LOVE YOU, PRILLY ( COMPLETED )

By AyaStoria

189K 13.4K 501

Cerita ini saya private acak. Adegan dewasa dan part 20-ending! Perpisahan kedua orang tuanya membuat seorang... More

⏩ Satu
⏩ Dua
⏩ Tiga
⏩ Empat
⏩ Lima
⏩ Enam
⏩ Tujuh
⏩ Delapan
⏩ Sembilan
⏩ Sepuluh
promo
⏩ Sebelas
⏩ Duabelas
⏩ Tigabelas
⏩ Empatbelas
⏩ Limabelas
⏩ Tujuhbelas
⏩ Delapanbelas
⏩ Sembilanbelas
INFO
⏩ Duapuluh Empat

⏩ Enambelas

8.1K 635 54
By AyaStoria

WARNING 18+

⏩⏩⏩

Sepertinya Ali benar-benar kalap. Tangisan pilu Prilly sama sekali tak ia hiraukan.

"Gue akan bikin lo jadi milik gue Kak. Selamanya!" Ucap Ali dingin dan dengan kekuatannya ia dengan mudah merobek gaun sutra milik Prilly.

Prilly menjerit dan berusaha mempertahankan benda yang membalut tubuhnya.

"Jangan Li. Gue mohon!!" Pinta Prilly. Dengan sekali hentakan gaun itu lepas dari tubuh Prilly. Ali melemparkannya ke sembarang tempat.

Prilly terlihat meringkuk sambil menutupi dadanya yang hampir polos. Tanpa menunggu waktu lama Ali melucuti pakaiannya sendiri dan menyisakan sebuah boxer biru.

Prilly memundurkan tubuhnya perlahan hingga punggungnya membentur kepala tempat tidur. Kedua tangannya menyilang di depan dadanya.

"Stop Li. Jangan lakuin ini. Kalo lo emang cinta sama gue,,,harusnya lo bisa jaga gue. Bukannya malah ngerusak gue!!"

"Jangan harap kali ini gue terpengaruh sama kata-kata lo. Lo udah bikin keputusan yang salah Kak. Dan lo bakalan menanggung akibatnya. Gue gak akan pernah ngelepasin apa yang seharusnya menjadi milik gue!"

Ali langsung menarik kaki Prilly hingga tubuh Prilly terseret dan terlentang tak berdaya. Prilly terus menangis dan meminta Ali menghentikan semua ini.

Tapi Ali semakin beringas. Dengan usaha yang keras akhirnya ia berhasil melepaskan benda segitiga yang menutupi tubuh bagian bawah Prilly. Prilly kembali meronta saat Ali ingin memasukinya.

Tanpa sadar tangan Prilly menampar salah satu pipi mulus Ali. Seketika Ali menghentikan aktititasnya. Ia menatap garang ke arah Prilly. Prilly kira tamparannya membuahkan hasil dan membuat Ali melepaskannya tapi perkiraannya salah.

Dengan cepat Ali malah membalik tubuh Prilly dan langsung mencekal kedua tangan Prilly. Menguncinya di balik punggung mulus Prilly.

Nafas Ali naik turun seiring emosi dan gairahnya yang tiba-tiba memuncak melihat punggung polos Prilly yang putih tanpa cacat sedikitpun.

Dan dengan sekali hentakan saja, Ali berhasil menembus pertahanan Prilly. Seketika cairan merah itu keluar dan mengalir di sela-sela paha mulus Prilly.

"AAAAAARGGHH...Hentikan Ali. Sakiiiit!" Rintih Prilly. Ia merasakan sakit yang teramat sangat di bagian kewanitaannya dan terlebih lagi sakit dalam hatinya.

Gue akan bikin lo hamil anak gue. Ini janji gue. Agar lo gak bisa lari dari gue! Gumam Ali dalam hati sambil meneruskan aktifitasnya.

Prilly akhirnya hanya bisa pasrah menerima perlakuan Ali. Tangis dan teriakannya sama sekali tak di dengar oleh Ali.

⏩⏩⏩

Badan Prilly terasa remuk redam. Sampai tengah malam ini ia tidak bisa memejamkan matanya. Airmatanya terus mengalir.

Sementara Ali setelah melakukan hal gila itu langsung pergi begitu saja tanpa Prilly ketahui kemana tujuannya.

Prilly menatap nanar ke arah sprei yang terkena bercak darah virginnya. Ia susah kehilangan benda yang sangat berharga dalam hidupnya.

