[As Kendra in media]
Author's POV
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Kendra akhirnya datang juga. Hari dimana pemenang penghargaan itu akan diumumkan di salah satu gedung teater termewah dan termegah di New York.
"Kau gugup?" Kendra meraih pergelangan tangan Aaron dan menggenggamnya erat.
Kendra terlihat sangat cantik dan elegan dalam balutan gaun emas yang dibuat secara khusus oleh salah satu desainer terkenal hanya untuk dirinya.
Aaron mengangguk,
Pria itu tampak sedikit gugup, karena sebentar lagi mobil mewah yang ditumpangi keduanya akan segera sampai ke pintu utama dengan bentangan karpet merah dari ujung ke ujung.
"Kau siap?"
"Ya, aku sangat siap!" Jawab Aaron sambil melirik ke luar jendela.
Banyak sekali kamera dan kerumunan orang-orang disekitar karpet merah, bayangkan saja berapa foto yang akan dipotret dalam beberapa menit nanti ketika mereka masuk melintas diatas karpet itu?
"Relax, Aar. Kau bahkan terlihat lebih menawan daripada aku," Canda Kendra yang masih memainkan jari-jari tangan kanan Aaron.
"Okay, ayo!" Jawabnya sebelum membuka pintu dan keluar dari mobil putih itu.
Suasana mendadak menjadi gaduh saat melihat wajah asing tamu Gold Award tahun ini. Banyak sekali lampu kilat dan juga suara jepretan dibeberapa menit yang lalu sebelum mereka masuk kedalam gedung.
Hal-hal baru, wajah-wajah baru, itulah hal yang daritadi ditunggu-tunggu oleh para reporter dan paparazi.
Jantung Aaron tak berhenti berdegup kencang, masih gugup, karena mungkin hal ini masih pertama kali untuknya.
Aaron mengira setelah melewati satu rintangan, sudah tidak ada rintangan lainnya.
Tapi ia jelas salah, malahan setelah melewati gerbang masuk, ada sepasang pembicara wanita dan pria menunggu para selebriti untuk diwawancara.
Setelah mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan biasa, sampailah kepada, "Siapa orang baru yang kau bawa sebagai teman kencanmu tahun ini?" Tanya mereka.
Kendra menjawab, mengenalkan Aaron kepada publik sebagai suami resminya sejak musim gugur yang lalu.
Jawaban Kendra tentu berhasil membuat orang-orang terbelalak, kedua pembicara itu pasti sedang kesal akan waktu yang diberikan terlalu singkat untuk mewawancarai para selebriti yang hendak masuk.
Tidak ada rintangan lainnya, tapi Aaron tetap harus menerima berbagai tatapan aneh yang diberikan orang-orang.
Para selebriti dan orang-orang terkenal datang dari jauh untuk menghadiri acara, walaupun mereka adalah saingan malam ini, senyuman lebar diwajah para selebriti tak ada habis-habisnya. Sebagian besar dari merka saling mengenal, yang berada jauh akhirnya dapat bertemu lagi malam ini oleh karena acara Gold Award.
Brenda juga ada, dia duduk bersama teman-teman seumurannya ditempat yang lumayan jauh dari tempat dimana Aaron dan Kendra duduk bersama.
Ruangan teater itu sangat megah, sehingga, Kendra yakin tidak akan ada yang bisa menjelaskannya lagi dengan kata-kata.
Sudah beberapa kali menghadiri acara yang sama ditempat yang sama, Kendra tak berhenti terkagum-kagum setiap kali melihat dekorasi-dekorasi mewah itu. Begitu juga sepasang pembicara yang handal, begitu profesional berdiri membawakan acara.
"Luar biasa, bukan?" Bisik Kendra didekat telinga Aaron.
"Ya, akan lebih luar biasa jika kau berhasil berdiri didepan memegang piala emas," balas Aaron yang masih sibuk memandang panggung.
Kendra terkekeh, ia juga berharap begitu, tapi apa dayanya dibanding jumlah ratusan orang yang mengisi penuh ruangan teater ini.
"...A win for..."
"...Best cinematography for..."
"...A costume design winner is..."
"...Documentary..."
"...Film Editing..."
"....best actor..."
"...best supporting actor."
"A win for Brenda Volk as a best actress in a leading role."
"A win for Kendra Damaris as a best actress in a supporting role."
👑
"Congratulations, Kendra!"
Kalimat yang telah berulang-ulang kali ia dengar. Meskipun bukan menang sebagai leading role, Kendra sudah cukup bersyukur, setelah apa yang terjadi ia masih diberikan kesempatan untuk menangkan piala Gold Award malam ini.
"Kau keren, Kendra!" Seru Brenda lalu memekik senang, keduanya lalu saling berpelukan.
"Kau jauh lebih keren, Brenda!" Balas Kendra.
Setelah melewati berbagai wawancara singkat dari banyak stasiun televisi bersama dengan pemenang lainnya, akhirnya Kendra dapat pulang dan bernapas dengan lega.
"Mau sekalian kunjungi mom dan dad?" Tanya Aaron sambil melirik Kendra yang masih bersenandung ria duduk dibangku penumpang, merayakan kemenangannya seorang diri.
"Besok pagi saja." Sahutnya asal.
Aaron mengangguk seraya mengiyakan jawaban Kendra.
"Hey! Aaron! Ngomong-ngomong bagaimana cara kau membujuk dad? Dia benar-benar senyap, sama sekali tidak menghubungiku," Tanya Kendra penasaran.
"Uhm...Kenapa memangnya?" Aaron malah bertanya balik.
Kendra memandangnya aneh, "Aneh saja, dad orang yang cukup keras kepala, jarang sekali ada yang bisa berhasil membujuknya."
"Nah, berarti kau belum benar-benar mengenalnya," Ledek Aaron.
"By the way, selamat untukmu sekali lagi, Mrs.Torres," Lanjut Aaron.
Dengan sedikit tersipu, "Well, terima kasih, untuk yang kesekian kalinya."
"Sebagai hadiah, bolehkah suamiku yang tercinta ini menjawab, bagaimana caramu membujuk dad?" Sindir Kendra, memberikan tatapan tajam.
Aaron terkekeh, "Oh! Okay, okay! Aku hanya menjanjikan kepadanya sesuatu yang paling ia inginkan."
"Yang paling dad inginkan?"
"Yeah, just it, not much," Sahut Aaron asal.
"Apa itu? Saat ia berulang tahun saja aku kebinggungan akan memberikan hadiah apa karena kukira ia hampir punya segalanya."
Aaron tidak menjawab, tetapi hanya tertawa kecil, sehingga membuat Kendra tak berhenti memutar otak, berpikir,
Tidak lama setelahnya, terlihat suatu perubahan diwajah Kendra, "Jangan bilang..."
"You got it?" Aaron tak berhenti tertawa.
"Soal cucu, bukan?" Kendra menghela napas.
"Kita sampai!" Ucap Aaron saat mobil itu berhenti didepan rumah. Ia membuka pintu dan melangkah keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Kendra.
"Kenapa?" Tanya Aaron heran saat mendapati raut wajah Kendra sedikit berubah, berubah menjadi sedih, tidak bersemangat.
Kendra melangkah keluar dari mobil, tidak menjawab sehingga Aaron mengambil kesimpulan, "Karena aku menjanjikan hal itu?"
"Entahlah, rasanya ngeri hanya dengan membayangkannya," Tutur Kendra yang kemudian menarik pergelangan tangan Aaron yang barusan merangkulnya.
Aaron terkekeh, "Tenang saja, aku bisa pelan-pelan, sayang!" Ledeknya.
"Sepertinya aku salah memakai kata-kataku, jadi, maafkan aku otak mesum," Sindir Kendra lalu mencubit perut Aaron.
Aaron tertawa terbahak-bahak, sambil merasakan nyerinya bekas cubitan gadis kasar itu. Kendra terus memandangnya, berusaha sabar menunggunya selesai tertawa.
"Aku tahu tidak mudah menjadi seorang ibu, tapi tanggung jawab menjadi seorang ayah itu jauh lebih menakutkan untukku," Ucap Aaron, mendadak serius.
"Nah, kau mengerti maksudku."
Aaron menghentikan langkahnya, meraih kedua pundak Kendra lalu memutar badannya, "Jangan terlalu memusingkannya, yang penting kau ada disini untukku, aku tidak membutuhkan apapun lagi."
"Awh, so sweet!" Ledek Kendra yang tersipu malu.
"Tapi akan lebih baik lagi jika ada Kendra atau Aaron junior, bukankah begitu?" Sahut Aaron asal.
"Aku lebih suka Aaron kecil!" Seru Kendra.
TBC
❣️See you again❣️