POSSESSIVE DEVIL

De SitiUmrotun

29.3M 1.4M 173K

[ tanpa edit ] Bella merasakan banyak hal aneh terjadi pada dirinya. Sebuah cincin berwarna putih dengan ukir... Mais

Bagian Satu
Bagian Dua
Bagian Tiga
Bagian Empat
Bagian Lima
Bagian Enam
Bagian Delapan
Bagian Sembilan
Bagian Sepuluh
Bagian Sebelas
Bagian Dua Belas
Bagian Tiga Belas
Bagian Empat Belas
Bagian Lima Belas
Bagian Enam Belas
Bagian Tujuh Belas
Bagian Delapan Belas
Bagian Sembilan Belas
Bagian Dua puluh
Bagian Dua Puluh Satu
Bagian Dua Puluh Dua
Bagian Dua Puluh Tiga
bagian dua puluh empat
Bagian Dua Puluh Lima
Bagian Dua Puluh Enam
Bagian Dua Puluh Tujuh
Bagian Dua Puluh Delapan
Bagian Dua Puluh Sembilan
Bagian Tiga Puluh
Possessive Devil

Bagian Tujuh

689K 52.1K 6.7K
De SitiUmrotun

Kevin berlari tergopoh-gopoh sambil membopong tubuh Bella yang tak sadarkan diri menuju ruang kesehatan yang terletak di belakang gedung perpustakaan.

Beberapa mahasiswa yang berpapasan dengan Kevin, mengernyit heran, menatap Kevin dan Bella yang tak sadarkan dirinya.

Kecepatan langkah Kevin sedikit berkurang, tenaganya sudah mulai menghilang. Namun Kevin harus terus berusaha untuk Bella. Sebentar lagi ia akan sampai, tinggal menyusuri koridor beberapa meter lagi, belok kanan kurang dari lima puluh meter sampai.

"Bella," pekik Kevin menghentikan pacuan larinya. Tubuh Bella yang tadi dibopongnya menghilang dalam hitungan detik, saat sekelebat  bayangan hitam lewat di depannya.

Kevin memutar tubuhnya, mengedarkan pandangannya ke arah sekitar untuk mencari keberadaan Bella.

Sungguh aneh, tubuh Bella menghilang, jelas-jelas tadi berada di bopongan Kevin.
"Bella!" teriak Kevin memanggil nama Bella.

Koridor sepi, tidak ada satupun mahasiswa yang melintas disini. Dan kemana Bella? Siapa yang merebut Bella darinya? Tidak mungkin manusia pada umumnya bisa melakukan hal demikian. Manusia seperti apa yang mampu menghilang? Berpindah dengan cepat dan wujudnya hanya sekelebat bayangan hitam.

Kevin meremas rambutnya frustasi, masalah tentang hubungannya dengan Bella saja masih belum menemukan benang merahnya, ditambah dengan menghilangnya Bella yang dibawa kabur oleh bayang hitam, semakin membuat pikiran Kevin tidak karuan.

"Argh," kesal Kevin meninju tembok disamping dengan kesal. Tangannya memerah setelah meninju tembok lumayan keras.

Kevin bersandar di tembok, tubuhnya merosot  ke bawah sampai ia terduduk di  lantai memeluk lututnya sendiei. Kepalanya ia tenggelamkan  diantara lututnya. Ia sendiri bingung harus bagaimana? Bagaimana mencari Bella? Dan bagaimana ia bisa meminta tolong pada orang lain?

Tak akan ada yang percaya apa yang Kevin katakan tentang apa yang baru saja ia alami. Di zaman modern seperti ini tidak akan ada yang percaya dengan mahluk yang memiliki kekuatan super.

••

Sementara di sisi lain, laki-laki berpakaian serba hitam yang menggunakan kemampuan langkah setara dengan kecepatan cahaya itu bisa merebut tubuh lemah istrinya yang tak sadarkan diri dari bopongan laki-laki yang tak disukainya.

Tak lebih dari lima detik, laki-laki itu sudah sampai di apartemen milik istrinya itu.

Allfred membaringkan tubuh Bella ke atas ranjang dengan hati-hati. Ia menatap miris pada Bella yang lagi-lagi merasakan kesakitan sampai tak sadarkan diri seperti ini.
"Kenapa kau begitu nekat, Bella? Kenapa kau mengorbankan dirimu hanya demi manusia tak berguna itu? Kau bahkan sudah tau apa reaksi tubuhmu jika kau melakukan kontak fisik dengan laki-laki selain aku," gumam Allfred lirih sembari membenarkan posisi tidur Bella.

Ia melepaskan sepatu yang Bella kenakan, melempar asal sepatu putih milik Bella ke sudut ruangan. Allfred menatap Bella dengan hati yang tak tega, ia masih ingat bagaimana Bella menahan sakitnya tadi, sakit yang pasti luar biasa, karena hampir seluruh tubuh Bella bersentuhan dengan laki-laki apalagi itu disengaja. Saat tak sengaja bersentuhan sedikit saja, tubuh Bella begitu kesakitan.

Allfred memejamkan mata, bibirnya merapalkan sebuah mantra, hingga saat membuka matanya kembali, cahaya putih keluar dari matanya.

Allfred mengarahkan cahaya putih yang keluar dari matanya ke tubuh Bella, menyusuri sekujur tubuh istrinya itu dengan cahaya.
Allfred bisa menyebut cahaya yang keluar dari matanya adalah cahaya kesucian, yang mampu mengobati segala penyakit apapun, termasuk rasa sakit yang tadi dirasakan oleh Bella.

Rasa sakit Bella berbeda, karena tadi Bella dengan sengaja menyentuhnya, jadi Allfred tidak bisa menyembuhkan tanpa bantuan cahaya kesucian itu. Jika biasanya, cukup dengan usapan Allfred pada tubuh Bella yang bersentuhan, bisa langsung menghilangkan rasa sakit Bella tanpa meninggalkan rasa sakit sedikitpun.

Allfred terbatuk, memegangi dadanya seusai menyusuri tubuh Bella dengan cahaya kesuciannya. Batuknya sampai mengeluarkan darah segar yang melumuri telapak tangannya.

Hanya dengan kedipan mata, darah segar yang melumuri telapak tangan Allfred menghilang. Untuk bisa mengeluarkan cahaya kesucian memang membutuhkan pengorbanan dari diri Allfred. Allfred akan merasakan sakit di ulu hatinya, sesak di dadanya karena kekuatan Allfred belum seberapa untuk bisa mengendalikan cahaya kesucian itu.

"Aku harap, ini terakhir kalinya kau melakukan hal bodoh ini, sayang," bisik Allfred di telinga kiri Bella yang masih saja tak sadarkan diri. Allfred mengecup kening Bella cukup lama, ia harus segera pergi dari hadapan Bella sebelum Bella membuka matanya.

Sesuai hukum alam, siapapun yang menggunakan cahaya kesucian untuk menyembuhkan penyakit, maka diantara keduanya tidak boleh ada kontak mata selama tujuh malam, atau jika hal itu terjadi maka saat keduanya saling bertatap mata, mata mereka akan saling mengeluarkan api dan membakar satu sama lain.

Tidak menginginkan hal buruk terjadi padanya dan Bella, Allfred harus segera pergi, ia bisa mengawasi Bella dari jauh selagi Bella tidak menatap matanya, cukup Allfred yang menatap Bella.

Allfred menatap nakas Bella, dalam sekejap segala keperluan Bella tersedia. Mulai dari makanan dan minuman, puluhan lembar uang ratus ribuan dan setumpuk kertas tugas Bella selama tujuh hari kedepan yang sudah bisa dikerjakan sempurna oleh Allfred.

Tak lupa Allfred menyelipkan catatan untuk Bella, melindungi apartemen Bella dengan kekuatan miliknya. Allfred memejamkan mata, mencoba melihat hal buruk apa yang akan terjadi pada Bella selama seminggu kedepan. Tidak ada sesuatu buruk yang akan menimpa Bella, hanya kejadian kecil yang menurut Allfred tak butuh bantuannya untuk langsung turun tangan membantu Bella.

Allfred berdiri dari posisi duduknya, ia menatap Bella sebentar sebelum menundukkan kepala dan menghilang dalam hitungan satu detik saja.

••

Bella merentangkan kedua tangan untuk meregangkan otot-ototnya, kelopak matanya yang  menutup perlahan terbuka sedikit demi sedikit. Telapak tangan kanannya menutup mulutnya yang terbuka lebar saat menguap.

"Di apartemen?" heran Bella begitu menyadari keberadaannya saat ini.
Ia mulai berpikir keras, mengingat apa yang terjadi padanya. Jelas-jelas tadi ia bersama dengan Kevin, kekasihnya. Ia masih ingat dengan jelas, ia memeluk Kevin sembari menangis tersedu-sedu, hingga reaksi tubuhnya benar-benar menyakitinya.

Saking sakitnya, Bella tidak bisa menahannya, hingga ia tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi padanya.
Dan sekarang, Bella sudah berada di apartemen miliknya. Ia berani bertaruh, bukan Kevin yang membawanya kemari, karena itu sungguh hal yang tidak masuk akal jika Kevin yang membawanya kemari, pasti rasa sakit Bella belum hilang, tapi bertambah sakit.

Sekarang, Bella tidak merasakan sakit sedikitpun, siapa yang bisa menyembuhkan Bella dalam sekejap kalau bukan laki-laki berpakaian serba hitam yang bernama Allfred itu.

"Siapa Allfred sebenarnya? Suami? Kapan menikah? Dan cincin menyebalkan ini, apakah yang menjadi biang masalah?" Bella menatap cincin itu.

Bella membenci cincin yang tersemat di jari manisnya, cincin yang kini ia sebut sebagai akar segala masalahnya dengan Allfred. Kalau saja tidak ada cincin ini, pasti ia tidak akan berurusan dengan Allfred dan tubuhnya tidak akan bereaksi jika bersentuhan dengan laki-laki lain.

"Bagaimana cara menghilangkan cincin ini?" gumam Bella bertanya pada dirinya sendiri.

Perut Bella berbunyi, cacing di perutnya mulai demo meminta asupan makan. Bella segera bangkit dari posisi berbaring nya untuk mencari makanan pengisi perutnya yang sudah memberontak.

"Makanan?" ucap Bella melihat makanan dan minuman tergeletak di nakas.

Bella meraih secarik kertas putih yang tertindih gelas berisi air mineral.

Saat kau bangun, makanlah. Perutmu pasti kelaparan.
Jaga dirimu baik-baik, aku tidak akan menemuimu selama seminggu, ingat statusmu itu. Seorang ISTRI, jangan terlalu genit layaknya perempuan tak bersuami.

Meski kita tak bertatap muka, aku bisa tahu apa yang kau lakukan. Hati-hati Bella, jangan sampai kelakuanmu selama seminggu nanti membangunkan sisi hitamku.

Suamimu, Allfred.

Bella meremas kertas itu hingga bentuknya tak beraturan lagi, melempar asal kertas itu ke sudut ruangan.

"Emang kau pikir kau siapa hah? Bisa memerintahkan aku semau mu? Kau benar-benar menyebalkan! Aku membencimu mahluk sepertimu, Allfred." teriak Bella.

"Arghh," pekik Bella kaget begitu mendengar suara petir yang seolah menyambar gedung apartemennya. Suara petir yang begitu memekikan di siang bolong.
Bella mengusap dadanya yang berdetak lebih cepat, tubuhnya saja sampai berkeringat dingin karena takut.

Bulu kuduk Bella meremang saat ia merasakan ada pergerakan di kasurnya, seperti ada seseorang yang menduduki kasur miliknya.
Padahal disitu tak ada siapapun.

Dan selanjutnya Bella merasakan kepalanya di elus, seolah tengah menenangkan Bella dari keterkejutannya dari petir tadi.
"Aku tau, kau Allfred. Tunjukan dirimu, aku tak suka kau menyembunyikan tubuhmu seperti ini," geram Bella memukul-mukul sekitarnya.

Kemunculan Allfred tak juga dilihat oleh Bella. Elusan di kepalanya juga sudah tidak Bella rasakan. Atau mungkin Allfred sudah pergi.

Bella menghela napasnya, mencoba mengatur napasnya. Perutnya sudah semakin lapar, ia memutuskan untuk memakan makanan yang tersedia di nakas.

∆∆

Tbc

Continue lendo

Você também vai gostar

263K 11.7K 80
WARNING!! CERITA INI MENGANDUNG KONTEN DEWASA (17+) PEMBACA DIHARAPKAN BIJAK DALAM MEMBACA!! Cerita ini sudah dihapus dibeberapa chapernya secara a...
Shotgun De Retno Ayu

Ficção Adolescente

7.8M 112K 35
"Eughmp...ahh ! Apa kamu sudah gila ?! Apa yang kamu lakukan, Al ?!!" teriak Alisha, mendorong tubuh lawannya dan melepas paksa tautan bibir mereka. ...
26.3K 2.7K 50
Dunia ini sangat kacau. Siapapun pasti lebih memilih untuk mati daripada tinggal disini. Dunia tanpa masa depan. Suram dan memuakkan. Tapi aku masih...
43.9K 6.2K 18
"Bagaimana jika pada kenyataannya kita hanya bahagia sementara?" "Mungkin memang secukupnya begitu." "Semakin singkat kebersamaan, semakin sulit untu...