NATHANNETHA

By elateivea

727K 2.3K 35

Semuanya berawal dari keretakan hubungan orang tua Netha, kepindahan sekolahnya sampai kejadian itu terjadi... More

INFORMASI PENTING!
Prolog - Kilas Balik Masa Lalu
BAB 1 - Pertemuan Pertama
BAB 2 - Luka Lama
BAB 3 - Manipulasi Rasa
BAB 4 - Mereka Yang Berwarna
BAB 6 - Masa Lalu Kembali Lagi
BAB 7 - Kejutan
BAB 8 - Hari Penuh Sendu
BAB 9 - Penjelasan
BAB 10 - Would You Be My Girlfriend?
BAB 11 - Kehancuran
BAB 12 - Semuanya Berubah
BAB 13 - Hey Carissa!
BAB 14 - Rahasia dan Tragedi
BAB 15 - Bertemu Keduanya
BAB 16 - Seperti Waktu Itu
BAB 17 - Yang Dinanti
Epilog - Raffly dan Della
Cerita Baru ✨

BAB 5 - Mengukirnya Bersama

2.2K 96 0
By elateivea

"Hati-hati ya Netha!" ucap Fikri saat Netha turun dari mobil. Netha hanya membalasnya dengan lambaian tangan lalu masuk ke dalam sekolah.

"Eh Netha!" sapa Nathan saat Netha mencapai koridor utama.

Netha tersenyum, "Hai Nath!"

Mereka berjalan beriringan, suasana lengang sampai Nathan berbicara lagi, "Kemarin maafin ya Neth, Mama malu-maluin gitu di depan kamu."

Netha hanya tertawa sampai ia menyadari satu hal—Nathan menyebutnya dengan sebutan kamu? Gak salah?

"Kamu Nath?" Netha terkekeh.

Nathan sejenak berfikir, "Em, maksud gue elo, hahaha." ucapnya sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Nathan salah tingkah? pikir Netha.

"Maafin ya?" ucap Nathan sambil menggaruk tengkuk lagi.

"Gue bahkan gak mikirin itu lagi." jawab Netha.

"Baguslah," ucap Nathan, "Em, pulang sekolah mau jalan nggak, Neth?" ucapnya lagi.

"Kemana?" tanya Netha.

"Gimana kalo ke taman kota?" mata Nathan penuh harap. Netha menimbang-nimbang ajakan Nathan tersebut.

"Lo ada acara ya Neth? Atau gak mau? Nggak apa-apa kok, lain waktu juga boleh." Nathan tersenyum. Senyum macam apa itu? Palsu!

"Gue bisa kok. Tapi gue telpon kakak gue dulu." Ucap Netha.

Nathan menghembuskan nafas lega, "Nanti gue yang telpon kakak lo aja ya, tapi lo mau kan?"

Netha mengangguk.

"Yes! Makasih Netha!" Nathan memeluk Netha erat.

Tentu Netha kaget, ini pelukan pertama Nathan padanya kan?

N a t h a n n e t h a

Jam pulang sekolah berbunyi di seantero sekolah. Nathan memasukkan bukunya cepat, ini waktu yang sudah ia tunggu sejak pagi. Kaki nya melangkah mantap menuju bangku Netha. Tapi perempuan itu berbanding terbalik, ia malah keliatan malas sekali.

"Ayo Neth, keburu si Rina dateng ngerusuhin." ajak Nathan.

Netha mengekor di belakang Nathan sambil mengernyit, "Rina itu siapa, Nath?"

"Oh iya, maksudnya Alle. Ribet banget sih tuh orang ganti-ganti nama segala!" dumel Nathan.

"Sejak kapan dia ganti nama? Bukannya dari awal memang Alle?" tanya Netha, Nathan langsung diam.

"Lupain aja, Neth." katanya.

Mereka akhirnya tiba di parkiran, Nathan langsung membukakan pintu penumpang untuk Netha, "Silahkan masuk Tuan Putri." ucapnya.

Netha terkekeh, Tuan Putri? Apakah selamanya?

Nathan bergegas masuk lewat pintu kemudi dan menyalakan tape di mobilnya itu.

Suara penyiar radio sudah terdengar, katanya mereka lagi memutarkan twenty count down, Netha mendengarkan penyiar itu serius.

"Nah di posisi 10 ada lagu yang cocok banget nih untuk kawula muda yang lagi kasmaran." ucap si penyiar, entah mengapa Nathan dan Netha merasa tersindir, memang mereka lagi kasmaran?

"Langsung aja yuk, di posisi 10 yaitu... Charlie Puth dengan single nya yang berjudul One Call Away!" tanpa Nathan sadari, mata Netha berbinar senang di sebelahnya.

