NATHANNETHA

By elateivea

727K 2.3K 35

Semuanya berawal dari keretakan hubungan orang tua Netha, kepindahan sekolahnya sampai kejadian itu terjadi... More

INFORMASI PENTING!
Prolog - Kilas Balik Masa Lalu
BAB 1 - Pertemuan Pertama
BAB 2 - Luka Lama
BAB 3 - Manipulasi Rasa
BAB 4 - Mereka Yang Berwarna
BAB 5 - Mengukirnya Bersama
BAB 6 - Masa Lalu Kembali Lagi
BAB 7 - Kejutan
BAB 8 - Hari Penuh Sendu
BAB 9 - Penjelasan
BAB 10 - Would You Be My Girlfriend?
BAB 11 - Kehancuran
BAB 12 - Semuanya Berubah
BAB 13 - Hey Carissa!
BAB 15 - Bertemu Keduanya
BAB 16 - Seperti Waktu Itu
BAB 17 - Yang Dinanti
Epilog - Raffly dan Della
Cerita Baru ✨

BAB 14 - Rahasia dan Tragedi

1.3K 75 5
By elateivea

Satu minggu sudah Netha menjalani hari-hari barunya di Berlin. Satu minggu yang juga penuh rindu akan tanah airnya. Tapi saat ia mengingat Indonesia hatinya seolah tertikam belati yang semakin hari semakin tajam menusuk ulu hatinya. Fikri sekalipun tak mengetahui bahwa setiap malam Netha menangis karena hal ini, yang ia tahu adiknya selalu mengulas senyum di pagi hari.

Omong-omong tentang satu minggu, Netha ingat pagi ini Daniel pasti mengirimkan rangkaian bunga Daisy ke 7. Bunga yang akhir-akhir ini jadi bunga favorite Netha. Bukan lagi Tulip tapi Daisy, ia mengulas senyum.

Jam 7 pagi, Netha sudah rapi dengan dress selutut warna moka. Rencananya hari ini ia akan check-up untuk yang kedua kalinya. Apakah Daniel akan menemuinya lagi?

Fikri mendorong Netha menyusuri ruangan Dr. Smith, dokternya seminggu yang lalu. Membayangkan bagaimana bosannya bertemu dokter itu membuat Netha berpikir akan kabur lagi nanti.

"Guten morgen!" sapa Smith ramah.

Fikri membalas sapaan itu tak kalah ramah, sedangkan Netha malah memutar bola matanya jengah.

"So, kita mulai aja ya pengukurannya." Ucap Dr. Smith. "Luruskan kakimu, Netha." Ucap Smith lagi sambil mengambil beberapa peralatannya.

"Panggil saya Carissa." Ucap Netha saat suster mulai mengukur kakinya dengan berbagai alat.

Fikri yang tampak aneh mendengar itu segera angkat bicara, "Eh apa-apaan? Nama kamu kan Netha, kenapa jadi Carissa coba?"

"Mulai dari sekarang aku ganti." Ucap Netha santai.

"Ya gak bisa gitu lah!"

"Netha juga nama tengah aku kan? Ya suka-suka aku lah mau dipanggil apa!"

"Tapi Abang gak suka karena nama itu pemberian dari Papa!" ucap Fikri agak keras.

"Ya sudah, masalah nama aja kok diributkan. Ok, Carissa sudah selesai pengukurannya, tinggal tunggu pembuatan kaki palsu nya sekitar satu bulan dari sekarang ya." Ucap Smith. Netha hanya ngangguk-ngangguk.

"Aku izin keluar dulu, nanti aku balik lagi!" ucap Netha sambil keluar ruangan tanpa menunggu jawaban Fikri.

Netha masih ingat jalan menuju kantin dan segera menuju kesana. Sesampainya disana, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin dan matanya berhenti saat ia melihat Daniel ada di bagian utara sambil memakan roti. Hatinya senang bertemu Daniel kembali.

"Hai Daniel!" ucap Netha.

Daniel langsung bangkit dan memeluk Netha, "Lama tidak bertemu." Ucapnya.

BTW,  setiap Daniel mengirim bunga untuk Netha, selalu Fikri yang menerima. Jadi selama seminggu tersebut Daniel dan Netha sama sekali tidak pernah bertemu lagi.

"Ah hanya seminggu." Jawab Netha malu-malu.

"Heh, pipi lo kok kayak kepiting rebus gitu? Lucu!" Ucap Daniel sambil mencubit pipi Netha yang semakin merona.

Netha salah tingkah.

"Hari ini lo check up lagi?" tanya Daniel sambil menggigit sisa rotinya.

"Iya. Lo kok disini? Gak sekolah atau kuliah gitu?"

Daniel langsung tercekat, "Eng...enggak hehe lagi bebas."

Netha hanya ngangguk-ngangguk.  Daniel bersyukur karena Netha tak menanyakan hal itu lebih jauh.

"Jalan-jalan mau?" tanya Daniel yang disambut wajah ceria Netha.

"MAU!" ucap Netha penuh semangat.

"Ayo!" Daniel mendorong kursi roda Netha sambil berseri-seri. Belum pernah ia merasakan aura sepositif ini mengalir di seluruh tubuhnya. Seolah dirinya adalah orang paling bahagia dan paling sehat sedunia.

"Eh Netha! Gila ya Abang cariin dari tadi taunya ada disini. Mau kemana kamu? Ayo pulang!" ucap Fikri saat mereka sampai di lobby utama.

"Gak mau! Netha mau jalan-jalan!" ucap Netha yang membuat Daniel bingung.

Sebenarnya siapa yang bernama Netha disini?, pikir Daniel.

"Netha? Siapa itu Netha?" tanya Daniel membuat Netha panik.

"Eng... ah gak penting! Jalan-jalan nya jadi kan, Dan?"

"Hm iya jadi." Jawab Daniel sambil terus mengerutkan kening, bingung. Sebenarnya apa ini?

"Bang Netha jalan-jalan sama Daniel dulu ya. Janji deh sore aku udah di apartemen lagi. Dadah Abang!" Netha langsung mengintruksikan Daniel untuk mendorong kursi rodanya dan pergi jalan-jalan. Fikri hanya bisa berkata 'ya' demi melihat senyum itu terus terlukis di bibir manis adiknya.

Sesampainya di mobil, bayang-bayang tentang nama itu terus menghantui Daniel. Entah walau hanya nama kecil tapi mampu membuat pikiran Daniel melayang sangat jauh.

"Dan, lo tau Europa Park gak?" tanya Netha sambil terus men-scroll laman internet yang memuat destinasi wisata menarik.

"Tau."

"Jauh gak?"

"7 hours by train. Kenapa? Lo mau kesana?"

"Iya."

"Kaki lo? Terus soal izin ke kakak lo yang katanya sore udah di apartemen bagaimana? Gue gak mau cari masalah karna ngajak lo pergi jauh-jauh." Ucap Daniel. Netha cemberut maksimal.

Suasana canggung menyelimuti keduanya sampai Netha akhinya angkat bicara, "Yaudah turunin gue di sini aja. Gue mau naik taksi nyusul Abang gue pulang." Tak lupa dengan bibir manyun lima senti khas Netha.

Daniel berasa jadi Raisa deh, serba salah.

"Oke kita ke Europa Park." Ucapnya mengalah.

Netha berteriak kegirangan, "Thank you Daniel!" tak lupa dia memeluk Daniel saking bahagianya.

Daniel diam-diam mengulas senyum saat jemarinya mengelus rambut lembut milik Netha. Bahagia ternyata sesederhana itu.

Sekitar 7 jam menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Europa Park. Mereka berkeliling dan mencoba beberapa makanan yang dijual disana. Daniel pun membelikan Netha merchandise berupa boneka yang lucu.

Mereka terus berkeliling sampai akhirnya mereka menemukan wahana Silver Star-Hypocoaster. Wahana roller coaster yang katanya paling memacu adrenalin. Mereka mencobanya.

Dengan wajah semangat Netha tak sadar bahwa wajah Daniel memucat di tangga terakhir menuju wahana. Badan cowok itu melemas saat mereka duduk di kursi roller coaster. Pusingnya bahkan sudah semakin terasa.

Gue pasti kuat, rapal Daniel dalam hati.

"Dan, are you okay?" tanya Netha saat roller coaster tersebut perlahan naik.

Daniel mengulas senyum tipis menutupi pusing yang terus menjalar. Meyakinkan perempuan itu, selama Netha bahagia, ia pasti kuat.

Benar saja, ketika kereta roller coaster itu turun dengan cepatnya binar senang terbit di wajah Netha, membuat semangat Daniel kembali hadir. Walau tak berlangsung lama karena mual tiba tiba muncul ditengah permainan dan setetes darah turun dari hidungnya.

Kenapa penyakit sialan ini datang disaat aku merasa bahagia sih, pikir Daniel.

Untungnya wahana itu selesai dalam waktu yang cepat sehingga Daniel bisa izin ke toilet secepatnya. Netha yang merasa keanehan itu semakin menyeruak, menyusul Daniel dengan kursi rodanya.

"Eh Dan, tunggu dulu!" panggil Netha.

Daniel semakin mempercepat langkahnya karena darah semakin deras mengucur keluar. Sesampainya di toilet, Daniel mulai membersihkan darahnya dengan air dari wastafel. Air yang mengalir itu terasa sangat dingin saat menyentuh punggung tangan Daniel. Sebenarnya betulan dingin atau Daniel yang demam sih?

Daniel menatap kaca sekali lagi, mukanya sudah sangat pucat. Matanya mulai berkunang, semuanya serasa berputar.

"Dan! Daniel! Lo ada di dalam?!" teriak Netha.

"I...ya..." suara seraknya bahkan tidak terdengar oleh Netha membuat perempuan itu semakin panik.

Dalam hitungan detik, raga Daniel seolah kehilangan semua tulangnya, dan Daniel terkapar di lantai toilet.

Netha yang mendengar suara orang terjatuh di dalam langsung histeris dan meminta pertolongan para petugas.

Tangisnya pecah saat petugas menemukan Daniel dengan darah keluar dari hidungnya. Muka Daniel kala itu sangat pucat dan nafasnya sangat lemah. Kekhawatirannya bahkan bertambah karena ia tidak bisa membantu apapun. Bahkan untuk menyentuh lelaki itu ia harus menjatuhkan dirinya ke lantai.

Jika ia tahu hal ini akan terjadi, ia mungkin akan mengurung niatnya dan mengikuti saran Daniel untuk tidak pergi. Penyesalan memang selalu datang di akhir.

Daniel segera dilarikan ke rumah sakit terdekat dengan menggunakan ambulans dan Netha dibantu naik ke kursi roda nya lagi oleh beberapa kru perempuan. Ia dan beberapa kru tersebut menyusul menggunakan mobil operasional mereka.

Untungnya rumah sakit tidak jauh dari Europa Park sehingga Daniel mendapat penanganan yang cepat. Dan semua biaya pengobatannya di tanggung oleh pihak Europa Park.

"Doctor, what's happen?" tanya Netha saat dokter yang menangani Daniel keluar dari ruang ICU.

"He's not okay." Ucapnya lemah sambil menghela napas panjang.

Bagai dihujam beribu panah, hatinya ngilu. Dadanya pun sesak.

"Are you part of his family? I want to talk about this." Tanya dokter itu

"No, i'm his friend. You can talk about this to me."

"No i can't. I only talk about this to his family." Ucap sang dokter kemudian ia pergi tanpa melihat Netha yang terdiam sedih.

Netha benar-benar tak berdaya sekarang. Daniel masuk ruang ICU saja sukses membuat Netha teringat akan kejadian itu, ditambah kini kenyataan tak membiarkan dirinya tahu akan penyakit yang menyerang Daniel saat bersamanya.

Dirinya terus merenung, menatap Daniel hidup bergantung pada alat. Air matanya kering, tangisannya berganti diam dengan segala kekecewaan yang ia simpan sendiri. Seserius itukah penyakit Daniel sampai ia tak boleh tahu? Apa yang terjadi pun Netha masih meraba, apa dirinya tak pantas tuk mengetahuinya? Memang, baru 1 minggu mereka kenal, tapi apakah rasa yang mulai tumbuh ini tak mewakili semuanya? Mungkin hanya waktu yang dapat menjawab semua.

Drrtt...drttt...

Satu panggilan masuk ke ponsel Netha, mengembalikan kesadarannya setelah melamun. Ternyata telepon itu dari Fikri.

"Hm?" jawab Netha malas.

"Kamu dimana? Ini udah sore banget!"

"Rumah sakit."

"Udah Abang cari di sekeliling rumah sakit tapi kamu gak ada!"

"Di daerah Rust abang..."

"Ya ampun Netha, ngapain kamu kesana?!"

Netha tak menjawab. Percuma kalau ia jelaskan saat itu juga, mungkin pulsa abangnya langsung habis.

"Abang jemput kamu sekarang. Pokoknya kamu harus jelasin ke Abang pas nanti Abang sampai."

"Hm."

Sekitar 7 jam menunggu sendirian, akhirnya Fikri datang dengan tergopoh-gopoh. Nafasnya menderu sambil memeluk adiknya yang kemudian menangis lagi. Netha menceritakan semuanya sampai baju Fikri basah karena air mata adiknya itu.

Setelah jelas semuanya, mereka berdua akhirnya pulang. Walaupun berat meninggalkan Daniel yang masih terbaring lemah disana, juga berat meninggalkan semua yang baru saja dimulai.

Kini, Netha bukan siapa-siapa Daniel.

Dan ia harus ingat itu selamanya.

N a t h a n n e t h a

Hulla!

Pagi pagi udah dibikin baper aja ya sama gue:( jahat emg anaknya mwehehee.

Ohya mau nanya gengs, sejauh ini gimana menurut kalian progress cerita Nathannetha? Semakin baik atau malah turun? Jangan lupa komen yaaakkss

Ohya selamat liburan gengs gengs ku sekalian!

See ya ASAP!

Continue Reading

You'll Also Like

5M 921K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
26.9M 3M 67
Dijodohin sama ketua geng motor ?! *** ⚠️JADILAH PEMBACA YANG BIJAK, VISUAL DISINI HANYA UNTUK MENGHIDUPKAN TOKOH, JANGAN SANGKUT PAUTKAN SAMA KEHIDU...
30.8M 1.8M 67
DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https://www.vidio.com/watch/7553656-ep-01-namaku-rea *** Rea men...
2.1M 331K 67
Angel's Secret S2⚠️ [cepat, masih lengkap bro] "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Ang...