[Hiatus] Random [Author's Boo...

By Healerellik

1.6K 198 900

Isinya hanyalah fanfict acak yang kemungkinan besar merupakan request/dare. Dan hak cipta kembali ke masing-m... More

The Fate
That's
A Rain
Ganbatte!
Reply
The Magazine
Jealous
Dark Side
Truth Or Dare?
Our Stories
Truth Or Dare? (2)
Misunderstanding
Partner War
The Fate: A Rainbow After Rain
Your (Un)Secret Admirer
A Rain: Recycle
From One Mistake
The Camping Insident
My Song For You [Aisozou Version]
About Author [So OOT. Don't Read if You Won't]
My Song For You [Shuuna Version]
The New Things About You
Because You Are A Part Of Me
Let Me Take Care of You
[OOT] Maybe Interesting for You
[OOT] Ask Your Opinion
It's Not Only About Her
Say It!
Never End
Siblings?
Catoptric Tristesse
[OOT] Novelet Fanfiction
I'm Here For You
The New Things About You (2)

Truth Or Dare? (2): Omake

37 5 30
By Healerellik

[Family! Nijimura Shuuzou x Yousuka Ainawa]

.

Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki dan Heaira Tetsuya.

Plot is mine.

And happy reading!

.

.

Ah, sepertinya ada yang salah dengan permainan Truth or Dare tadi malam. Jadi, bagaimana jika kita melihat kelanjutannya di pagi hari ini?

Ainawa segera melemaskan persendian kakinya begitu ia selesai mencuci piring. Semenjak ia tahu ada kehidupan lain di tubuhnya, ia benar-benar seringkali merasakan kelelahan yang amat. Dan mau tak mau, ia kembali teringat pada masa sebelum si Kembar ada.

Ia akan mengambil ponsel di atas meja begitu mendengar suara berisik dari depan. Ia tersenyum karena tahu benar suara milik siapa itu. Dengan perlahan, Ainawa berusaha bangun untuk menyambut sang Pendatang.

"Tadai— eh? Okaa-san mengapa berdiri?! Harusnya Okaa-san duduk saja!" ucap Shuuna yang baru masuk. Ia pun tak sungkan melempar tasnya ke sembarang arah lalu segera menuntun Ainawa menuju sofa. Dan ibunya itu hanya tertawa kecil melihat keposesifan Shuuna yang entah darimana.

"Kaa-san tidak apa-apa, Shuuna. Okaa-san baru saja mau menyambut kalian." Ainawa melirik Shuuzou dan Aisozou yang kebetulan juga baru masuk.

Shuuna menggeleng. "Iie! Harusnya Okaa-san duduk tenang saja. Atau tidur kalau perlu," ucapnya lagi.

"Okaa-san tahulah Shuuna bagaimana. Dia terlalu bersemangat karena akan memiliki adik delapan bulan ke depannya," ujar Aisozou. Nada suaranya sudah jelas sekali mengejek kembarannya itu.

"Itu benar! Dan jika nanti adikku sudah ada, aku berjanji tidak akan mau bermain dengan Ai-nii lagi! Huh!" Shuuna merenggut kesal. Tangannya pun tertekuk di depan dada dengan keras.

"Sst! Kau tak boleh bilang seperti itu, Shuuna. Bagaimana pun nanti, kau akan membutuhkan Aisozou jika kau mengalami kesulitan. Paham?" ucap Shuuzou melerai keduanya. Si Kembar pun menyetujui hal itu.

"Oh ya. Bagaimana permainan kalian tadi malam? Maafkan Kaa-san yang ketiduran ya?" Ainawa menaruh kedua tangannya pada kepala si Kembar. Kemudian menangkupnya lembut.

"Daijoubu dayo, Kaa-san. Seharusnya aku tidak mengikuti Ai-nii yang ngotot mengajak kalian bermain ToD waktu itu. Apalagi kalian baru balik dari bepergian," ucap Shuuna.

"Hei, mengapa aku selalu salah sih?" rutuk Aisozou.

"Kau memang salah kan? Jadi wajar jika aku menyalahkanmu!"

"Tapi bukannya kau yang mau mengikuti arahanku? Jadi, siapa yang salah?!"

"Kau yang salah karena sudah memikirkan permainan yang konyol itu!"

"Jika konyol, mengapa kau mau mengikutinya, hah?! Sudah jelas siapa yang lebih salah kan?!"

"Kau yang salah!"

"Kau!"

"Kau!"

Karena kesal, Shuuna pun segera meninju bahu Aisozou dengan amarah penuh. Aisozou pun tak mau kalah. Begitu menangkap tinjuan Shuuna, ia segera mengunci pergerakan tangan gadis itu. Dan adu mulut pun terjadi lagi.

Shuuzou hendak melerai keduanya tepat ketika Ainawa menarik tangannya. Dengan isyarat mata, ia meminta agar lelaki itu mendiamkan mereka. Dengan berat hati, Shuuzou pun terpaksa mengalah.

"Ehem!"

Shuuna dan Aisozou segera berhenti bergerak begitu mendengar deheman keras dari Ainawa. Senyuman lembut wanita itu pun sudah cukup untuk menyadarkan mereka akan kesalahan yang telah mereka lakukan.

"Gomen nasai, Okaa-san. Kami salah," ucap mereka serentak. Ainawa mengiyakannya. Kemudian menyuruh mereka duduk di sampingnya.

"Jadi, bagaimana jika kita akan melanjutkannya? Giliran Okaa-san belum kan?" usul Ainawa. Ketiganya terkejut. Mengira bahwa permainan itu telah berakhir.

"Tak perlu, Ai. Kau harus beristirahat," ucap Shuuzou.

"Tak apa, Shuu. Jika aku tidak bermain, itu akan terasa curang bukan? Jadi, Aisozou, Shuuna, pergi dan ambillah kaleng-kaleng yang tadi malam kalian gunakan itu. Kita akan melanjutkan permainannya."

Aisozou dan Shuuna mengangguk. Dengan sigap, mereka berdua berlari. Berebutan untuk lebih dahulu membawakan benda itu pada Ainawa.

"Kau yakin, Ai? Pertanyaan serta tantangan yang mereka buat itu sungguh menjebak." Shuuzou pun mengambil tempat di samping Ainawa.

"Hari ini masih ulang tahun mereka kan? Jadi, biarkan saja," ucap Ainawa.

Selang beberapa saat kemudian, keduanya kembali dengan tiga kaleng yang langsung ditaruh di depan Ainawa dan Shuuzou.

"Untuk Kaa-san, tiga undian kan?" tanyanya.

"Etto ... satu saja, Kaa-san. Agar Okaa-san lekas beristirahat," jawab Aisozou. Ainawa hanya tertawa kecil. Kemudian dalam sekali waktu, ia langsung mengeluarkan tiga undian sekaligus.

"Yang pertama, Truth."

Shuuna pun menyodorkan kaleng "T" pada Ainawa. Perlahan, ia pun mengeluarkan satu gulung kertas dari sana.

Apa yang kamu benci dari pemain lainnya?

"Hmm... Untuk Shuu, aku tidak suka jika tengah malam masih bekerja dan memaksaku membantunya," ucap Ainawa seraya melirik Shuuzou.

Shuuzou seketika terbahak mendengar hal itu. Karena apa yang Ainawa ucapkan berbanding terbalik dengan kenyataannya.

"Baiklah, baiklah. Mulai sekarang, aku akan lebih sering beristirahat. Aku akan tetap tertidur walau kau yang bekerja. Bagaimana?" jawab Shuuzou dengan smirk andalannya. Dan itu membuat Ainawa mendecih pelan.

Shuuna hanya melongo mendengar hal itu. Pikiran polosnya masih sibuk menerka apa yang kedua orang tuanya kerjakan di tengah malam sehingga Ainawa protes akan itu.

Sementara Aisozou? Jangan tanyakan. Karena ia refleks mengambil bantalan sofa lalu menutupi mukanya dan meledakkan tawanya di balik sana.

"Untuk Aisozou."

Bantal itu turun sedikit. Menarik perhatian mata Aisozou yang sedikit mengeluarkan air mata. "Ada apa?"

"Kaa-san tidak suka jika kau bertengkar dengan adikmu. Bersikaplah dewasa. Jangan hanya pikiranmu saja yang dewasa sebelum waktunya. Tapi tindakanmu juga. Paham?" ucap Ainawa tajam. Seketika itu juga Aisozou mengancungkan tanda peace.

"Kalau Shuuna bagaimana?" Shuuna mengangkat tangan. Berusaha menarik perhatian Ainawa padanya.

"Pertama, atur emosimu itu agar tidak mudah terpancing oleh olokan kakakmu atau yang lain. Kedua, jika kau punya masalah, bicaralah dengan Kaa-san. Jangan memendamnya sendirian sampai kau kelelahan akibat menangis seperti tempo hari."

Senyum yang Ainawa berikan membuat gadis remaja itu bersemu merah. Ia ingat sekali apa yang membuatnya menangis hingga tertidur di tempo hari.

"Truth pertama sudah selesai. Untuk yang kedua, Dare," ucap Ainawa. Tangannya pun segera mengambil kaleng "D" yang kebetulan tak jauh darinya.

"A-apa ini?!" ucapnya parau seraya menutup lagi kertas yang telah ia buka. Penasaran, Shuuzou pun merebut kertas itu.

"Cium pemain lainnya."

Ketiganya sontak menatap Ainawa yang gugup karenanya. Setelah mengembuskan napas, akhirnya Ainawa meminta si Kembar maju dan mencium pipi mereka berdua bergiliran.

"Kalau Otou-san bagaimana?" tanya Shuuna begitu melihat Ainawa yang tak menjalankan dare itu pada Shuuzou. Malah terkesan menjauhinya.

Kedua lelaki di ruangan itu tertawa kecil mendengar nada suara Shuuna yang benar-benar polos itu. Aisozou bahkan sampai memegang perutnya yang sakit akibat terlalu banyak tertawa.

Seisi ruangan terdiam begitu Ainawa mendekati Shuuzou perlahan. Lalu mencium pipi lelaki itu pelan.

Ainawa akan menjauh ketika Shuuzou malah menariknya dan mencium bibirnya dalam. Ia pun membelalak. Ainawa tentu masih sadar kalau ada orang lain di ruangan itu. Sementara Shuuzou tampaknya tak peduli.

"Niichan!!" teriak Shuuna yang matanya langsung ditutup oleh Aisozou. Sementara Aisozou memalingkan muka. Jelas sekali ia yang terkekeh karena hal itu.

"Tch. Kono hentai!" umpat Ainawa begitu tautan mereka terlepas. Keduanya mengatur napas. Kemudian memandang si Kembar yang masih dalam posisi aneh mereka.

"Nee, dare-nya sudah selesai belum? Leherku sudah pegal nih," ucap Aisozou. Nada suaranya jelas sekali menahan tawa. Sementara Shuuna hanya bisa menganggukkan kepalanya kaku.

"Sudah," jawab Shuuzou pendek. Aisozou pun kembali menghadapkan mukanya seraya melepas tangannya pada wajah sang adik yang langsung merenggut kesal.

"Mataku sakit tahu!" ketus Shuuna seraya menjauhkan tangan Aisozou dari tubuhnya. Si Sulung hanya mengendikkan bahu. Tak peduli.

"Daripada mata kita tercemar pemadangan dadakan, bagaimana?" ucapnya kemudian. Tak ada yang berkomentar. Karena apa yang Aisozou lakukan itu benar.

"Salahkan Otou-san kalian yang mendadak aneh!" sambung Ainawa. Membuat Shuuzou memasang wajah tanpa dosanya.

"Menurutku, itu tidak aneh," tandas Aisozou. "Yang setengah-setengah itu tidak enak kan?" sambungnya. Tatapan tajam Ainawa pun terhunus padanya.

Apalagi kalau berada di kamar. Lalu suasananya gelap dan— Ah sial! Aisozou refleks mengerjapkan matanya. Dalam hati ia sedikit menyesali neuron otaknya yang dua kali lebih cepat tanggap dalam hal ini.

"Jangan memikirkan macam-macam, Aisozou! Ingat. Kau masih di bawah umur!" tegur Shuuzou yang sepertinya mengetahui gelagat Aisozou yang mulai terjebak fantasi gelapnya itu.

"Aku tidak memikirkan hal yang aneh kok," elaknya.

"Jika seperti ini terus, lebih baik kau fokus di Matematika saja. Bahaya jika kau terus menyalahgunakan ilmu Biologi yang kau ketahui," ucap Ainawa. Seketika Aisozou menundukkan kepalanya.

"Gomen nasai. Maafkan aku yang kurang ajar seperti ini," lirihnya. Ainawa dan Shuuzou terdiam. Kemudian mengiyakan hal tersebut.

"Sebenarnya tak masalah jika kau bersikap seperti itu. Remaja seperti kalian sudah boleh mempelajarinya. Tapi itu jika di rumah, Aisozou. Jangan pernah berpikiran seperti itu jika di luar rumah," ucap Ainawa panjang lebar. Aisozou dan Shuuna mengangguk khidmat.

"Undian yang terakhir belum kau buka, Ai," timpal Shuuzou. Giliran Ainawa mengangguk. Kemudian membuka kertas di genggamannya.

"Dare."

"Kabulkan permintaan pemain lainnya," ucap Ainawa membaca dare itu. Kemudian menatap yang lainnya.

"Aku mau Okaa-san menjaga kesehatan Kaa-san sampai seterusnya," ucap Shuuna tulus.

"Okaa-san tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat-berat. Okaa-san harus memanggil dan menggunakan tenagaku untuk itu. Lalu, biarkan aku menjadi alarm agar Kaa-san tidak malas makan dan istirahat." Aisozou menyunggingkan senyum manisnya. Tatapan teduh pun ia berikan pada ibunya itu.

"Dan permintaanku, kau harus mengabulkan permintaan mereka dengan baik, Ai. Juga seperti kata Aisozou, kau harus mengandalkan kami untuk seterusnya," ucap Shuuzou menutup dare kali ini. Tanpa sungkan, ia pun mengecup puncak kepala Ainawa.

Mata bermegane itu mengembun. Perasaannya benar-benar tersentuh oleh ketiga orang itu. Hingga akhirnya tanggul itu pun jebol dan mengalirkan sungai ke dagunya.

"Arigatou gozaimasu, minna," lirihnya. Tangannya pun tergerak untuk membersihkan aliran asin itu.

Tanpa dikomando, Shuuna dan Aisozou merengkuh tubuh itu bersamaan. Membuat Ainawa semakin terisak.

"Aisozou, Shuuna, berhenti memeluk Kaa-san kalian," ujar Shuuzou. Bukan karena dia tak suka. Tapi tak dapat ia pungkiri kalau matanya menangkap perubahan warna wajah Ainawa.

Benar saja. Begitu pelukan itu terlepas, Ainawa segera limbung. Untung Aisozou dan Shuuzou menahannya.

"Okaa-san tidak apa-apa?!" Shuuna terlihat panik. Tangannya segera memijat tengkuk wanita itu.

Ainawa menggeleng. Namun pandangannya yang mengabur segera membuat Shuuzou tanggap.

"Kau harus istirahat, Ai. Jangan memaksakan diri." Nada suara Shuuzou terdengar tegas. Ainawa pun mengangguk samar ketika tubuhnya diangkat dengan mudah oleh lelaki itu.

"Okaa-san harus istirahat. Jangan sampai Otou-san mengganggunya ya~" Aisozou terkekeh kecil begitu melihat orang tuanya menghilang di balik pintu kamar.

"Bakaniki! Seharusnya kau mendengar perkataan mereka, kono hentai!" Shuuna dengan segera menjitak kepala Aisozou dari samping. Hingga anikinya itu mengaduh.

"Kau...?!" Aisozou mencoba menahan amarahnya. Namun sepertinya tidak bisa begitu Shuuna menjulurkan lidahnya. Mengolok sekaligus menantang.

Selanjutnya, teriakan demi teriakan gaduh pun terdengar dari kedua saudara kembar itu.

Sementara di dalam...

"Kau tak apa, Ai?" ucap Shuuzou yang melihat Ainawa sedikit mengerang.

"Iie! H-hanya saja, kepalaku pusing," jawabnya.

"Hm... kau beristirahatlah. Aku harus melerai kedua bocah itu dulu," ucap Shuuzou seraya menarik selimut hingga menutupi sebatas leher istrinya itu.

"Oyasumi, Ai." Kecupan di kening pun ia berikan. Sebelum akhirnya meninggalkan Ainawa demi mengurus kedua anak mereka.

Dan di belakang, Ainawa tersenyum miris. Entah mengapa ia merasakan ada sesuatu yang salah di sini. Perlahan, manik cokelat itu pun menghilang di balik kelopak mata yang menutup itu.

.

.

.

//ngakak

Astaga ... kenapa omake-nya seperti ini?

Well, your dare is done //bagi yang merasa

Continue Reading

You'll Also Like

517K 2.7K 18
Cerita ini bagian dari @fantasibersama
666K 35K 43
Ini adalah sebuah kisah dimana seorang santriwati terkurung dengan seorang santriwan dalam sebuah perpustakaan hingga berakhir dalam ikatan suci. Iqb...
582K 57.3K 37
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
301K 375 4
21+