eleven

5.5K 858 329
                                    

"Lagi-lagi kita pulang bersama," Yoongi memasang tindik di telinganya sembari berjalan, sejajar dengan Park Jimin tentunya. "Kau tidak bosan melihatku?"

"Bosan."

Jimin menyahut enggan, tangannya turun mengenggam tangan Yoongi, kontak fisik. Yoongi benci mengakui kalau ia suka kontak fisik yang satu ini. Mata berpendar meraup jalanan yang lengang. Sorenya seperti kemarin dan kemarinnya lagi.

"Jadi berkelahi?"

Yoongi bertanya lagi tapi kali ini mendongak, pamer rambutnya yang bergerak cantik. Jimin menatap sebentar lalu terkekeh.

Bahkan preman sekolah seperti Yoongi pun kalau anteng jadi manis.

"Aku kan menunggumu hingga pulang untuk berkelahi." Yoongi mengucek hidungnya, ingin bersin tapi tak kunjung keluar.

"Sebenarnya kalau mau unjuk kekuatan aku punya satu tempat, ikut?"

Yoongi memasang raut berpikir, dengungan acak keluar dari bibirnya. "Jauh tidak?"

"Jauh."

"Akhh. Kakiku." Yoongi menjatuhkan diri di aspal. Memijat sebelah kakinya lalu mendongak hanya untuk mendapati wajah Jimin yang datar luar biasa. "Kau harus menggendongku kalau jauh sekali."

"Dalam mimpimu."



.
.
.




Yoongi membuntuti Jimin seperti anak ayam, beberapa kali mengeluh jalanan yang rusak lalu menarik belakang jaket Jimin hanya untuk menggodanya.

Tipe manusia yang jatuh cinta. Tapi tiap kali Jimin memberikan atensi lebih padanya ia memukul wajah Jimin, main tanganㅡkasar sekali pembawaannya.

"Apa ini?"

"Apa ya, aku menyebutnya kandang Jin."

Yoongi melotot, setaunya ini tempat Boxing, ia sering ditempat seperti ini. Selepas menghajar atau mencari hiburan. "Tempat hantu?"

"Buta ya?" Jimin menoleh pada Yoongi sambil tersenyum miring sampai mendapat decihan tak suka dari lawannya, Yoongi berniat untuk mengecuhi wajah Jimin yang kepalang tampan itu namun Jimin terlebih dahulu mendorongnya masuk. Dan berbisik dengan cara intim dibalik punggung. "Nama pemiliknya Seokjin, hati-hati. Dia pemakan segala."

"Selamat datang di tempat surga bau keringat inㅡhei dude, Park Jimin tampan kemari di sore hari. Mimpi apa?"

Hal yang Yoongi dapati pertama kali saat meliat Seokjin adalah bahunya yang lebar terbungkus kaus putih polos dengan rambut seperti batok kelapa. Tidak mengerikan sama sekali untuk seukuran penjaga tempat berkelahi. Kecuali piercingnyaㅡpiercing yang menggantung mengenaskan di tengah bibir Jin itu jadi pemikat.

"Piercingmu bagus." Celetuk Yoongi, tangan merengkuh pinggang Jimin meskipun ujungnya hanya mengenggam. Berniat merapatkan tapi apa daya, menggeser Jimin secuil saja ia tak mampu, berakhir hanya meremas lalu menatap buas. "Sexy sekali sumpah. Asal jangan goda pria ini."

Jimin mengangkat sebelah alis, begitu pula Seokjin yang memberikan gesture yang sama dengan Jimin. Yoongi lalu mendongak karena tak dapat pembelaan yang berarti dari sang pujaan hati, yang memotong urat malunya demi menunjukkan keposesifan.

Damn, Yoongi cemburu.

"Apa liat-liat?!" Yoongi menjauhkan tangan, sok tidak sengaja menyentuh padahal keinginan untuk merayap dibalik baju itu ada. "Itu bentuk perlindungan murid terhadap gurunya." Bantah Yoongi, membantah lagi presepsi setiap mata yang seolah membedah pikirannya.

GANGSTA (pjmxmyg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang