LunatiC : Deep World Dark Sid...

Από FreesiaSaa

5.3K 641 69

[Genre : Sci_fi, Friendship, Tragedy] Depresi, Trauma, Halusinasi, dan beberapa sisi gelap lainnya menyelimut... Περισσότερα

0.0. LunatiC : Prolog
0.1. LunatiC : Beban Hidup
0.2. LunatiC : Gila
0.3. LunatiC : StiGma
0.4. LunatiC : Gadis yang Manis
0.5. LunatiC : Burung Gagak
0.6. LunatiC : Sisi Gelap
Note
0.7. LunatiC : Perasaan Takut
0.8. LunatiC : SicK
0.9. LunatiC : VoiCe
1.1. LunatiC : RomantiC LiFE
1.2. LunatiC : Keinginan Bersatu (2)
1.3. LunatiC : HeadlesS
1.4. LunatiC : Looks Like cutting tHE...
1.5. LunatiC : Suara dalam Kenangan
1.6. LunatiC : Painful Memory
1.7. LunatiC : The Crow's calling
1.8. LunatiC : It was My FauLt
1.9. LunatiC : 1 years later~
2.0. LunatiC : Si Cengeng
2.1. LunatiC : [Untitled]
2.2. LunatiC : News
2.3. LunatiC : Pulang
2.4. LunatiC : Story Ab0ut PainfuL Memory
2.5. LunatiC : EpiloG
(+) LunatiC : Normal - Secret Ending
(+) LunatiC : Normal - Pra EpiloG
LunatiC 2

1.0. LunatiC : Keinginan Bersatu

128 16 1
Από FreesiaSaa

"Aku baik-baik saja, pergilah..."

Aku mendengar suaranya, tapi kata-katanya sangat menyakitkan. Disaat seperti ini aku bingung apakah aku harus senang atau tidak.

"Rika..." Panggilku. "Kau bisa berbicara?"

"Kau yang memaksaku untuk bicara! Apakah kau tidak bisa cepat pergi dari sini?! Aku ingin sendiri!!!"

"Kalau kau bisa bicara seharusnya kau mengatakan padaku apa yang terjadi padamu!!!"

"AKU TIDAK MAU! PERGI SAJA! KAU CUKUP MENINGGALKANKU SENDIRI APA TIDAK BISA?!"

Rika berbicara, dia mengatakan kata-kata yang menyakitkan, dan kini dia membentakku.

"Aku tidak bisa meninggalkanmu, Rika..." Rika menatapku tajam dengan peluh membanjiri wajahnya.

"Aku tidak bisa meninggalkan temanku sendiri..."

Setelah mengatakan itu, suasana kembali hening. Rika mengalihkan pandangannya dariku tanpa berkata apapun. Tapi air mata dipipinya tidak pernah kering dalam waktu yang cukup lama. Aku tidak bisa bertanya apakah dia menangis karena menahan rasa sakit di kepalanya atau karena alasan lain yang dia sembunyikan dariku. Setelah pertengkaran singkat kami, lidahku menjadi kelu untuk berbicara.

Aku menemaninya di UKS hingga sinar cerah matahari berwarna oranye. Aku terus diam disana tanpa peduli sudah berapa jam aku bolos pelajaran di awal semester ini. Aku tersadar ketika Rika mulai turun dari ranjang.

"Sudah mau pulang? Aku akan mengantarmu!" Aku mengikutinya dari belakang. Kelas kami cukup dekat, jadi aku tidak akan dengan mudah kehilangan jejak Rika saat kami berpisah untuk mengambil tas.

Aku sudah mengirim pesan kepada Rudi supaya dia pergi lebih dulu ke asrama karena aku akan pulang sangat terlambat, jadi yang tersisa saat ini adalah aku dan Rika.

