GANGSTA (pjmxmyg)

By gimmeshu

117K 15.8K 4.4K

Bang Si Hyuk High School, rumah bagi pecundang dan penguasa. ㅡberlaku hukum rimba dengan aturan tak tertulis... More

one_
two
three
four
six
seven
eight
nine.
ten
eleven
twelve
Thirteen
fourteen
gimme yang uwu
Fifteen
Sixteen
Seventeen
eighteen

five

5.8K 986 113
By gimmeshu

"Taehyung-ah."


Suara serak baru bangun tidur itu tak mengalihkan fokus Taehyung ke arah selangkangannya.

"Berhenti menatap selangkanganmu Pabo. Bahan makanan kita habis." Yoongi mengucek mata, membuka imut mulutnya yang kecilㅡia menguap seperti bayi, berkerjap terlampau sering sambil menggaruk pantatnya. "Kau ada uang?" Tanyanya, decakannya lolos saat melihat ke kulkasnya yang kosong.

"DIA TIDAK MAU BERDIRI YOONGI HYUNG!!"

Tiba-tiba Taehyung berguling-guling di lantai dapur dengan wajah memelas yang kepayahan.

"Siapa?!" Teriak Yoongi, celananya yang kedodoran sedikit melorot di bagian pinggangㅡitu celana Taehyung karena warna pink terang dengan gambar kartun tata dibelakangnya.

"Tae Kecil." Tunjuknya pada resleting yang menyimpan rapat privasinya. "Setelah aku kencing dia tidak mau berdiri lagi."

Yoongi menatap selangkangan Taehyung seksama, lalu kakinya melayang menginjaknyaㅡfuck. Perutnya kelaparan dan si impoten ini malah merecokinya dengan selangkangan.

"AkhhㅡYoongi hyung!" Taehyung menggeliat, berjengit kaget dan memegang bagian tengah diantara kedua pahanya sambil meringis. "Nanti dia tak bisa menggempur bagaimana?"

"Diamlah Taehyung atau aku akan mengusirmu dari apartemen ini!" Amuk Yoongi, di injaknya lagi selangkangan itu lalu menjulur tangan. "Aku akan belanja, mana uang?"

Rengekan Taehyung yang menyakiti telinga seketika berhenti karena ancaman Yoongi yang tak pernah gagal menohoknya. Bangun ia dari tidurnya diatas lantai lalu menengadah kepala pada Yoongi yang bertolak pinggang sambil menggerakkan tangannya yang terjulur. "Tidak ada, pembendaharaan kita habis karena sejak kau memakai seragam wanita itu mulai banyak yang tak takut padamu."

"Apa?" Seakan menjadi tunarungu Yoongi bertanya apa yang Taehyung katakan padanya. Meminta bibir kotak Taehyung kembali mengulang ucapannya yang sulit diterima oleh otak Yoongi.

"Kau tidak terlihat menyeramkan lagi."

"Kurang ajar." Yoongi berkacak pinggang sebal. "Lalu apa yang dikerjakan anak buah kita?"

Taehyung menggendikkan bahu, menunjukkan lukanya yang masih samar karena ulah Jimin yang memukulinya secara elegan namun rasanya mengoyak tulang. "Aku sudah lama tidak masuk karena luka ini. Kau harusnya lebih tau."

"Aku beberapa kali melihat mereka menagih uang pada para pecundang sekolah, apa mereka tak memberikannya padamu?"

"Kalau aku berbohong, selangkanganku akan tegak sekarang Hyung." diam-diam Yoongi melirik pada gundukan yang tetap berukuran sama di balik celana Taehyung lalu menghela nafas jengah. Kenapa dia jadi percaya pada si idiot ini?

Bukkkkh

Yoongi injak lagi selangkangan itu sampai Taehyung berteriak kencang dan meringis, ngilu luar biasa yang ia rasakan dan Yoongi seperti masa bodoh berjalan pergi meninggalkannnya yang sekarat. "Y-yoongi hyungㅡ"

"Heh pendekㅡaakk-" sekarang lemparan sandal rumahan Yoongi mengenai kepala Taehyung telak dan Taehyung bungkam dengan sorot mata mengiba. Dia di kdrt man.

"Yoongi Hyung bagaimana nasib selangkanganku?!!!"
Memang dasarnya Taehyung itu hyperaktif dan mulut yang awalnya ia ingin bungkam tetap saja berbicara, berteriak lantang pada Yoongi dengan suara deep-nya yang menyihir.