Di tempat lain Ali tampak memukul setir kemudinya beberapa kali. Ali memilih berdiam diri di dalam mobilnya. Ia merauk wajahnya dengan kasar dan sesekali menjambak rambutnya.

"Maafin gue Kak!!" Ucapnya lemah. Tubuhnya sedikit tersentak saat ia mendengar deringan suara telpon dari hp Prilly.

Kening Ali mengernyit membaca nama penelpon itu.

Dad calling...

"Ya halo Pa!" Sapa Ali.

"Loh Prilly mana Li? Kok kamu yang angkat?"

"Mm. Prilly tidur Pa. Kami di apartemen!"

"Oooh syukurlah. Papa kira Prilly kenapa. Oh iya kalau bisa ajak kakakmu pulang. Papa mau ngomongin soal pertunangan Prilly sama Arkan!"

"Iya Pa!" Sahut Ali lemas.

Setelah itu suara Rizal sudah tak terdengar. Ali meletakkan hp Prilly du jok sebelahnya. Ia lalu keluar dari mobilnya dan masuk kembali ke apartemennya.

Lorong apartemen tampak sepi. Sekarang sudah jam 1 pagi. Ali perlahan masuk ke dalam apartemennya dan langkahnya langsung menuju kamar utama.

Begitu pintu kamar terbuka, Ali mendapati Prilly terduduk di tengah tempat tidur sambil menekuk kedua lututnya dan memeluknya.

Prilly menatap Ali sebentar lalu kemudian menundukkan kepalanya lagi.

Ali melangkah mendekat ke tempat tidur dan duduk di tepinya. Kehadiran Ali tak membuat Prilly menatap ke arah Ali.

"Maaf!" Ucap Ali lirih. Prilly tak bergeming. Ali sekilas menatap ke arah bercak merah di spreinya. Sedikit ada penyesalan dalam hatinya tapi kalau dia tidak bertindak maka Prilly akan meninggalkannya.

"Maaf. Gue lakuin itu karena--!"

"Sakit hati gue karena Papa belum sembuh. Dan sekarang lo bikin luka baru di hati gue. Coba lo pikir. Kata apa yang pantas buat nyembuhin luka itu!" Sela Prilly.

Matanya menatap ujung jemari kakinya dan buliran bening itu kembali meleleh. Prilly menangis dalam diam.

"Tolong ngertiin gue. Gue bener-bener gak bisa liat lo sama cowok lain. Kenapa lo gak ngerti kalo gue beneran sayang sama lo!"

"Sayang sama gue? Apa cara ini yang lo lakuin kalo lo sayang sama seseorang?". Mata Prilly beralih menatap tajam ke arah bola mata hitam Ali. "Dengan merusak masa depannya? Dengan cara menidurinya?"

Ali menggeleng pelan. "Gue ngelakuin itu karena ada alasannya--!"

"Alasan apapun akan tetap salah kalo cara lo kayak gini. Makasih udah ngasih gue kado terindah dalam hidup gue!"

Prilly lalu beranjak dari tempat tidurnya sambil menyeret selimut dan membalut seluruh tubuhnya. Langkahnya menuju kamar mandi. Tubuhnya menghilang di balik pintu kamar mandi yang tertutup.

Ia kembali menumpahkan tangisnya di depan wastafel. Menatap dirinya dari pantulan cermin di depannya. Jauh di lubuk hatinya, ia masih menyimpan rasa itu untuk Ali. Tapi yang ia sesalkan, kenapa Ali mengambil langkah ini untuk mendapatkan dirinya?

"AAAAKHH!" teriak Prilly dengan tangan menyapu seluruh isi perlengkapan mandi di depannya. Beberapa botol shampoo dan sabun tampak jatuh dan berserakan di lantai.

Tubuh Prilly luruh ke lantai. Ia kembali menangis meraung. Ali yang mendengar keributan itu langsung menyusul Prilly dan masuk ke dalam kamar mandi.

Melihat keadaan Prilly yang mengenaskan membuat hatinya hancur. Dengan langkah cepat ia menghampiri Prilly dan memeluk tubuh mungil itu. Prilly mencoba berontak tapi cengkraman tangan Ali begitu kuat.

"GUE BENCI LO ALI. GUE BENCI LO!!!" Teriak Prilly sambil memukul lengan Ali.

