I Am Pluto

By jaeseidon

2.5K 1.4K 3.2K

[SELESAI] Erlangga Nicholas Saputra. Dia cowok paling baik di planet bernama Bumi. Dia juga cowok paling roma... More

Draft
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
EPILOG

Chapter 3

192 144 304
By jaeseidon

Chapter 3

1 Maret 2007

"Cen, udah jangan nangis lagi astaga."

Di sampingnya, Angga dengan hati gundah terus mencoba menenangkan Shena kecil yang tengah menangis tersendu-sendu. Papa belum menjemput keduanya karena ternyata sekolah tiba-tiba memulangkan siswa lebih awal dikarenakan ada rapat mendadak mengenai acara pentas seni yang rencananya akan diadakan akhir tahun.

Wajah memerah anak itu dan bajunya yang kotor membuat Angga semakin meringis kasihan. Apalagi ketika jemari Shena yang berdarah.

Pagi itu sekitar pukul 10, Shena dan Angga sebenarnya masih ada di sekolah bersama dengan teman-teman yang lain yang memang belum pulang ataupun belum dijemput oleh orang tua mereka.

Terik mentari yang terus menerpa badan membuat mereka semakin merasa kehausan. Oleh karenanya, salah satu temannya yang sebut saja Naila mengajak mereka untuk membeli minuman gelas di warung belakang sekolah. Omong-omong, kantin di sekolah mereka sudah tutup sedari pagi.

Tawaran yang diberikan oleh Naila tentu sangat menggiurkan bagi anak-anak itu. Tetapi kendala mereka saat ini adalah tidak ada kendaraan yang bisa mengantarkan mereka pergi ke warung yang sebenarnya letaknya jauh di dalam gang di belakang sekolah. Alhasil mereka berenam kebingunan sembari merenung memikirkan cara.

Saat itu Angga sedang berjongkok di depan Shena sembari mengikatkan tali sepatu Shena yang terlepas. Tiba-tiba ada sebuah suara mendekat.

Kring! Kring!

Tak lama wujud sepeda kayuh milik Putri muncul.

"Ayo naik sepeda aja!"

Mata mereka berbinar.

Shena mengangguk, setuju. "Mau! Tapi aku gak tau cara naik sepeda. Tapi Angga bisa kan? Aku sama kamu ya?"

Baru saja Angga terduduk lelah sehabis mengikatkan tali sepatu Shena, anak itu mendesah. "Tapi capek, kamu berat."

Shena kesal, lalu ia mencubit perut Angga.

Putri, perempuan kecil dengan rambut dikepang dua itu memberi saran yang lain. "Aku punya sepeda, nanti Shena sama aku aja. Riky sama Angga, terus Naila sama Wulan."

Akhirnya rencana anak-anak kelas 2 SD ini terlaksana. Naila mengajak teman-temannya untuk meminjam sepeda pada salah satu siswa yang belum pulang, melainkan bermain bola di lapangan sekolah. Proses peminjaman itu tidak memerlukan waktu yang lama. Akhirnya mereka berhasil mendapatkan kendaraan untuk pergi ke warung belakang.

Pada awalnya, Angga sangat malas. Dia terlalu lelah jika harus mengayuh sepeda dan pergi bolak-balik. Terlebih lagi, Mamanya berpesan jika sudah pulang sekolah dia tidak boleh pergi keluyuran. Angga percaya ada monster yang akan menggigit mereka jika masih berani bermain jauh-jauh sepulang sekolah.

"Cena, mending pulang aja, nanti digigit monster," kata Angga mencoba membujuk sahabatnya itu. Namun, mau dikata apa, Shena sudah sangat menyetujui ide membeli minuman ini sembari naik sepeda.

Dengan tegas, anak perempuan itu menggeleng, "Ih, harus ikut Angga! Pasti asyik deh ayo cepet."

Mereka akhirnya menaiki sepeda. Putri, Riky, dan Naila yang mengayuh sepeda sedangkan Shena, Angga, dan Wulan hanya duduk manis di bonceng oleh temannya.

Pada mulanya, semua berjalan dengan lancar. Mereka sampai di warung belakang sekolah sekitar 10 menit perjalanan. Angga membayarkan minum yang Shena ambil, juga membantunya membeli ciki. Tak lama, Shena meminta es krim rasa strawberry, dengan terpaksa Angga juga memberikannya es krim tersebut. Waktu berjalan sangat cepat, tak disangka-sangka hari sudah semakin siang. Wulan mengatakan bahwa mereka harus kembali ke sekolah karena pasti para orang tua sudah berdatangan untuk menjemput.

Putri mengangguk, "Iya nih, ayo Shena naik cepetan."