Kami berdua berjalan dalam diam. Bahkan ketika berada dalam bis pun kami tetap diam, bahkan ketika kami sampai dirumahnya kami masih tidak membicarakan apapun. Jika orang lain melihat kami, mungkin mereka akan berfikir kami sedang bertengkar-meskipun itu memang benar-karena kami tidak berjalan berdampingan. Rika berjalan lebih dulu didepanku.

"Aku pulang dulu" Kataku ketika Rika berada diambang pintu. Dia tidak menjawab, mulutnya tetap bisu seperti biasanya. Tapi, dia mengangguk kecil sebelum akhirnya menutup pintu rumahnya.

Aku pun berbalik untuk kembali ke sekolah.

***

Aku berjalan di lorong gedung asrama laki-laki. Aku berhenti pada salah satu ruangan dan membuka pintu yang ternyata masih belum terkunci itu.

"Darimana saja kau, Erick?! Untung saja kau datang tepat waktu! Jika tidak, kau pasti akan kena sanksi!" Kata Rudi.

Sekolah kami memang memiliki fasilitas asrama untuk kelas 12. Gedung asrama terletak di paling belakang wilayah sekolah, tepatnya berhadapan langsung dengan lapangan tiga yang diapit oleh gedung kelas 12. Asrama putra berada di lantai bawah, sedangkan asrama putri dilantai atas. Setiap asrama memiliki kamar mandi masing-masing yang muat untuk beberapa orang. Jadi, tidak membutuhkan antrian yang panjang untuk mandi.

Karena ini di sekolah, jadi asrama kami juga memiliki aturan tersendiri. Siswa dilarang berada diluar asrama pada jam malam dan harus tidur pada jam 20:30.

"Tadi pagi kau kemana? Kau sudah bolos pelajaran selama sehari" kata Gilang yang berbaring diranjangnya dengan buku yang terbuka dipangkuannya.

Aku, Rudi, Gilang, dan Dave adalah teman sekamar. Ini adalah kebetulan yang menguntungkan bagiku. Kami mendapatkan kamar terakhir yang paling luas dari kamar lainnya, jadi kami diminta untuk berbagi. Karena itulah kamar ini lebih banyak penghuninya jika dibandingkan dengan kamar lain yang hanya muat dua atau tiga orang.

Aku meletakkan tasku dan membuka kemejaku.

"Aku sedikit pusing tadi, jadi aku pergi ke UKS" jawabku sambil mengambil handuk dan mengeluarkan pakaian ganti dari dalam koper.

"Kudengar Rika sakit, apa kau tidak bertemu dengannya?" tanya Gilang dengan tatapan intens.

"Ya, aku bertemu dengannya" jawabku.

"Bagaimana keadaannya?"

"Baik, dia baik-baik saja, aku sudah mengantarnya pulang."

"Akan lebih baik jika Rika juga tinggal di asrama, ya?!" Sahut Rudi.

"Aku juga berfikir begitu."

"Hei, kalian tidak mau mandi?! Sebaiknya kita cepat mandi sebelum kamar mandinya penuh!" Kata Dave yang membuat Rudi dan Gilang beranjak dari posisi nyaman mereka.

"Aku akan pergi duluan!" kata Dave setelah mengganti pakaiannya dengan piyama mandi.

"Tunggu! Aku juga akan menyusul!" Kata Rudi yang ikut berlari menyusul Dave.

Aku dan Gilang hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka.

"Apa kalian membicarakan sesuatu?" tanya Gilang tiba-tiba. Setelah mereka pergi, hanya tinggal aku dan Gilang di kamar.

"Siapa maksudmu?"

"Kau dan Rika, apa kalian membicarakan sesuatu?"

Aku teringat kejadian siang itu. Rika memang berbicara denganku. Bukan melalui tulisan seperti biasa, tapi dia benar-benar berbicara.

"Ini" Gilang menyerahkan lima lembar uang seratus ribu padaku.

"A-apa ini?" tanyaku bingung, seperti orang yang telah melakukan kejahatan.

"Taruhan kita" jawabnya. "Kau telah membuatnya berbicara kan? Aku tahu itu"

Aku terdiam sejenak.

"Tidak perlu, aku kembalikan ini padamu..." Aku menyerah kan uang itu karena aku merasa tidak seharusnya aku menerima uang itu. Apa aku merasa bersalah ya? Aku mempertaruhkan Rika untuk ini. Seharusnya aku tidak melakukannya.

"Simpan saja, oke?" Kata Gilang kemudian berlalu pergi menyusul Dave dan Rudi.

"Tunggu!" Gilang menoleh.

"Ada apa?"

Aku berjalan menyusulnya. "Bagaimana kau tahu aku dan Rika berbicara?"

"Karena aku melihat kalian berdua berbicara, kalian seperti pasangan yang sedang bertengkar"

"Haa?"

"Baiklah, baiklah, akan ku ceritakan..." Kata Gilang setelah melihat wajah bingungku.

"Sebenarnya, pagi itu saat jam istirahat pertama aku berniat untuk melihat Rika. Aku mencarimu dikelas tapi kau tidak disana. Aku berfikir mungkin kau juga mencari Rika saat itu, jadi aku pergi ke kelas 12 B untuk menanyakan keberadaan Rika." Kami berjalan sampai tiba di kamar mandi, dan aku terus mendengarkan Gilang.

"Salah satu siswi yang kutanyakan mengatakan bahwa Rika berada di UKS, jadi aku pergi menemuinya. Tapi sesampainya disana, aku melihatmu dan mendengar Rika berbicara. Kalian terlihat sedang bertengkar, jadi aku memilih diam dibalik pintu" Jelas Gilang.

"Itu saja yang ingin aku bicarakan... ayo mandi!"

" ..Mandi? Berdua?"

"Tidaklah! Memangnya aku homo?! Kau harus mengantri!"

"Enak sa-"

BLAM!

Gilang menutup pintu sebelum aku sempat menyelesaikan kalimatku. Aku menghela nafas ketika tahu bahwa aku hanya ditakdirkan untuk menunggu saat ini.

***

Keesokan harinya, kami semua dikagetkan oleh suara heboh Nina saat berkumpul dikantin untuk makan bersama. Dia bilang Rika hari ini tidak masuk dan kita harus menjenguknya lagi. Sebenarnya aku ingin sekali melihat Rika, tapi jika aku mengingat kembali pertengkaran kita kemarin, aku jadi merasa canggung dengannya. Tapi akhirnya kami semua memutuskan untuk kesana. Namun, ketika sore harinya kami datang, tempat tinggal Rika benar-benar ramai oleh orang-orang yang berpakaian serba hitam.

"Ada apa ini?" tanya Rudi.

"Orang meninggal?" tanya Nina

"Maksudmu, Rika??" Sahut Dave.

Kami semua terkejut dan refleks menolehkan pandangan kami pada Dave.

"Kurasa bukan, lihat itu!" Kata Gilang sambil menunjuk kedepan dengan dagunya. Kami mengikuti arah pandang Gilang dan melihat Rika yang berbicara dengan salah satu orang berpakaian hitam diambang pintu.

"Berarti orang yang meninggal adalah bibi yang kemarin?" tanyaku.

"Siapapun itu, Rika pasti sangat sedih sekarang..." kata Nina.

"Kita datang di waktu yang tidak tepat ya?"

"Jangan berfikir begitu... lebih baik kita kesana sekarang.. anggap saja kita datang sebagai perwakilan kelas" sahut Gilang. Kami pun mengangguk dan mengikuti kata-katanya.

Sesampainya disana, Rika memandang kami dengan tatapan terkejut. Ekspresinya memang mudah dibaca walaupun dia tidak mengatakan apapun.

"Selamat sore, Rika... maaf ya kami datang lagi..." Kata Gilang dengan senyum ramahnya.

Rika mempersilahkan kami masuk.

"Maaf ya kami datang disaat yang tidak tepat! Tapi kami sangat mengkhawatirkanmu!" Kata Nina. Rika mengangguk.

"Apa tadi kau menangis? Matamu terlihat sembab" tanya Gilang. Rika mengangguk lagi dengan ekspresi malu.

Aku melihat sekeliling rumah. Tidak satupun dari orang-orang berpakaian hitam tadi berada disini. Mereka mungkin sudah pulang.

"Ngomong-ngomong, apa yang meninggal adalah bibimu?" tanya Dave to the point.

Rika mengangguk sedih.

"Jadi, sekarang kau tinggal sendiri?" tanya Nina.

Rika mengangguk lagi.

"Bukankah lebih baik kau tinggal di asrama?"

"Mustahil! Biaya asrama sangat mahal, dan untuk Rika yang saat ini tinggal sendiri, mustahil baginya untuk membayarnya..." sahut Gilang.

"Benar juga..."

Kami menunduk sedih. Kami pun tidak bisa berbuat apa-apa. Tiba-tiba Rika berjalan pergi kedalam.

"Mau kemana?" tanya Nina.

Rika menunjuk kedalam dan mengisyaratkan kepada kami kalau dia ingin membuat sesuatu yang bisa diminum.

"Bagaimana ini? Rika tinggal sendirian sekarang! Dia pasti kesepian..." kata Nina setelah Rika tidak lagi terlihat.

"Mau bagaimana lagi? Kita juga tidak bisa berbuat apa-apa" sahut Rudi.

"Andai ada cara agar Rika bisa tinggal bersama kami..."

"Ada"

Kami semua menoleh kearah Gilang.

"Apa itu?"

"Jika kita tidak bisa membawa Rika ke asrama, bagaimana jika kita tinggal bersama Rika?" Kata Gilang. "Rumah ini dulunya panti asuhan kan? Tempatnya cukup luas dan memiliki lumayan banyak kamar, mungkin cukup untuk kita..."

"Memangnya boleh jika kita meninggalkan asrama?" tanya Rudi.

"Boleh saja, tapi harus dengan surat keterangan dari orang tua"

"Kalau itu, aku pasti bisa mendapatkannya!" kata Nina.

"Tapi, bagaimana dengan Rika? Apa dia keberatan jika kita tinggal disini?" tanya Dave.

"Oh, benar juga!"

Aku pun berdiri dari dudukku.

"Mau kemana?" tanya Nina.

"Kedapur" jawabku sembari berjalan kedalam.

Tidak terlalu sulit untukku mencari dapur. Karena ketika aku masuk keruang tengah, aku mendengar suara teko yang kedengarannya diisi oleh air yang sedang dipanaskan. Aku mengikuti arah suara itu, berjalan menuju dapur tempat Rika berada. Dia terlihat terkejut dengan kedatanganku, aku pun juga terkejut saat melihat wajahnya.

Ada air mata yang jatuh dipipinya.

.

.

TBC

Kritik dan Saran sangat diperlukan^^

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

My Double Gender Boy. [END] Από RynbacaRin

Εφηβική Φαντασία

261K 28.5K 35
Agatha tak menyangka jika Ketos dingin dan ketus disekolahnya memiliki 1 rahasia yang mengejutkan. Agatha tak sengaja memergoki Gerald, Ketos dingin...
Peek-a-boo [Selesai] Από RynbacaRin

Μυστήριο / Τρόμου/ Θρίλερ

15.4K 3.3K 15
Rara hanya ingin mencoba semua rumah kosong yang ada di daerah rumahnya, tapi bukan hal menyenangkan yang mereka dapatkan, mala petaka serta teror ma...
220K 28.5K 22
Nemu kucing di jalan❌ Nemu pria manis korban pelecehan✔️ Malam itu Barina hendak pulang dari kantor seperti biasanya, tapi sesuatu yang mengejutkan...
Jimin Or Jimmy Από arzy

Επιστημονικής φαντασίας

496K 2.9K 8
hanya cerita tentang jimin yang memenya sering gatel pengen disodok