"Mengejan saja nanti juga berdiri."

"Sejak tadi aku sudah mengejan hyung. Jangan coba menipuku lagi, kau pembual."

Yoongi tak mendengarkan, jaket flanel kuningnya yang tersampir di pintu ia sambar, memakainya serampangan dan mengenakan sepatu kebanggaannya yang berwarna merah muda. "Privasimu mati Kim, tak ada harapan. Potong saja."

Brakk

Belum sempat menjawab Taehyung dikejutkan Yoongi yang sudah menutup pintunya dengan kekuatannya yang tak main-main, berhambur keluar dengan celana pinknya yang masih melorot-melorot saat ia kenakan sambil berjalan. Pikiran Taehyung itu sempit, Yoongi apalagiㅡbahkan lubang pantat dan otaknya sama saja sempitnya. Dan dalam pikiran mereka yang sempit, jawaban mereka bermuara pada satu tempat.

Yoongi keluar menuju tempat tongkrongannya ia akan menanyai anak buahnya dan meminta uang hasil jarahan untuk makan.













.
.
.


Yoongi anak kedua dari pernikahan haramㅡbaginya. Antara ayahnya yang pebisnis kaya dan ibunya yang gila harta, Saudara tirinya banyak karena orang tuanya bercerai lalu menikah lagi dan menikah lagi sampai ibunya yang cantik jadi penimbun harta dan ayahnya yang luar biasa pekerja keras menjadi orang memuakkan yang banyak menuntut dan disinilah diaㅡdibuang bersama kakaknya.

ㅡDulu, Min Kyung Ri kakaknya yang tewas setelah berkelahi dengan anak pemilik sekolah

Tragis sekali, ia merasa menjadi malapetaka untuk keluarganya. Seandainya ia tak hadir mungkin kakaknya mendapatkan segalanya sekarang.

Sekarang ia sendirian, ah tidak. Ada Taehyung yang terus berusaha menamenginya dengan perlindungannya yang kasat mata. Yoongi tersenyum kecilㅡantara manis dan getir saat mengingat bagaimana Taehyung yang masih berwajah polos dan mengelap ingus dengan bajunya di titipi pesan oleh Kyungri agar Yoongi tak di bully di sekolah dan Taehyung menyanggupi. Tinggal bersama mereka dan jauh dari orang tua, konyol sekali Taehyung sialan itu memang berani mengambil tantangan tidak sepertinya yang pecundang.

"Aku jadi ingin membelikannya daging kalau begini." Cercahnya, menepuk dadanya yang sesak karena merasa kehilangan kakaknya lagi, kaki sampai lututnya terasa dingin di terpa angin malam, dan saat melihat pintu tanpa daun dan asap rokok membumbung melewati celah besar yang menganga di bangunan terbengkalai dihadapannya itu Yoongi sadar ia sudah sampai, memikirkan Taehyung dengan segala pengorbanannya memang tidak ada habisnya.

"Malam." Sapanya, wajahnya keras seperti biasa tanpa balutan emosi yang berarti, Yoongi mengambil duduk di bagian kosong, anak buahnya sedang menghitung uangㅡkebetulan yang pas sekali karena ia sedang ingin meminta jatahnya.

"Untukku mana?"

Mereka tak menghiraukan, anehㅡbiasanya mereka akan langsung bersujud dan bergembira seperti budak saat Yoongi melangkahkan kaki dan nimbrung bersama mereka. "Telinga kalian korek sana, ada pimpinan kalian disini."

"Lalu?"

Mingyuㅡpemuda tinggi yang masih berbalut baju SMA dengan rokok yang berada di tepian bibirnya sambil menghitung uang hanya berujar tanpa repot-repot menoleh pada Yoongi.

"Ada apa kalian ini? Jangan bercandaㅡ"

"Kau, kami lengserkan Min Yoongi."

Tak ada perubahan pada raut wajah Yoongi, marahnya tak kentara, tapi rahangnya yang menajam, tangannya yang terkepal ketat itu menampakkan perangai Yoongi yang mudah meledak. "Belum ada yang bisa melawan'ku kenapa kalian mengambil langkah sepihak?"