Buru-buru Shena menaiki kursi belakang sepeda milik Putri itu sambil terus menggenggam minuman gelas dan jajan miliknya.

"Hati-hati!" teriak Angga, karena Putri langsung mengayuh sepedanya dengan cepat. Membuat tas Shena terjatuh ke tanah dan ditinggalkannya begitu saja.

Dengan berat hati, Angga membawakan tas Shena di punggungnya.

"Dasar!"

Sengaja Putri melajukan sepedanya dengan sangat kencang. Di belakang punggungnya, Shena berteriak kegirangan. Kedua anak kecil itu hanya merasa senang karena ini merupakan pengalaman pertama mereka menaiki sepeda sekencang ini. Membuat semua rambut Shena tidak beraturan diterpa angin yang kencang.

Tibalah mereka berenam di pertigaan jalan.

Anak kecil yang belum tahu rambu-rambu lalu lintas itu langsung saja menerobos lampu merah dan berbelok ke arah kanan. Untungnya tidak ada motor dari arah kiri, tetapi tiba-tiba saja ada satu sepeda motor yang terlalu terkejut akan kedatangan sepeda Putri yang mendadak sehingga tidak sempat mengerem pedal.

"AAAKK!"

Alhasil Putri dan Shena terjatuh ke aspal yang kasar.

Shena menangis. Pergelangan tangannya luka dan terasa sangat perih.

Angga terkesiap, "CENAAA!!!"

Anak laki-laki itu melompat dari boncengan Riky dan berlari menemui Shena. Angga dibantu warga yang memang ada di sekitar trotoar jalan untuk mengangkat tubuh kecil Shena dan menenangkan gadis kecil yang ketakutan itu.

"Kita harusnya gak berangkat ke sana, lihat kan, jadinya kamu jatuh!" sergap Angga.

Putri juga menangis, tetapi dia tidak terluka cukup parah seperti Shena.

Angga kecil melirik Putri sengit, "Makanya naik sepeda jangan ngebut! Tadi 'kan udah dibilangin hati-hati. Gimana ini sahabat aku jadi jatuh dan berdarah!"

Melihat keadaan Shena yang cukup parah, Putri jadi merasa bersalah. Ia langsung menangis lebih keras dan meminta maaf pada Shena. Ia mengaku juga tidak sengaja. Putri tidak tahu jika ada sepeda motor yang melaju ke arah mereka.

"Bodoh! Bu Nova sudah bilang kalau ada lampu merah tandanya berhenti, bukan malah ngebut! Sana kamu jauh-jauh dari Cena!" Angga mendorong sedikit tubuh Putri agar ia bisa berada di samping Shena dan menepuk pundak sahabatnya itu.

Dengan perlahan, Angga membersihkan tangan Shena yang berdarah. Ia meniup-niup lengan itu karena Shena merintih kesakitan. "Perih?" tanyanya.

Shena mengangguk.

Tak lama mobil hitam Papa datang. Awalnya Papa sangat kebingungan kenapa sekolah sangat sepi, tapi Angga langsung berlari begitu menjumpai sosok Papa Shena, ia mengatakan keadaan sebenarnya dan meminta Papa untuk segera membawa Shena ke rumah sakit terdekat.

Singkatnya, tulang lengan Shena didiagnosis sedikit bergeser dari tempatnya. Maka dari itu, Dokter menyarankan Shena tidak banyak bergerak dan tidak pergi ke sekolah terlebih dahulu.

"Baik terimakasih Dokter," Papa menyalami tangan Dokter Hilman yang menangani putrinya. Ia lalu meminta Angga menemani Shena karena ia harus mengurus administrasi terlebih dahulu.

Angga melirik ke arah lengan Shena yang di-gips. "Sakit, nggak?"

"Iya."

"Rasain."

Shena menjulurkan lidah, "Tapi kamu ga bisa samaan sama aku. Sekarang tangan aku ada ininya tau," Shena menunjuk penyangga tangan tersebut. "Biasanya kita selalu samaan, sekarang nggak."

Mendengar ucapan itu, Angga tertawa, "Ya, nanti aku buat sendiri."

Ternyata ucapan Angga tidak main-main. Sekembalinya ia menjenguk Shena esok harinya, Angga benar-benar membuat penyangga tulang untuk tangan kirinya menggunakan botol plastik yang ia buat sedemikian rupa miripnya dengan milik Shena.

Pada akhirnya, kedua sahabat itu mengenakan alat penyangga tangan masing-masing.

Shena tersenyum, begitupun Angga.

***

[Picts from Pin. All rights reserved]

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.4M 80.3K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
414K 32K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
3.4M 275K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
1.2M 87.2K 41
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...