"Maaf. Maaf!!" Hanya itu yang bisa Ali ucapkan. Matanya sedikit basah. Hatinya semakin hancur saat Prilly mengatakan hal itu.

"Gue benci lo Ali...gue bener-bener benci sama lo!!" Suara Prilly terdengar lirih. Tapi isak tangisnya masih terdengar. Ali semakin mempererat pelukannya dan sesekali menciumi pucuk kepala Prilly.

"Gue janji. Apapun yang terjadi. Gue bakalan ada buat lo. Gue yang selalu pertama ada buat lo. Tolong jangan pernah berpikir apa yang gue lakuin itu untuk ngerusak lo. Sama sekali gak. Gue malah takut kehilangan lo. Gue sayang sama lo!"

Prilly memejamkan matanya. Hatinya menghangat mendengar pengakuan Ali. Setidaknya Ali akan bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan terhadapnya.

⏩⏩⏩

Pagi ini Ali terpaksa tidak masuk sekolah. Entah apa penyebabnya, tiba-tiba Prilly demam. Sepanjang malam Prilly terus merintih dan mengigau. Seperti pagi ini.

Ali terbangun dari tidurnya karena mendengar suara rintihan Prilly.

"Ma--ma..!"

Ali menolehkan kepalanya menatap wajah pucat Prilly. Ia sendiri bingung apa yang akan ia lakukan? Apa sebaiknya memanggil Arkan?

Ah tidak.

Ia pasti akan cemburu berat jika melihat Arkan menyentuh Prilly.

"Papa!" Kini Prilly ganti memanggil nama Rizal. Ali tau, sebenarnya Prilly sangat merindukan kasih sayang seorang Ayah. Tapi Prilly terlalu egois untuk mengakuinya.

Di genggamnya tangan mungil Prilly dan di kecupnya lembut.

"Prill bangun. Gue mohon!" Pinta Ali.

Kening Prilly mengkerut dan perlahan ia membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Ali yang tampak cemas. Perlahan senyum Ali merekah melihat Prilly membuka matanya.

"Apanya yang sakit?" Tanya Ali pelan dengan sedikit mendekatkan wajahnya. Prilly tak menyahut tapi tatapan matanya terus menatap wajah Ali. "Maaf!"

Prilly perlahan melepaskan tangannya dari genggaman tangan Ali. Ia berusaha bangun dari tidurnya.

"Badan lo demam. Jangan bangun dulu!" Cegah Ali. Ia akhirnya membantu Prilly untuk bersandar di kepala ranjang. Pandangan mata Prilly tak lepas dari wajah Ali. Perlahan senyumnya mengembang melihat Ali yang begitu perhatian terhadapnya.

"Lo gak sekolah?"

Ali termangu mendengar pertanyaan itu. Prilly mengatakannya seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka sebelumnya. Ia lalu kembali duduk di tepi tempat tidur.

"Lo sakit. Mana mungkin gue tinggalin?"

"Gue gak pa-pa!" Sahut Prilly lirih.

"Gue yang bikin lo sakit. Gue yang akan nemenin lo sampe sembuh!"

Prilly mengangguk kecil kemudian ia menundukkan kepalanya. Ali kembali cemas melihat Prilly yang terdiam.

"Pukul gue Kak. Gue emang pantes dapet itu semua. Atau perlu bunuh gue sekalian--!"

"Setelah apa yang lo lakuin ke gue,,lo masih manggil gue Kak?" Potong Prilly. Tatapan mata mereka beradu. Ali terdiam. "Apa ada seorang adik tega ngelakuin hal itu sama Kakaknya sendiri?"

"Dengan mukul lo atau bunuh lo sekalian apa semuanya bisa kembali seperti semula?"

"Kalo gitu...gue akan tanggung jawab. Gue bakalan ngomong sama Papa!"

"Gak perlu!" Sahut Prilly cepat. "Lo gak perlu lakuin apapun!"

"Trus gue harus relain lo nikah sama orang lain?". Ali menggelengkan kepalanya. "Sekarang juga kita pulang ke rumah. Papa udah nyariin lo dari semalem!"

Mendengar Ali menyebut nama Papa membuat hati Prilly sedikit ngilu. Sebenarnya ia tak ingin pulang ke rumah.

"Papa mau ngomongin soal pertunangan lo sama Arkan!". Setelah mengatakan hal itu Ali langsung masuk ke dalam kamar mandi. Prilly melupakan satu hal tentang keputusannya malam itu. Dan kini ia sudah terjebak dalam satu kondisi.