"Kenapa ya?" Jackson Wangㅡbegitu Yoongi biasa memanggilnya, tato jangkarnya berada di tepi leher, bibirnya di koyak piercing di bagian sudut dan telinganya penuh tindikan dengan salib besar di bagian ujungㅡkarakter kartun yang terlihat di jadikan nyata. "Kau sudah tak sehebat dulu mungkin." Ajunya, tawanya yang sengak seolah mengejek Yoongi dan meminta tangan Yoongi yang mengepal sebal untuk segera meninju wajah rupawan brengseknya.

"Kau takut pada Park Jiminㅡkau luluh Min Yoongi, bertekuk lutut padanya. Sekarang kami bukan bawahanmu lagi."

"Apa kalian ingin ku bunuh massal?"

Yoongi berdiri dari duduknya, menendang lutut mingyu yang menekuk setelah berbicara kasar. "Jawablah bajingan."

Mingyu yang merasa terusik jadi mendongak. Rokoknya ia sundut ke lantai tak terurus yang menjadi alasnya duduk. Ia menyeringai sampai taringnya yang tajam terlihat. "Kau bukan Park Jimin jadi tak bisa menghabisi kami semua Yoon, berhentilah jadi makhluk sengak Hyung. Kau itu banci."

"Tarik kata-katamu barusan!" Yoongi berteriak, tangannya menarik kerah Mingyu dan melemparnya hingga Mingyu limbung kebelakang, kakinya menyepak membabi buta. Nyatanya Yoongi yang kecil dan kurus lebih lincah dari pada Mingyu yang lebih tinggi darinya beberapa centi.

"Yang mana? Yang kau banci? Pria mana yang mau memakai pakaian wanita, kau menjatuhkan martabat'mu Min." Tangan besar Yoongi yang mencengkram kerahnya di hempas kasar, menyisakan kerah kusut karena terlalu kuat di cengkram. "Sekarang pergilah atau aku yang mengusir."

"Mengusir?" Yoongi berdecak, bersedekap dada dan meluruhkan segala atensinya agar jatuh pada manik Mingyu yang pekat. "Lakukan."

Mingyu pecundang- begitu Yoongi menyebutnya saat bukan dia yang menyeret Yoongi keluar namun ia di keroyok, dipegang kaki dan tangannya lalu di lempar hingga terjerembab keluar dengan pantat yang mendarat pada tanah yang lembab. Tangannya mencoba menopangnya saat berdiri namun tak bisa, keseleo mulai menghampirinya menandakan ia harus diam dan tak melawan kali ini. "Menjijikkan kalian ini."


"Pulanglah wanitanya Park Jimin."

Bagus, komplotannya yang ia bangun kini mengusirnya dengan wajah brengsek mereka yang tak tau malu. "Aku bersumpah mengoyak bibir kalian semua." Makinya sengak, celananya yang membungkus kaki rampingnya ia perbaiki lalu berjalan arogan dengan aura benci yang menguar.

Gagal mendapat uang dan sekarang berakhir dipermalukanㅡ jadi apa lagi yang akan dibuat oleh Park Jimin biang kerok licik yang cabul itu?

Yoongi menendang keras tiang di dekatnya, mengabaikan memar kakinya yang kian tampak membiru seperti tinju padahal hasil dari pengusiran brengsek anak tak tau diri yang ia kasihani selama ini.

"Fuck."



"Mengumpati benda mati, dikurangi 5 poin."

Yoongi melengok, kepalanya berputar lalu berdecak sinis. Si bangsat datang di saat yang tepatㅡluar biasa tepat sampai ia ingin cepat-cepat melayangkan kepalan tangannya pada wajahnya yang maskulin lalu menjambak rambut merahnya yang seperti mengobar layaknya api hingga tercabut sepenuhnya dari kepalanya.


"KENAPA KAU BERJALAN DI SEKITAR SINI PARK BANGSAT JIMIN?!"


Jimin menutup telinganya sampai Yoongi berhenti berbicara dan mencoba menelenjanginya dengan wajahnya yang murka dan mendelik-delik seperti beruang kutub kelaparan. He, lucu sekali.


"Sudah?"

Dua tangan itu kembali ke kantong, tersenyum picik seperti setan yang terusir dari neraka karena membuat Tuhan murka. Lalu tersenyum lagi. Lebih lebar dan hangat?


"Min Yoongi, kau jelek ya saat tidak memakai seragam."


Abaikan kata hangat tadi. Yoongi sepenuhnya benci pada anak kecil yang bernama Jimin ini, sudah kecil, brengsek jadi guru pula makinya dalam bungkam.


"Aku membencimu."

