang.

"Tawaran yang baik. Namun sayangnya aku harus segera bergegas," tolak Nijimura dengan halus.

"Eh? Apakah kau ada urusan yang penting?" Yousuka menatap mata itu. Namun segera menunduk begitu menyadari bahwa tatapan Nijimura tergolong tajam.

"Begitulah. Lusa aku harus kembali ke Amerika. Jadi aku harus mengemasi barang-barangku," jelas Nijimura. Yousuka hanya menganggukinya.

Yousuka kemudian teringat sesuatu. Segera ia merogoh saku roknya dan mengeluarkan sapu tangan sewarna salju.

"Kebetulan sekali. Ini. Terima kasih atas pinjamannya." Yousuka mengangsurkan benda itu ke hadapan Nijimura yang tersenyum.

"Sudah kubilang. Itu untukmu saja. Sebagai hadiah pertemuan kita."

"Ta-tapi, aku tidak bisa menerima—"

Puk.

Nijimura menepuk pelan kepala gadis itu. Kemudian sedikit membungkuk untuk menyejajarkan dirinya dengan gadis itu.

"Kalau begitu, anggap saja aku menitipkannya padamu. Jadi, kau harus menjaganya sampai aku kembali untuk mengambilnya. Bagaimana?" ujar lelaki itu menyarankan.

"Kapan kau akan mengambilnya?" tanya Yousuka. Wajahnya yang terlihat polos ketika mengatakan itu membuat Nijimura tersenyum kecil.

"Ketika kau siap untuk itu."

"Eh?!"

Yousuka terlihat bingung dan Nijimura sepertinya tak menggubrisnya. Sebelum ia berbalik, ia pun sempat mengatakan sesuatu yang menimbulkan reaksi aneh pada perasaan Yousuka.

"Hei, Yousuka-san. Jangan pernah menyesali apa yang telah kau lakukan walau itu ternyata tidak sesuai dengan harapanmu. Kau tahu? Terkadang takdir tengah mempersiapkan sesuatu yang lebih baik setelah ini. Kalau begitu, sampai jumpa lagi."

Entah mengapa, kalimat itu seolah menyindir Yousuka. Mengajaknya untuk melihat apa yang ia alami sebagai sesuatu yang lain. Membuat perasaannya perlahan menghangat oleh sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

Ia pun menatap punggung Nijimura yang seolah tertelan oleh mentari senja. Mengecil dalam pandangan berkacamata itu. Namun secara ajaib membesar dalam definisi yang berbeda.

Apakah maksudnya ... akan ada pelangi seusai hujan?

Bisikan hati itu tersembunyi di sebalik senyum samar yang merekah pada wajah Yousuka. Seiring dengan langkah Nijimura yang memberi kenangan pada ingatannya.

.

.

Hanya bayangku yang tahu

Bagaimana perasaanku padamu

Hanya bayangku yang berlalu

Ke tempat 'ku kan bahagia bersamamu

.

.

Ini memalukan! >< //gegulingan


But whatever, hope you like it!

Dan, summon biang keladinya  Keian_Alexander

Moga elu masih panjang umur dah -_-


Continue Reading

You'll Also Like

318K 20.5K 38
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...
95.8K 11.2K 30
I want you. All of you. Your flaws, your mistakes, your imperfection, your happiness and sadness, everything.
141K 9.9K 19
Kaelo siswa bandel tersebut transmigrasi ke tubuh seorang Reyota siswa pendiem dan pemalu. "Cih bangsat napa gue harus transmigrasi si anj" "Apa lagi...
655K 50K 32
🐰🐰🐰 Hanya menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun dengan keluarga barunya. 🐰🐰🐰