Author POV
Chole yang merasa dirinya di panggil, pun menoleh ke sumber suara.
"Kak Seannn..." Chole tersentak, Ia berdiri dan menjatuhkan snack yang di pegang begitu saja membuat makanan ringan tersebut tumpah kemana-mana.
"Snackkuuuu...!" teriak Alana.
Chole berlari kearah Sean dan langsung memeluk Sean.
"Kak Seannn..." isak Chole dipelukan Sean.
Sean dan Chole memang suka berantem tapi Sean paling tak bisa melihat Chole menangis, karena bagaimana pun juga Chole adalah adik satu-satunya. Sean mengelus puncak kepala Chole.
"Tenanglah, Chole." Sean semakin memperdalam pelukannya.
Alana yang terkejut melihat adegan di depannya langsung mendekati Max dan bertanya "Dia siapanya Lili, Max?
"Lili?" tanya Max heran.
"Ah itu maksudku Sean, Lili itu nama panggilannya yang aku buat."
"Hahaha, kau ini ada-ada saja. Gadis itu Chole adiknya Sean," jelas Max
"Apa?!" teriak Alana, membuat ketiganya menatap heran ke arah Alana.
"Ternyata dia adikmu Sean? Aku tidak menyangka ternyata adik dan kakak sama-sama gilanya!" celetuk Alana begitu saja.
"Jaga ucapanmu, Alana" tegur Max.
"Ops, sorry," Alana tersenyum lebar tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali.
"Max, apa benar wanita itu pacarmu?" tanya Chole.
"Bukan," jawab Max.
Namun bersamaan dengan jawaban Max, Alana pun menjawab 'iya'.
Max dan Sean menatap Alana dengan tatapan heran sedangkan Chole menatap tajam ke arah Alana.
"Kau dengarkan? Max bilang kau bukan pacarnya, kau saja yang mengaku-ngaku sebagai pacarnya Max!" Chole menunjuk Alana.
Alana memutar bola matanya malas, "Memang bukan!" Alana menjulurkan lidahnya mengejek Chole.
"Sialan kau!" umpat Chole.
"Dia adikku, Alana Joysilia Gibson dan Alana dia adalah adiknya Sean. Chole Genisa Smith," Max memperkenalkan masing-masing dari mereka.
"Jadi, dia adalah adikmu kak Max?"
"Iya."
"Wah, berarti dia calon adik iparku. Senang berkenalan denganmu," Chole mengulurkan tangannya dengan memasang wajah yang berbinar-binar.
Alana tidak menyambut tangan Chole, dia hanya memperhatikan tangan tersebut. Chole yang merasa di abaikan oleh Alana, langsung menurunkan tangannya dan tiba-tiba ide untuk mengerjai Alana pun muncul dibenaknya.
"Kalau begitu, aku akan mengganti makanan ringan mu yang aku makan tadi. Tunggu sebentar ya," Chole berlari keluar rumah dan masuk kedalam rumahnya.
Sean, Max dan Alana menggeleng-gelengkan kepalanya serempat melihat tingkah Chole tersebut.
"Kau kasih makan apa dia? Kenapa dia bisa menangis sekencang itu? Aku rasa setelah ini aku harus memeriksakan telingaku ke dokter"
"Entahlah, dia memang begitu orangnya," jawab Sean santai.
Tidak lama kemudian, Chole datang lagi dengan membawa berbagai macam bungkusan makanan ringan dan dia memberikan makanan tersebut kepada Alana. Alana pun menyambut snack tersebut dengan senyuman lebar. Namun, tiba-tiba senyum Alana menghilang setelah memperhatikan snack yang diberikan oleh Chole tersebut. Makanan tersebut bukanlah snack untuk manusia melainkan untuk Anjing.
Alana langsung menjatuhkan snack-snack tersebut ke lantai. Chole tertawa sampai terpingkal-pingkal, sedangkan Sean dan Max hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat tingkah laku Chole yang tidak bisa di tebak.
"Sialan kau!" seru Alana dan meninggalkan mereka bertiga begitu saja.
Sean yang melihat Alana pergi pun langsung berniat untuk menyusul Alana, namun di tahan oleh Max.
"Mau kemana?" tanya Max.
"Menyusul adikmu."
"Kau sudah siap kehilangan nyawamu sekarang?"
"Tenanglah, Dude. Aku hanya mau berbicara sebentar dengannya. Aku janji tidak akan menyentuhnya sedikitpun."
"Okay, baiklah. Ku beri waktu lima menit!"
Setelah mendapatkan izin dari Max, ia langsung pergi menyusul Alana tanpa menjawab ucapan Max. Sedangkan Chole dia masih tidak bisa berhenti tertawa.
"Pulanglah, Chole. Ini sudah malam. Ayo ku antar," ucap Max pelan kepada Chole.
Max selalu memperlakukan Chole dengan lembut, karna baginya Chole sudah seperti adiknya sendiri.
🍒🍒🍒
Sean yang kehilangan jejak Alana akhirnya mengandalkan instingnya untuk menebak keberadaan wanita tersebut. Di lantai dua tersebut ada tiga pintu kamar dan Sean tahu jika kamar paling ujung kanan adalah kamar milik Max. Sekarang Sean tinggal memilih antara dua kamar dan pilihan Sean jatuh ke kamar yang letaknya ditengah.
Sean mengetuk pintu tersebut beberapa kali sambil meneriakkan nama Alana, namun tidak ada jawaban sama sekali dari kamar tersebut. Tapi Sean tidak mau menyerah dia tetap mengetuk-ngetuk pintu tersebut dan tetap meneriakkan nama Alana.
Ceklek...
Terdengar pintu terbuka, namun pintu yang di buka tersebut bukanlah pintu yang Sean ketuk. Melainkan pintu kamar di sebelah kiri. Alana memunculkan wajahnya di balik daun pintu dan menoleh ke arah Sean.
"Sedang apa kau di sana?"
"Kenapa kau di kamar yang itu?" Sean balik bertanya.
"Jangan jawab pertanyaanku dengan pertanyaan lagi Sean!"
"Aku hanya ingin mengingatkanmu. Mulai besok kau jadi pelayanku, jangan lupa."
"Kau hanya ingin mengingatkan hal yang tidak penting seperti itu?" Alana menaikkan sebelah alisnya.
"Itu penting bagiku! Besok kau harus ikut ke kantorku pukul delapan pagi."
"Aku.tidak.mau!" jawab Alana dengan menekan setiap katanya.
"Aku bukanlah tipe wanita yang suka melanggar janji, kau bisa pegang omonganku," ucap Sean mengulang ucapan Alana pada saat mereka berada di mobil.
"Brengsek kau!" Alana menutup pintu kamarnya dengan sedikit bantingan.
"Hahaha..." Sean tertawa puas di luar dan melanjutkan ucapannya, "Jangan lupa! Atau kau akan mendapatkan hukuman!"
Alana tidak menjawab perkataan Sean. Akhirnya pria tampan itu pun turun dari lantai dua dan berpapasan dengan Max di tangga.
"Aku sudah mengantar Chole pulang."
"Thanks, Brother."
"Apa yang kau katakan pada adikku?" tanya Max tidak melepaskan pandangannya dari Sean.
"Jangan memandangku seperti itu, Max. Aku hanya mengingatkan dia akan janjinya tadi siang"
"Janji apa?"
"Sejak kapan kau jadi seseorang yang serba ingin tahu begini, Max? Biasanya kau cuek saja."
"Sialan kau, Sean! Pergilah dari rumahku!"
"Hahaha... Kau lucu sekali ketika sedang marah, Max," ucap Sean terkekeh melihat ekspresi marah yang ditunjukkan oleh Max.
"Ehem... Okay, Aku pulang. Sampaikan salamku untuk adikmu ya?" jawab Sean lagi ketika sudah bisa memberhentikan tawanya.
"Sean! Awas kau! Cepat keluarrr...!" teriak Max membuat Sean semakin suka mengganggu sahabatnya itu.
"Hahaha... Baiklah, calon kakak ipar ku." Ia bahkan dengan sengaja menyebut Max sebagai calon kakak ipar dan hal tersebut sukses membuat Max semakin meradang.
"Seannnn....! Kau--"
"Hahaha..."
***
To be continue
Jangan lupa vote dan comment yaa
Follow instagram : itsviy_
Terima kasih.
Love,
Itsviy (24.07.2018)