Meluncur juga rasa bencinya yang membumbung, makinya yang ditahan dan tangannya pun ikut melayang yang sayangnya harus terkulai dengan teriakan kesakitan.

"Ak-aaduh- lepaskanh-"

Jimin tertawa bahkan pergelangan itu hanya di sentuhnya tanpa mengeluarkan tenaga yang kuat, kata tidak tega mengiang begitu saja dalam kepala Jimin saat Yoongi terus meringis-ringis memohon belas kasih. Kemana hilangnya aura congkak yang ia teriakkan barusan?

"Hei. Hei Min Yoongi, kau marah dikatai jelek ya?"

Jimin masih membuntuti Yoongi setelah melepaskan jemarinya yang bertaut pada pergelengan tangan pucat Yoongi. Mengekorinya seperti penasaran si pucat ini untuk apa malam-malam diluar dengan pakaian minim dan kaki yang memar bahkan jalannya terseok.

"Sensitif." Cetus Jimin begitu saja, ia masih sama berdiri dibelakang tertinggal beberapa langkah kaki dengan Yoongi, sesekali ia mendengar Yoongi meringis lalu mengumpat lagi seperti kesurupan.

"Untuk apa kau mengikuti sialan, kau itu pembawa masalah dalam hidupku." Yoongi menoleh. Wajahnya muak lalu berdecih saat Jimin kembali menutup telinga. Kurang ajarㅡsepertinya kata itu harus tertempel pada kening Jimin yang berisi tahi lalat kecil di dekat rambutnya.

"Memastikan kau aman apalagi? Kau barusan baru saja terusirkan?" Bisikan lirih Jimin diatas kepala Yoongi membuatnya Yoongi seketika dihembus angin beku, Jimin melihat ia di permalukan. Sial.

"Diam."

"Sensitif dan pemalu."

Jimin tertawa menggelegak, kembali melempar bom atom ke Yoongi yang siap meledak. "Kubilang diam, aduhㅡbangsat." Kaki kecil itu inginnya menendang namun nyilunya tak tertahankan jadi Yoongi urungkan. Lalu kembali berjalan.

"Sudah kubilang juga apa, kau itu sedang tidak berdaya jadi lebih baik dengan'ku saja, kapan lagi kau dilindungiㅡhei, hei kau mau kemana?"

Jimin mengernyit heran, tangannya mengorek hidungnya sambil terus memperhatikan Yoongi yang berjalan, langkahnya kuat, bahkan aurnya yang semula terlihat lucu kini terbalut emosi, Yoongi menyebrangi jalan. Masuk ke dalam gang sempit ada beberapa orang disana, satu membawa besi satunya lagi tongkat baseball usang, Jimin hanya melihat saja. Bosan ikut campur dengan perkelahian anak seumurannya. Lagi pula ia guruㅡharus berwibawa.

"Berapa kali ku bilang jangan menagih uang di tempat lain, cukup sekolah saja brengsek."

Suara berat Yoongi mengudaraㅡjalanan yang sepi membuatnya bisa mendengar dengan baik teriakan yang seperti lolongan anjing malam milik Yoongi, ia menggeram-geram keras, jakunnya naik turun, awalnya Jimin hanya memandangi melalui sebrang jalan, matanya yang tajam terus menghunus punggung lebar Yoongi yang melawan mereka kepayahan.

"Duh, Bagaimana aku tidak bisa ikut campur jika begini."

Jimin meludah, digerakkannya lehernya kesamping-samping lalu berlari menendang pembawa besi dengan sebelah kakinya.


Kali ini aku mengingkari janji untuk tidak nakal lagi Tuan Park

.
.
.
.
.
.














To be continued


M

aapkeun telat seharinya, padahal janji kemaren tapi ide ilang di tengah jalan jadi aku gabisa maksa up

Akhirnya yoongi berantem sambil duet ama jimin ehe

Makasih vote dan commentnya
and see you next chap ●﹏●


Karakter jimin kek gini ya~
semoga bisa bayangin itu menlinya kelewatan #mojok



gimmeshu🐧


Continue Reading

You'll Also Like

120K 20.4K 39
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
152K 26.1K 29
Semua orang pasti memiliki idola di hidup mereka, sama halnya dengan Lalisa yang begitu mengidolakan penyanyi asal Korea Selatan bernama Jennie. Sepe...
124K 13.5K 57
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
123K 11.6K 24
[Update: Senin-Selasa] "I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian...