My Ice Boy [Completed]

By pitsansi

24.6M 1.9M 331K

[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue berta... More

1. Kesan Pertama: 6"
3. Sok Ganteng! Sok Pinter!
4. Muka Tembok
5. Attention
6. Running
7. Curiga
8. Dari Mata
9. Misi Sialan!
10. Nggak Suka
11. Mengulur Waktu
12. Drama
13. Cemburu
14. Perhatian Terselubung
15. Berebut Peran Pangeran
16. Polling
17. Putri Salju
18. Murid Pindahan
19. Gengsi Bilang Suka
20. Miracle
21. Suka
22. Menanti Miracle
23. Alasan untuk Dekat Denganmu
24. Lima Detik
25. Mengupayakan Segala Cara
26. Memori
27. Putri Salju Rasa Cinderella
28. Aku Janji
29. Harapan Bertemu Miracle?
30. Jantungan
31. Memilih
32. Miracle Nyata
33. Kemungkinan Miracle
Polling Sementara MiracLINE & Giveaway
34. Ancaman Datang
35. D-Day
36. Perlahan Terkuak
37. Sebenci itukah?
38. Kejutan
40. Hangat
41. Temui Aku
42. Dingin Lagi
43. Tunggu Sebentar Lagi
44. Dari Masa Lalu
45. Remember You
Cara Baca Part yang Diprivate
46. Miracle Sesungguhnya
47 (END) Berawal dari Miracle
Mau Dapat Novel "My Ice Boy" Gratis?
Q&A dan Tanya Tokoh MIB
Pengumuman Testimoni Terpilih
Vote Cover & Seputar Info
Giveaway Time!
Open PO MIB

2. Jejak Sepatu

755K 55.1K 12.9K
By pitsansi


“Dia udah punya pacar?”

Pertanyaan itu yang terlontar pertama kali ketika Salsa melihat targetnya sedang berjalan bersisian dengan seorang cewek. Dugaan Salsa bukan tanpa alasan. Ia melihat cewek bertubuh nyaris sempurna itu menempel sangat rapat dengan Galen. Tangannya bergelayut manja memeluk lengan Galen. Dan, Salsa bisa menebak kalau cewek itu sengaja memamerkan sesuatu di balik kemeja yang dua kancing bagian atasnya dibiarkan terbuka lebar.

“Namanya Regina Putri. Seangkatan sama kak Galen.” Nadin ikut berhenti tepat di sebelah Salsa. Matanya mengikuti arah pandang Salsa ke arah koridor kelas dua belas. “Statusnya nggak jelas sampai sekarang. Cuma dia yang ngaku-ngaku pacarnya kak Galen. Tapi kak Galen nggak pernah anggap dia pacar. Tuh, lihat aja sendiri!” Nadin menunjuk dengan dagunya.

Salsa kini melihat Galen menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. Cowok itu menatap Regina dengan tatapan peringatan sambil menunjuk tangannya yang dipeluk cewek itu.

Regina terpaksa melepaskan pelukannya sambil mencebikkan bibirnya. Tapi tidak berlangsung lama. Cewek itu kembali menyusul Galen yang sama sekali tidak mempedulikannya.

“Gatel banget sih, tuh cewek!” Salsa malah risi sendiri melihat tingkah Regina.

“Lo juga harus kayak gitu, Sal, buat narik perhatian kak Galen!” Fira ikut berkomentar sambil menepuk bahu Salsa.

“Idih, ogah!” Salsa menyahut tanpa pertimbangan. Membayangkannya saja sudah membuat Salsa geli sendiri. Agresif sama sekali bukan kepribadiannya.

“Trus, lo mau diem kayak gini terus, nunggu kak Galen yang datengin lo duluan?” Fira menatap Salsa gemas. “Sampai ayam bisa berenang juga nggak bakal deh kak Galen deketin lo duluan! Taruhan sama gue!”

Salsa mulai berpikir. Membayangkan dirinya berada dalam posisi Regina saat ini, sungguh membuat sekujur tubuhnya merinding. Ia tidak pernah berdekatan dengan cowok seperti itu. Apalagi bertingkah genit seperti Regina.

“Kalo lo nggak sanggup, mending mundur aja, Sal. Nggak usah nyiksa diri lo sendiri!” hasut Nadin, berniat mengompori semangat Salsa.

“Jangan, dong! Gue kepengin banget tahu siapa pengirim pesan misterius itu.”

“Ya, balik lagi ke lo sendiri. Lo siapnya kapan?” tantang Nadin.

“Tapi gue nggak yakin kak Galen bakal ngelirik lo walau lo bertingkah genit kayak kak Gina,”

Salsa langsung menoleh karena perkataan Fira. “Kenapa nggak?”

“Ya, lo mikir aja sendiri. Cewek secantik dan semolek kak Gina aja kak Galen nggak luluh. Apalagi disodorin yang rata kayak lo!”

“Asem!” Salsa tersinggung. “Itu karena cewek itu pakai seragamnya ngetat aja, jadinya kelihatan besar.”

Fira dan Nadin kompak tertawa, membuat Salsa merasa pembelaannya barusan sia-sia. Kedua sahabatnya itu tentu tidak percaya.

“Gue pasti bisa kok, cairin si Kutub Es itu tanpa perlu jadi cewek gatel!” yakin Salsa. Ia masih tersinggung dengan tawa dua orang di dekatnya yang belum juga mereda.

***

Perlu mental baja untuk adik kelas sepertinya yang dengan nekat menginjakkan kaki di lingkup area kelas XII.

Seperti Salsa saat ini. Entah sudah berapa banyak pasang mata yang menelitinya dari atas hingga bawah, membuat keberanian Salsa hampir merosot ke titik yang paling rendah.
Berdirilah Salsa di sini sekarang, tepat di depan kelas XII IPA 1 sesaat setelah bel istirahat pertama berbunyi. Nadin yang memberinya info bahwa targetnya berada di kelas ini.

Sudah banyak murid yang keluar masuk kelas itu. Salsa hanya berharap Galen masih ada di dalam kelasnya.

“Permisi, Kak,” kata Salsa yang baru saja bertanya pada seorang pria tinggi berkacamata yang baru saja keluar dari dalam kelas. “Ada Kak Gal—“

“Salsa?”

Salsa langsung menoleh pada seseorang yang sudah ada di sampingnya. Cowok itu menunjuknya sambil mengucap namanya dengan nada ragu.

“Nama lo Salsa, kan? Yang ngajak kenalan kemarin?” tanya Arnan memastikan.

“Eh?” Salsa terkesiap, cukup terkejut disapa seperti itu. “I-iya, Kak.”

Merasa tidak diperlukan lagi, cowok berkacamata tadi sudah pergi melanjutkan langkahnya entah ke mana.

“Nyariin gue?” tanya Arnan lagi sambil tersenyum kecil.

“Hm...,” Belum juga Salsa menjawab, ia melihat Galen muncul dari balik pintu kelas dan berjalan melewatinya begitu saja.

“Sori, kemarin gue lagi sibuk banget. Jadi nggak bisa ngobrol banyak. Ada apa?”

“Oh, nggak apa-apa kok, Kak. Cuma mau kenalan aja,” jawab Salsa sekenanya. Matanya sedari tadi mengikuti arah berlalunya Galen. Menangkap sosok itu agar tidak lolos dari pandangannya. Sementara sikap Salsa semakin gelisah karena targetnya semakin menjauh.

Arnan tersenyum menatap tingkah lucu Salsa yang tampak sedang salah tingkah.

“Aku duluan ya, Kak!” Salsa buru-buru berlalu menyusul Galen yang hampir menghilang di ujung koridor.

“Eh tunggu dulu, Sal!”

Salsa berhenti dengan tiba-tiba, kemudian menoleh kembali pada Arnan. Masih sambil tersenyum, cowok itu berjalan menghampiri Salsa sambil merogoh saku celananya.

Arnan membuka sebuah aplikasi percakapan di ponselnya, kemudian mengulurkannya pada Salsa “Boleh tahu id LINE lo?”

***

“Trus lo kasih?”

Salsa tak kuasa menahan senyumnya yang tak mau hilang sejak siang tadi. Sejak ia dan Arnan bertukar id LINE di sekolah. Ia berguling-guling di kasurnya malam ini seperti orang gila.

“Eh, Curut. Lo cerita nanggung banget. Buruan kasih tahu gue. Lo kasih tahu id LINE lo ke kak Arnan?” tanya Nadin di seberang telepon. Nada suaranya sudah sangat penasaran.

“Ya jelas gue kasih. Kita tukeran id LINE.” Posisi Salsa kini tengkurap. Ia menggigit ujung sarung bantal kepalanya karena gemas sendiri.

“Gue bagi dong.”

“Enak aja. Kak Arnan bukan buat dibagi-bagi.”

“Pelit banget lo. Udah kayak kak Arnan pacar lo aja!”

“Calon.” Salsa buru-buru mengamini ucapan Nadin.

“Pret! Tukeran sama id LINE kak Galen, mau nggak?” tawar Nadin.

Salsa langsung mengubah posisi menjadi duduk. Seketika ia teringat akan misi yang sedang ia jalankan.

“Lo punya id LINE kak Galen?” tanya Salsa antusias.

“Nggak!”

“Asem!”

“Bagi dong, Sal. Pelit amat!” rengek Nadin masih tidak menyerah.

“Udah dulu ya. Kayaknya kak Arnan nge-chat gue nih. Dari tadi getar mulu hp gue.”

“Sombong bener! Palingan juga SMS dari operator selular.”

“Sampai jumpa besok di sekolah, Nad.” Salsa memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak. Ia sama sekali tidak menghiraukan suara Nadin yang masih memanggil-manggil namanya di ujung ponsel.

Benar dugaan Salsa. Ada pesan yang masuk ke ponselnya. Tapi bukan dari Arnan seperti yang diharapkannya, melainkan dari si pengirim pesan misterius.

Miracle: Tiga bulan, atau tidak sama sekali.

Salsa menyadari bahwa ia tidak punya banyak waktu. Rasa penasarannya akan sosok si pengirim pesan misterius itu akan terjawab 3 bulan lagi. Itu pun jika Salsa berhasil menaklukan si Kutup Es di sekolahnya. Atau jika gagal, Salsa tidak akan punya kesempatan untuk tahu siapa orang di balik pesan-pesan misterius itu.

***

“Lo yakin mau ngelakuinnya, Sal? Kak Galen nggak akan bisa dideketin pakai cara yang mainstream. Dia anti mainstream soalnya!”

“Kita lihat aja. Nggak akan ada yang mampu nolak pesona gue.” Salsa mengibaskan rambut panjangnya dengan sombong. Ia sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan bernada ragu dari Nadin dan Fira.

Ketiganya kini sedang berdiri di koridor utama sekolahnya pagi-pagi sekali. Salsa sengaja mengajak Nadin dan Fira untuk melihat aksinya menaklukkan Galen Bagaskara sebentar lagi. Ia sengaja memilih koridor utama sebagai tempatnya beraksi, supaya semakin banyak orang yang melihat, semakin banyak pula yang menyadari bahwa si Kutub Es sekolah bisa dengan mudah ia taklukkan.

Salsa sudah merasa sangat cantik pagi ini. Seragam sekolahnya sengaja ia setrika selama lebih dari setengah jam. Diulang berkali-kali agar terlihat licin. Begitu pula dengan rok selututnya. Ia juga sengaja menata rambutnya hingga terlihat sedikit bergelombang di ujungnya hingga menambah kesan girly.

Selain itu, khusus hari ini ia mengenakan sepatu pantofel hitam baru miliknya, hadiah dari papanya saat ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu. Walau sedikit kebesaran, namun Salsa ingin menyempurnakan penampilannya hari ini. Semua demi bertemu miracle-nya.

“Kalian perlu bukti?” tantang Salsa. Ia kemudian mengamati seorang cowok bertubuh kurus yang berjalan ke arahnya. “Kita pemanasan dulu.”

Salsa pura-pura membaca sebuah buku sambil bersandar di tembok. Dan ketika si cowok yang diamatinya tadi hampir sampai di dekatnya, Salsa sengaja menjatuhkan bukunya.

Seperti yang memang ia harapkan, cowok itu menunduk dan mengambilkan buku itu untuk Salsa.

“Buku kamu jatuh,” kata cowok itu sambil mengulurkan buku yang baru saja dipungutnya.

“Makasih.” Salsa tersenyum manis sekali sambil menyambut buku itu. “Kamu kelas berapa?”

Cowok itu tampak terkejut. “Kita kan sekelas. Masa kamu nggak kenal sama aku?” Ia membenarkan letak kacamatanya yang merosot. Sementara Nadin dan Fira sudah terbahak tidak jauh dari sana.

“Masa, sih?” tanya Salsa pura-pura lupa. “Kalo gitu kita kenalan aja lagi. Salsa Anastasya.” Ia mengulurkan tangannya yang langsung disambut antusias oleh cowok di depannya.

“Jodi,” kata cowok itu menyebut namanya. “Boleh tukeran nomor hp?” Jodi bersiap mengeluarkan ponsel dari sakunya, namun Salsa buru-buru melepas jabatan tangannya.

“Lain kali aja, ya. Bye!” Salsa melambaikan tangannya. Memberi kode agar Jodi segera pergi dari hadapannya.

Walau sedikit bingung dengan sikap Salsa yang mendadak berubah, namun Jodi tetap pergi juga. Harapannya untuk bertukar nomor hp dengan Salsa kandas.

“Gimana, gimana? Kalian lihat, kan? Gampang banget bikin cowok tertarik sama gue!” Salsa melipat tangannya di dada sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

“Lo mau samain kak Galen sama Jodi?” Fira menatap Salsa tak percaya. “Jodi kebanting jauh, Sal. Lo belum tahu kak Galen kayak gimana, sih! Bisa nangis lo kalo cari gara-gara sama dia.”

“Kenapa bisa sampai nangis?” Salsa masih tak percaya.

“Kak Galen itu nggak mandang gender. Dia memang nggak pernah mukul cewek, tapi cewek yang nangis karena kata-kata pedesnya, banyak banget. Lo mau jadi korban selanjutnya?” cecar Fira memperingati.

“Eh, eh itu kak Galen mau lewat sini.” Nadin menginterupsi. Tangannya menarik-narik lengan Fira untuk menyingkir sejenak dari sana.

Tinggallah Salsa yang masih berdiri di pijakannya sambil menatap Galen yang hampir sampai di tempatnya.

Salsa mulai bersandar di tembok sambil pura-pura sedang membaca. Dan persis seperti tadi, ia sengaja menjatuhkan bukunya begitu Galen hampir melewatinya.

Salsa sudah besar kepala, menyangka Galen akan melakukan hal serupa yang dilakukan Jodi tadi. Namun, yang terjadi justru membuatnya shock. Galen melewatinya begitu saja setelah menginjak buku yang baru saja dijatuhkannya.

Salsa hampir berteriak setelah melihat jejak sepatu Galen tercetak jelas di sampul bukunya yang berwarna putih. Padahal itu buku tugas Sejarahnya yang akan dikumpulkan hari ini.

Kenyataannya, Salsa adalah orang yang mudah sekali marah. Ia kesal setengah mati dengan sikap cuek Galen. Padahal, tidak mungkin cowok itu tidak merasakan sesuatu ketika menginjak bukunya. Meminta maaf saja tidak!

Salsa mengabaikan gelak tawa Nadin dan Fira yang tertangkap telinganya tidak jauh dari keberadaannya. Ia mengambil bukunya di lantai dengan kesal, kemudian berjalan cepat menyusul langkah Galen sebelum cowok itu semakin jauh.

“Kakak barusan nginjak buku saya. Nggak mau minta maaf?” Salsa baru saja menghadang langkah Galen. Ia mengangkat buku yang corak sampulnya adalah hasil karya Galen barusan—jejak sepatu.

Salsa berusaha tidak terintimidasi sorot mata Galen yang kini menatapnya tajam. Namun ia hanya mampu bertahan selama dua detik. Karena detik berikutnya matanya sudah mengerjap berkali-kali karena mendadak gugup. Ia bahkan menghitung sudah berapa detik cowok itu menatapnya saat ini.

Fira sialan! Sahabatnya itu rupanya sudah berhasil mendoktrin pikirannya untuk mempercayai teori tidak masuk akalnya kemarin.

“Bukannya lo harusnya berterima kasih karena udah dapet cap sepatu gue?” Galen menyahut dengan sangat cuek. “Bukannya itu yang lo mau dengan sengaja jatuhin buku?” tembaknya langsung.

Mulut Salsa sudah terbuka lebar saking terkejutnya dengan tebakan Galen barusan. Bagaimana cowok itu tahu kalau ia sengaja menjatuhkan buku?

“Cara klasik!” Galen menyejajarkan wajahnya dengan Salsa, kemudian berbisik dengan intonasi suara yang sangat menusuk di telinga Salsa. “Kalo mau narik perhatian gue, ngaca dulu!”

Salsa mengatupkan rahangnya rapat-rapat, bersiap menumpahkan amarahnya yang tiba-tiba sudah berada di titik puncak akibat kata-kata Galen.

Galen tidak mempedulikan perubahan ekspresi Salsa yang sudah hampir meledak. Ia menegakkan kembali tubuhnya, kemudian berjalan melewati cewek itu begitu saja.

Salsa sudah mencak-mencak di tempat. Ingin sekali ia berteriak membalas perkataan Galen yang terkesan sangat menghinanya. Seumur-umur belum pernah ada yang berani menghinanya seperti itu.

Salsa berbalik, menatap punggung Galen dengan penuh amarah. Kalau saja ia tidak ingat tujuannya mendekati cowok itu, tentu ia sudah berteriak sejak tadi. Bahkan tepat di depan wajah cowok sombong itu.

Merasa kekesalannya tidak terlampiaskan, Salsa melirik botol mineral kosong yang berada di dekat tempat sampah di dekat kakinya. Setelah mengambil ancang-ancang, ia langsung menendang botol itu mengarah pada sang target dengan kekuatan ekstra.

Salsa tersenyum puas setelahnya. Walaupun botol yang ditendangnya tidak mengenai target, tidak masalah. Yang penting rasa kesalnya sudah sedikit berkurang.

Salsa menunduk dan terkejut begitu melihat botol mineral kosong masih berada di dekat kakinya, hanya bergeser sedikit dari posisi awal. Sementara ia merasa yakin sekali baru saja menendang sesuatu yang sangat keras.

Ia kemudian mengangkat kepalanya begitu mendengar suara ringisan pelan, disusul suara terkejut dari orang-orang sekitar.

Salsa langsung menutup mulut dengan kedua tangannya begitu melihat bagian belakang seragam Galen kini bergambar jejak sepatu. Apalagi ketika cowok itu berbalik sambil menenteng sepatu hitam yang sangat dikenali Salsa.

Salsa menunduk dan baru menyadari sepatu sebelah kanannya sudah hilang entah kemana. Ia menduga sesuatu yang ditendangnya tadi bukan botol, melainkan sepatunya yang melayang hingga mendarat di punggung Galen.

Galen menatap orang di sekitarnya satu per satu sambil bertanya siapa pemilik sepatu kurang ajar di tangannya saat ini.

Salsa panik bukan main. Entah apa yang akan terjadi padanya bila Galen tahu sepatu itu adalah miliknya. Pada akhirnya, Salsa memilih bersembunyi untuk menyelamatkan diri.

TBC

Cerita ini sepertinya akan bergenre romance-comedy-mistery. Kalo komedinya belum kerasa di part ini, tungguin di part-part berikutnya ya.

Pesanku cuma satu. Jangan berekspetasi terlalu tinggi sama cerita ini. Aku selalu berusaha kasih yang terbaik di setiap ceritaku. Let it flow aja.

Btw, iceseries udah ada grup chatnya loh. Mungkin sebagian dari kalian udah diundang via LINE sama Nova RenanovEmili05 Udah rame juga di sana. Yang mau gabung, bisa minta Nova buat undang kamu. Atau tulis id LINE kamu di sini.

Dan maaf karena jarang nongol di grup. Yang penting update MIB lancar dan kalian punya temen baruuuu.

Salam,
pitsansi

Continue Reading

You'll Also Like

7.1M 11.6K 2
Cantika Rabinar tidak takut menghadapi apa pun dan siapa pun. Karena sikap yang terlalu berani ini membuatnya terjebak dalam masalah besar. Prince...
12.1M 825K 51
[ SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA ] 'Kita yang terluka, kita yang mencinta, kita yang sama.' Mungkin kalian sering menemu...
2.8M 16.5K 4
PINDAH KE DREAME! Terjerat dalam perjodohan konyol mampu menyeret dua remaja berbeda jenis itu pada ikatan yang tidak pernah mereka sangka. Belum sam...
2.8M 177K 34
Nathanial, ketua OSIS yang banyak disukai orang karena sikapnya yang baik. Namun sayangnya, Adisty yang dia cintai tidak menaruh hati padanya. Melain...