Apakah ia tega membuat Arkan kecewa padanya? Apa reaksi Arkan nanti setelah tau apa yang di lakukan Ali terhadapnya? Dan apa reaksi orang tuanya nanti?

⏩⏩⏩

Prilly melangkahkan kakinya pelan. Badannya masih sedikit lemas karena demam. Tapi Ali dengan setia menuntun langkah Prilly. Memeluk pinggang Prilly posesif.

"Prilly. Maafin Papa sayang!!" Seru Rizal begitu Ali dan Prilly tiba di ruang tengah. Rizal memeluknya dan mendaratkan kecupan lembut di kening Prilly. "Kamu sakit? Badan kamu panas sayang!"

Prilly perlahan menepis tangan Rizal yang menempel di keningnya. "Aku pusing Pa. Aku mau duduk!"

"Ayo Papa ban--!"

"Aku bisa sendiri!" Potong Prilly. Rizal mengalah dan membiarkan Prilly mengambil duduk di ujung sofa. Sangat jauh darinya.

"Maafin Papa sayang!" Ungkap Rizal lagi.

"Aku akan balik ke apartemen Ali kalau tujuan Papa nyuruh aku kesini cuman buat dengerin kata maaf dari Papa. Karena aku udah gak butuh itu!" Ucap Prilly dingin.

Dian yang duduk di sebelah Rizal tampak diam dan menghela nafas berat. Tak jauh beda dengan Dian. Ali sendiri memilih diam dan pandangan matanya tak lepas dari sosok Prilly.

"Baiklah. Papa akan langsung ke intinya saja!". Rizal terdiam sejenak lalu melanjutkan kata-katanya. "Apa kamu yakin dengan pilihan kamu kemarin malam? Kamu tunangan dengan Arkan?"

Kening Prilly mengernyit sedikit. "Kenapa? Apa Papa keberatan?" Tanya Prilly balik.

Rizal tersenyum bahagia mendengarnya. "Tentu tidak sayang. Papa senang sekali dengan keputusan kamu. Papa merestui hubungan kalian!"

Prilly lalu melirik sebentar ke arah Ali. Ali tampak menahan amarahnya. Tangannya mengepal rapat.

"Baiklah. Papa akan mengatur semuanya. Sesuai rencana kalian. Seminggu lagi kalian akan menikah. Papa sangat bahagia mendengarnya. Itu adalah kado terindah buat Papa sayang!"

"Mama juga bahagia mendengarnya. Arkan laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Mama yakin dia tidak akan mengecewakan kamu sayang!" Timpal Dian.

"Makasih. Papa gak perlu repot-repot ngurusin pernikahan aku. Aku bisa urus semuanya sendiri!" Sahut Prilly dengan nada dingin.

Rizal menghela nafas berat dan menatap sendu ke arah Prilly. "Baiklah sayang. Papa akan turuti kemauan kamu!"

Rizal dan Dian saling berpandangan dan melempar senyum. Tiba-tiba Ali berdiri dari kursinya.

"Aku gak setuju!" Ucapnya lantang. Rizal dan Dian langsung menolehkan kepalanya menatap Ali.

"Maksud kamu apa Ali?" Tanya Dian.

"Aku gak setuju Prilly nikah sama Arkan!" Sahut Ali. Ia lalu menatap Prilly yang duduk tak jauh darinya. "Karena aku yang akan menikahi Prilly!"

⏩⏩⏩

Continue Reading

You'll Also Like

3.5K 434 27
YG PENASARAN LANGSUNG BACA AJA YA GAIS😉 DI HARAP FOLLOW AKUN SEBELUM MEMBACA,TAKUT NYA ADA KESALAHAN DALAM BEBERAPA PART🙏 🚫DILARANG PLAGIAT 🚫DI L...
17.3K 1.9K 20
!On going! Ayo baca!! Kisah seorang wanita penggemar berat sebuah manhwa masuk ke dalam manhwa tersebut. Namun saat masuk ke dalam manhwa kesukaanny...
15.5K 1.6K 23
baca langsung lebih seru 🙏
195K 2.4K 16
Diterbitkan oleh Batik Publisher Pindah ke dreame Side story After The Love has Gone Perjodohan yang tiba-tiba membuat Aisyah hanya bisa pasrah pada...