Seventeen

2.8K 408 160
                                    

Yoongi tidak pernah merasakan empuknya Jok mobil mahal polisi karena Jimin telah menariknya mendekat dengan seluruh kekuatan di tubuh maskulinnya, mencekal Yoongi kejam menubruk dadanya. "Kau harus menjelaskan ini."

Yoongi mengunci bibir, Jimin mengambil langkah mendekat, nafasnya terdengar bergemuruh. Dadanya naik turun tampak mengendalikan emosi walau cengkramannya setajam belati menghunus kulit Yoongi. namun Yoongi merunduk samar tak jua berkomentar, menghentikan kontak matanya bersama Jimin danㅡ

Cuh

Yoongi meludahi tangan Jimin yang erat menggenggam pergelangan tangannya. Jimin mengangkat alis seolah baru saja kotoran burung hinggap mengenai mukanya. "Kita perlu dari sekedar bicara, baby."

Yoongi diam-diam tersenyum ketika Jimin menariknya masuk ke tubuhnya. Melepas borgolnya dengan sentakan kuat membuat Yoongi takjub keheranan, rantai-rantai besi itu putus berjatuhan seperti serpihan abu. Bibir Jimin begitu percaya diri mengoceh sana-sini pada aparat keamanan dengan topik pembahasan Yoongi dan tak berselang lama, Seperti pesona Jimin yang tak pernah ada habisnya selayaknya dulu-dulu kala. Kasus Yoongi dialihkan padanya semudah membalik telapak tangan.

"Ikut aku kau."

Yoongi menggeleng, ia menunjukkan liurnya lagi saat Jimin kembali mencoba meraih pergelangan tangannya.

"Kau yang memaksa." Geram Jimin, Yoongi sontak memekik begitu Jimin memikulnya di pundak. Kepalanya menjuntai ke bawah dan kakinya dipegangi.

"Hei! Park Jimin turunkan aku!"

Jeritannya menggema, panas membuat kulitnya merintih dan berkeringat. Pakaiannya yang basah seolah dipanggang untuk dikeringkan, tangan Yoongi licin tapi tetap busuk mencakar-cakar Jimin ditempat yang kurang sopan. "Mau ku grepe pantatmu?!"

Tidak ada sahutan, Jimin mantap melangkah semakin dalam. Dan berbelok ke arah tangga. "Hei!"

"Mphhhㅡ"

Jimin menyumbat mulut Yoongi dengan batu besar yang ia pungut asal-asalan.










.
.
.



"Kenapa kau melakukan ini?"

Semerbak Parfum Jimin menempeli kuat indera penciuman Yoongi, berputar disana hingga denyut jantung Yoongi sama berantakannya seperti penampilannya. Kelakuan amoralnya bergeming, dipasung mati dengan dunianya yang mengebas; hanya Park Jimin yang bergerak. Hanya Park Jimin yang sanggup mengerling tajam dan menusukkan makian jahat kepadanya.

"Karena aku ingin." Yoongi bersuara. Terasa menyakitkan ketika Jimin tidak bereaksi atau langsung menghamburkan pelukan cinta padanya.

Ada desisan marah yang kembali Jimin redam dibalik tuxedo hitamnya yang menawan, waxingnya tampak memenjarakan rambutnya dengan benar kecuali beberapa helai yang dengan berani berjatuhan menimpa kening sempit Jimin. Seolah setiap potongan hidupnya menjeritkan kata mahal dan mencemooh Yoongi yang tak pantas, Jimin terlalu spontan menunjukkan kesenjangan diantara penampilan mereka. "Kau harusnya hidup normal Min Yoongi! Kau bisa menata kembali hidupmu dari awal, Kenapa kau mengacaukannya?! Aku sudah melepasmu."

"Maaf," Yoongi mengerdip tipis seperti kepakan rapuh sayap kupu-kupu. Netranya menyengat panas, bibirnya menguak menelanjangi alasan yang bersarang di dalam kepalanya. "Aku tidak mau kau lepas. Kalau perlu kau bisa menalikan coker berantai dileherku agar aku tak bisa lepas darimu."

Memejamkan matanya lama, Yoongi menahan gejolak emosi yang meremas jantungnya, hatinya seakan dibakarㅡsakit hati mendominasinya telak, terasa pahit getir menancap dikerongkongan. "Aku tidak mau menjalaninya sendiri, meskipun ada Taehyung, meskipun Jungkook akan bergabung denganku dikemudian hari, meskipun ada Jung Hoseok yang selalu mencecarku agar menggeser tiap komponen dalam otak bodohku meskipun ada Seokjin yang mencecarku dengan es merah muda encer dan pamer lemak babinya padahal ia punya gelanggang olahraga. Aku tetap merasa sendiriㅡkau yang membuatku sendiri Park Jimin," Yoongi menggebu dalam ucapan seraknya.

GANGSTA (pjmxmyg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang