My Ice Boy [Completed]

By pitsansi

24.6M 1.9M 331K

[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue berta... More

1. Kesan Pertama: 6"
2. Jejak Sepatu
3. Sok Ganteng! Sok Pinter!
4. Muka Tembok
5. Attention
6. Running
7. Curiga
8. Dari Mata
9. Misi Sialan!
11. Mengulur Waktu
12. Drama
13. Cemburu
14. Perhatian Terselubung
15. Berebut Peran Pangeran
16. Polling
17. Putri Salju
18. Murid Pindahan
19. Gengsi Bilang Suka
20. Miracle
21. Suka
22. Menanti Miracle
23. Alasan untuk Dekat Denganmu
24. Lima Detik
25. Mengupayakan Segala Cara
26. Memori
27. Putri Salju Rasa Cinderella
28. Aku Janji
29. Harapan Bertemu Miracle?
30. Jantungan
31. Memilih
32. Miracle Nyata
33. Kemungkinan Miracle
Polling Sementara MiracLINE & Giveaway
34. Ancaman Datang
35. D-Day
36. Perlahan Terkuak
37. Sebenci itukah?
38. Kejutan
40. Hangat
41. Temui Aku
42. Dingin Lagi
43. Tunggu Sebentar Lagi
44. Dari Masa Lalu
45. Remember You
Cara Baca Part yang Diprivate
46. Miracle Sesungguhnya
47 (END) Berawal dari Miracle
Mau Dapat Novel "My Ice Boy" Gratis?
Q&A dan Tanya Tokoh MIB
Pengumuman Testimoni Terpilih
Vote Cover & Seputar Info
Giveaway Time!
Open PO MIB

10. Nggak Suka

565K 44.6K 4.8K
By pitsansi


"Bila kata ‘suka' akan menjauhkanmu dariku, aku akan mengucap ‘tidak suka' setiap hari demi tidak kehilanganmu di dekatku."


“Eh iya, Kak. Kemarin abangnya Sandra titip salam buat Kakak.”

“Beneran?” Salsa tidak bisa menutupi rasa antusiasnya. Ia mencondongkan tubuhnya mendekati Luna yang sedang membereskan buku-bukunya di meja ruang tamu.

Luna mengangguk, kemudian melanjutkan kalimatnya. “Emangnya Kakak kenal sama bang Anan?”

“Namanya Arnan!” Salsa membenarkan.

Mulut Luna membentuk huruf O. “Habisnya Sandra panggilnya bang Anan, aku jadi ikut-ikutan.”

Salsa tersenyum membayangkan panggilan lucu dari adiknya Arnan. “Arnan itu senior Kakak di sekolah. Nggak nyangka, dunia sesempit ini. Ternyata dia abangnya teman kamu.”

“Udah, ah. Luna mau istirahat.” Luna beranjak menuju kamarnya sambil memeluk beberapa buku dan alat tulis.

Salsa mengekor di belakangnya. “Dia nanya apa aja tentang Kakak?” cecarnya pada Luna.

“Ih, kepo deh!”

Salsa tidak menyerah. Ia ikut masuk ke kamar Luna yang juga adalah kamarnya. Mereka berbagi kamar dan kasur yang sama sejak kecil.

“Kasih tahu, Lun,” desak Salsa lagi. Ia mengikuti Luna yang baru saja berbaring di kasur sambil menutup sebagian tubuhnya dengan selimut. “Ini masih sore, jangan tidur dulu. Cerita dulu sebentar.”

Belum juga Salsa berhasil membujuk Luna untuk bercerita, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Salsa membukanya dan senyumnya langsung merekah ketika membaca nama si pengirim pesan.

Panjang umur.

arnan11_ : Sal, sore ini ada waktu sebentar? Gw mau minta tlg lo temenin gw cari kado ultah buat Sandra. Bsk dia ultah.

Salsa tengah menimbang keras keputusan yang akan diambilnya. Sekilas, terlintas ucapan Nadin dan Fira yang bersikeras melarangnya terlalu dekat dengan Arnan selagi misinya belum berhasil. Namun, di sisi lain ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

arnan11_ : Tp kalo lo sibuk, gpp gw cari kado sendiri aja.

Salsa buru-buru mengetik pesan balasan sebelum Arnan urung mengajaknya jalan.

anastasyasalsa_ : Bisa, Kak. Aku bisa sore ini. Kita ketemuan di mana?

Biarlah untuk sekali ini saja Salsa menyenangkan diri sendiri sebelum berhadapan kembali dengan si Kutub Es sekolahnya besok. Toh, Nadin dan Fira juga tidak tahu. Hehe.

Arnan menanyakan alamat rumah Salsa untuk menjemput. Namun Salsa menolak dengan alasan yang dibuat-buat.

anastasyasalsa_ : Jgn, Kak. Kebetulan aku lagi di luar, biar sekalian ke lokasi aja.

Ada satu hal yang dicemaskan Salsa apabila Arnan datang ke rumah untuk menjemputnya. Yaitu, Maria akan memarahi Salsa habis-habisan karena mengira ia sudah punya pacar. Padahal mamanya sudah sering mengingatkan bahwa Salsa tidak boleh pacaran sebelum lulus sekolah.

Pada akhirnya, Arnan setuju untuk bertemu di salah satu mall yang dekat dengan sekolah mereka.

Sekarang, Salsa harus memikirkan sebuah alasan agar mama mengizinkannya keluar rumah di minggu sore ini. Selama ini, Salsa tidak dibolehkan berpergian bila tidak ada manfaatnya. Dan alasan kerja kelompok bersama Nadin dan Fira sejauh ini adalah alasan yang paling sering berhasil membuatnya bisa keluar rumah. Tapi sialnya, siang tadi Salsa sendiri yang bilang pada mamanya kalau hari ini dia tidak ada janji kerja kelompok.

Setelah berpikir keras mencari jalan keluar, Salsa hanya menemukan satu hal yang dijamin mempan membuat Maria mengizinkannya keluar rumah sore ini.

***

“Iya, Sandra itu adik gue. Dan ternyata gadis manis yang namanya Luna itu adik lo?”

Salsa membalas senyuman Arnan dengan malu-malu. Mereka kini sedang berjalan bersisian menyusuri pertokoan di dalam mall.

Salsa tidak sanggup membendung rasa senangnya saat ini. Berjalan bersama cowok yang disukainya di luar sekolah, berbincang santai tanpa seragam. Semua ini terasa seperti mimpi. Salsa hampir kehilangan kata-kata sejak menemukan Arnan yang menunggunya di lobby mall beberapa waktu lalu. Arnan tampak berbeda tanpa seragam sekolah. Cowok itu mengenakan kaos hitam dan celana jeans biru. Benar-benar ... keren.

Salsa berhutang satu permintaan pada Luna. Karena berkat mulut manis Luna, Salsa dibiarkan keluar rumah. Salsa tahu betul mamanya selalu menuruti kemauan Luna, tapi tidak untuk kemauan Salsa.

“Menurut lo, gue kasih kado apa buat Sandra?”

Suara Arnan seketika menyadarkan Salsa ke alam nyata. “Hm ... Sandra itu anaknya gimana?”

“Ya, sama seperti anak-anak seusianya. Mungkin nggak beda jauh kayak Luna. Periang, kepo, suka main game dan suka banget akting.”

Salsa mengetuk-ngetuk bibir dengan telunjuknya. Matanya mengernyit sambil memandang lurus ke depan. Ia tampak serius memutar otaknya, sampai tidak sadar Arnan tersenyum melihat tingkah lucu Salsa saat ini.

“Mungkin Kakak bisa kasih sesuatu yang spesial.” Salsa menoleh pada Arnan yang masih tersenyum padanya. “Kenapa?” tanya Salsa heran ketika menyadari Arnan terus menatapnya sambil tersenyum.

Arnan menggeleng, menahan gemas karena kepolosan Salsa. “Nggak ada apa-apa. Maksud lo spesial gimana?”

“Misalnya, Kakak parodiin film kesukaan Sandra. Pasti Sandra seneng nantonnya. Kayak contohnya Luna suka banget sama dongeng Putri Salju. Aku dari dulu pengen banget parodiin cerita itu buat dia.” Salsa membayangkan Luna. Keinginannya itu sudah sejak lama, tapi belum bisa ia wujudkan sampai saat ini.

“Gue jadi Pangeran, lo jadi Putri Saljunya. Gimana?”

“Eh?” Salsa berhenti melangkah sambil menoleh pada Arnan yang juga ikut berhenti di sebelahnya. “Itu cuma contoh, Kak. Sandra kan belum tentu suka cerita Putri Salju juga.”

Arnan tertawa kecil. “Lagian nggak keburu juga, Sal. Sandra ulang tahunnya besok.”

“Iya juga.”

“Punya ide lain?”

Salsa kembali melakukan gerakan serupa ketika sedang berpikir. Telunjuknya terus mengetuk-ngetuk bibirnya.

“Lo kalo lagi mikir harus begitu, ya?” tanya Arnan gemas setengah mati. “Lo kayak minta dicium tahu, nggak?”

Salsa dengan cepat menurunkan tangannya, kemudian menoleh salah tingkah pada Arnan. “Sori, Kak. Kebiasaan.”

Arnan mengangkat tangannya hingga menyentuh puncak kepala Salsa. “Lo gemesin banget, sih,” katanya seraya mengacak pelan rambut Salsa.

Salsa mendadak gugup. Sentuhan tangan Arnan di kepalanya seolah mengurangi pasokan oksigen di sekitarnya. Salsa hanya berharap Arnan tidak menyadari wajahnya yang ia yakini sudah semerah tomat saat ini.

Keduanya menghabiskan waktu yang menyenangkan sambil berkeliling mencari kado untuk Sandra. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, akhirnya mereka sepakat untuk membelikan tas sekolah baru. Menurut Salsa, pilihan itu jauh lebih baik daripada pilihan lain yang coba ditawarkan Arnan, seperti iPad, handphone baru atau benda elektronik lainnya. Benda-benda itu terlalu mewah untuk dihadiahkan pada anak kelas 6 SD.

Sepertinya Arnan keliru menyamakan Sandra dengan Luna. Setahu Salsa, Luna tidak pernah dimanjakan dengan barang-barang mewah seperti itu.

Salsa membiarkan Arnan berjalan melewatinya, sementara dirinya secara reflek berhenti melangkah dan buru-buru bersembunyi di balik etalase aksesoris ponsel di dekatnya ketika seseorang dengan sorot mata dingin itu tertangkap matanya. Galen ada di sini. Bagaimana bisa?

Tidak lama kemudian Arnan sudah berada di hadapan Salsa. “Lo kenapa?”

Salsa berusaha bersikap seperti biasa. “N-nggak apa-apa, Kak. Cuma lagi lihat-lihat pajangan aja. Bagus-bagus,” katanya asal sambil menyentuh tanpa minat berbagai casing handphone di dekatnya.

“Lo lagi cari flip cover?”

“Nggak, sih. Cuma lihat-lihat aja.” Salsa meletakkan kembali sebuah flip cover yang ia ambil asal dari pajangannya, kemudian menoleh hati-hati pada Galen yang berada tidak jauh darinya. Salsa tidak yakin Galen menyadari keberadaannya. Bisa gawat kalau Galen melihatnya jalan dengan Arnan. Bisa makin susah Salsa mencairkan si Kutub Es itu.

“Kak, aku pulang duluan, ya. Udah malem,” pamit Salsa dengan mata yang sesekali mengawasi keberadaan Galen.

“Kita makan dulu, yuk. Baru habis itu gue antar pulang.”

Salsa sungguh tergiur dengan semua tawaran itu. Tapi kali ini ia menyadari misinya jauh lebih penting. Ia tidak boleh lupa bahwa keinginan terbesarnya saat ini adalah bisa bertemu dengan miracle-nya.

“Nggak usah, Kak. Lain kali aja. Aku udah janji sama mama nggak akan pulang malam-malam. Aku duluan ya, Kak.”

Salsa berniat berbalik pergi, namun suara Arnan kembali mencegahnya.

“Gue antar pulang kalo gitu.”

“Aku bawa motor, Kak,” kata Salsa beralasan. “Aku bisa pulang sendiri. Tolong sampaikan salamku buat Sandra, ya. Bye.” Salsa melambai singkat, kemudian bergegas pergi ke arah berlawanan dari keberadaan Galen. Meninggalkan Arnan yang kebingungan dengan sikap anehnya.

Salsa tidak langsung pulang setelah menjauh dari Arnan. Ia justru berbalik arah dan mengamati Galen dalam jarak aman. Biar bagaimana pun, ia masih sedang menjalankan misi. Informasi sekecil apa pun tentang Galen bisa saja ia manfaatkan untuk mencairkan hati cowok itu.

Kadang-kadang, Salsa merasa dirinya pintar juga.

Menurut Salsa, Galen berpakaian terlalu rapi untuk sekedar jalan-jalan di mall. Kemeja putih berbalut jas hitam dan celana hitam. Rambutnya juga selalu tampak rapi seperti biasa. Dan harus Salsa akui, penampilan Galen dengan setelan jas, membuatnya tidak cukup menatap cowok itu hanya sekali. Salsa butuh beberapa kali meyakinkan dirinya bahwa cowok berpenampilan menawan itu memang Galen.

Rupanya Galen tidak sendiri. Salsa melihat seorang anak laki-laki berpenampilan serupa sedang berjalan mengekori Galen yang terus melangkah tanpa tujuan yang jelas. Anak laki-laki yang diperkirakan Salsa berumur sekitar 5 tahun itu berjalan dengan langkah-langkah lemah. Ia tampak sangat kelelahan mengikuti Galen.

Merasa kasihan, Salsa menghampiri bocah itu, kemudian menggendongnya.

“Kak, kasihan nih, adiknya kecapekan.”

Galen berbalik dan menemukan Salsa sudah ada di sana sambil menggendong bocah kecil yang datang bersamanya.

Galen sempat heran melihat pemandangan itu. Biasanya Ken tidak mudah menerima orang asing. Tapi bocah itu tampak tenang berada di gendongan Salsa.

“Dia sampai keringetan loh, Kak,” keluh Salsa sambil mengusap keringat di kening bocah itu. “Padahal udah ganteng pakai jas begini. Jangan jahat-jahat sama adiknya.”

“Lo ngapain di sini?”

“Harusnya aku yang tanya balik. Kakak ngapain ke mall pakai jas? Mau kondangan?”

Galen memutar bola matanya sambil berdecak kesal. “Turunin Ken! Jangan coba-coba culik dia!”

“Jadi namanya Ken? Lucu banget.” Salsa menyentuh gemas pipi Ken yang seperti bakpao.

“Turun, Ken!” perintah Galen sambil menarik tangan Ken.

Salsa mencegahnya. “Kasihan Ken udah capek. Biar aku gendong aja ke tempat tujuan. Emangnya mau ke mana, sih?”

“Pulang!” Galen mengambil alih Ken dari gendongan Salsa.

Salsa masih mengikuti. Ia mencoba mengimbangi langkah-langkah cepat Galen. “Aku boleh ikut, nggak? Nebeng sampai perempatan jalan?” Salsa hanya mencoba peruntungannya, walau ia yakin seratus persen Galen akan menolaknya mentah-mentah.

Galen menoleh dengan kesal. “Gue nggak suka sama lo!” Galen menekankan dua kata utama, seolah berharap Salsa tidak salah mendengar perkataannya.

Bila kata ‘suka' akan menjauhkan Salsa darinya, Galen akan mengucap ‘tidak suka' setiap hari demi tidak kehilangan gadis itu di dekatnya.

Kata-kata pedas Galen sukses membuat Salsa berhenti melangkah. Ia membiarkan cowok itu pergi menjauh membawa serta Ken di gendongannya.

Salsa kesal dibuatnya. “Emangnya gue tanya dia suka gue apa nggak?”

Salsa terus mengeluh. Bagaimana ini? Padahal Salsa mengira Galen sudah mulai menyukainya. Tapi rupanya, cowok itu sulit sekali ditebak.

***

Galen memasang sabuk pengaman untuk Ken yang duduk di sebelahnya. Bocah itu sudah terlelap. Benar yang dikatakan Salsa tadi. Ken terlihat sangat kelelahan. Dan Galen jadi menyesal karena melibatkan bocah itu hanya karena emosi semata.

Setelah mengenakan sabuk pengamannya sendiri, Galen memegang stir mobil kuat-kuat. Perasaannya masih bergejolak tidak karuan. Lama-lama ia bisa gila bila keadaannya seperti ini terus.

Dering ponsel di saku jas, membuat Galen buru-buru meraihnya sebelum suaranya membangunkan Ken.

“Iya, Tan,” jawab Galen setelah sekilas membaca nama tantenya—Mira sebelum menjawab panggilan itu.

Galen, ya ampuuuun. Ini udah dua jam, tapi kamu belum muncul-muncul. Kamu bawa lari Ken ke mana?

“Iya, ini bentar lagi sampai kok, Tan.”

Tante cuma minta kamu ajak jalan-jalan Ken sebentar biar dia nggak ngambek karena dipaksa pakai jas. Tapi sampai dua jam kalian belum balik juga. Ini keterlaluan, Galen Bagaskara. Acaranya sudah hampir mulai. Ingat, ini acara penting. Kamu nggak boleh terlambat!” Suara Mira di seberang telepon terdengar penuh ancaman. Dan Galen paham betul kali ini ia tidak bisa menghindar bila tidak mau hal buruk yang lalu terulang kembali.

Setelah mengakhiri percakapannya dengan tantenya, Galen merenung kembali akan semua sikap anehnya hari ini.

Sore tadi ia hanya berniat mengajak Ken berkeliling di sekitar perumahannya. Namun, ketika tanpa sengaja melihat Salsa yang menghentikan laju motor tepat di sebelah mobilnya saat lampu merah, Galen mendadak penasaran. Apalagi, ketika ia menyadari Salsa tersenyum riang sepanjang perjalanan. Belum lagi, menyadari Salsa tampak merias dirinya yang biasanya tampil polos ke sekolah. Tanpa sadar, Galen mengikuti laju motor skuter itu hingga memasuki mall.

Galen mengajak Ken turun dan masuk ke mall. Karena parkir motor dan mobil berbeda lokasi, Galen sempat kehilangan jejak Salsa ketika di dalam mall.

Galen berjalan tak tentu arah untuk mencari Salsa dengan Ken yang mengeluh sepanjang jalan, namun tetap berusaha mengejarnya dengan langkah-langkah kecilnya.

Hingga kemudian, rasa penasaran Galen hilang dan tergantikan dengan perasaan aneh yang menyelusup ke dalam dadanya ketika menemukan Salsa tersenyum malu-malu di samping Arnan. Rupanya Salsa dan Arnan janjian bertemu hari ini.

Hati Galen semakin memanas ketika melihat Salsa tidak mencoba menepis tangan Arnan yang menyentuh puncak kepalanya. Salsa justru terlihat sangat bahagia.

Bagaimana caranya membuat Salsa tidak pergi dari sisinya, sekaligus tidak membiarkan gadis itu semakin dekat dengan Arnan?

Lamunan Galen buyar ketika membaca sebuah pesan yang baru saja dikirimkan Tante Mira.

Galen, mereka sudah sampai. Tante harap kamu sudah persiapkan alasan yang masuk akal atas keterlambatanmu untuk mereka dan juga papamu! Jangan rusak semuanya lagi!

TBC

Masih banyak pertanyaan kalian yg belum terjawab. Dan aku harap kalian mau sabar nunggu sampai semuanya terkuak pelan-pelan. Nikmatin aja..

Jadi, kamu ada di tim GaSal atau SalNan?

Bisa kali di-vote biar makin semangat :)

Adakah komentar selain 'next'? :"

Salam,
pitsansi

Continue Reading

You'll Also Like

19.3M 896K 73
SUDAH TERSEDIA DI SHOPEE @natasyayulia dan @Reneturosgroup SEBAGIAN CHAPTER TELAH DI-UNPUBLISH UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN Ini kisah Rea. Seorang ga...
12.1M 825K 51
[ SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA ] 'Kita yang terluka, kita yang mencinta, kita yang sama.' Mungkin kalian sering menemu...
Different By ping

Teen Fiction

10.8M 557K 55
CERITA TELAH DITERBITKAN Kiara Ifania : 1. Cantik ✔ 2. Pinter ✔ 3. Polos ✔ 4. Imut ✔ 5. Rokok ✘ Karrel Antonio : 1. Ganteng ✔ 2. Pinter ✘ 3. Nakal ✔ ...
14M 89.1K 11
#rank 1 kategori fiksi remaja ( 5sep2019) #rank 1 kategori remaja (7sep 2019) # rank 1 kategori school (26 Novr 19) Sani delva adhitama, lelaki yan...