Intro musik sudah mengalun dengan indahnya, jari Netha sudah mengetuk pelan pada rok. Tanpa Netha sadari Nathan pun mulai mengetukkan jarinya pada stir kemudi.

"I'm only one call away," senandung mereka bersamaan. Keduanya saling tatap, "Bisa bareng gini, Nath?" kekeh Netha.

"Superman got nothing on me, i'm only one call away." lanjut Nathan. "Ini lagu kesukaan gue, Neth." ucapnya.

"Eh ini lagu kesukaan gue juga." ucap Netha semangat.

Entah sudah berapa kesamaan yang melekat pada diri mereka sekarang.

"Jodoh kali." Nathan nyeletuk.

Netha melotot kaget, "Aneh-aneh aja!" lalu mereka tertawa sambil melanjutkan menyanyi. Sesekali Nathan pun menengok ke arah Netha seperti sedang merayu nya.

"Im only one call away." tutup Nathan mengakhiri lagu bertepatan dengan mobilnya yang menepi di lapangan parkir taman kota.

Netha masih terjebak dalam suasana lagu sampai ia tak menyadari bahwa Nathan sudah membukakan pintu untuknya.

"Ngelamun aja, mikirin gue ya?" ucap Nathan.

Nathan ini kalo ngomong suka bener ya—eh?

N a t h a n n e t h a

Angin sepoi-sepoi langsung menerpa tubuh Nathan dan Netha saat mereka berjalan di Taman Kota. Sejak turun dari mobil mereka sama sekali belum bicara. Tangan Nathan kini menggenggam tangan Netha. Seperti seorang Raja yang tidak ingin kehilangan Ratu nya, itulah yang Nathan pikirkan saat ini. Dan seperti Ratu yang akan selalu mendampingi Raja nya, itulah yang Netha pikirkan saat ini.

Aduh mereka ini ngayal saja kerjaannya.

"Bagus gak Neth?" tanya Nathan saat mereka sampai di bagian selatan Taman. Ada beberapa mural hasil karya seniman kota yang sedang dipamerkan disana.

"Bagus, Nath! Gue salut, di kota ini senimannya di perhatikan pemerintah, di sediakan ruang buat berkarya, beda sama di kota gue dulu." jawab Netha. Nathan tersenyum dan memotret Netha yang lagi terpesona.

Netha yang sadar langsung protes, dan minta difoto ulang, kali ini background nya adalah mural yang paling Netha suka. Setelah itu mereka lanjut foto berdua di mural yang berbeda, tertawa saat ternyata muka salah satu diantara mereka lagi jelek, dan sebagainya.

Nathan dan Netha lanjut pergi ke bagian barat taman. Disana ada berbagai permainan, dimulai dari arena skateboard, arena panjat tebing dan beberapa mainan sederhana seperti perosotan, ular tangga raksasa, ayunan dan lain-lain. Mereka menjumpai beberapa anak kecil yang lucu dan menggemaskan. Nathan dan Netha ikut bermain bersama anak kecil itu. Terutama Nathan yang paling semangat, karena dia sangat suka anak kecil.

Duh, future husband banget, gumam Netha.

"Hah? Lo ngomong apa tadi?" ucap Nathan sambil bermain.

Netha langsung kelabakan, gimana bisa gumamannya itu terdengar?

"Em... Itu... Lo kok bisa nemuin tempat sekeren ini?" ucapnya asal.

"Oh iya dong, Nathan gitu!" jawab Nathan bangga.

"Cari di Google ya? Hahaha." Netha tertawa puas.

Nathan menjitak Netha, "Enak aja!"

Setelah puas bermain, mereka lanjut berjalan ke arah utara Taman. Disana ada es krim yang sangat enak kata Nathan. Netha pun segera mencari bangku taman yang kosong dan Nathan membeli es krim tersebut.

Menunggu lima menit akhirnya Nathan datang membawa dua cone es krim, "Nih es krim nya." ucap Nathan sambil mengoleskan es krim milik Netha ke pipi perempuan itu.

"IH NATHAN!" Netha langsung protes. Nathan tertawa puas dan mengabadikan muka muka sebel Netha di polaroidnya.

Netha memakan es krimnya sembari kesal. Pipinya menggembung cemberut, keningnya berkerut, matanya sinis, makannya juga terburu-buru. Sampai akhirnya Nathan maju beberapa centi, menghapus jarak. Netha yang lagi marah jadi salah tingkah, napasnya berderu cepat, pipinya memanas, jantungnya berdetak cepat.

Nathan tersenyum, "Udah gede makan eskrim masih belepotan ck ck ck..."

Netha jengkel, bagaimana Nathan bisa merusak momen seperti itu, kini kesal nya tergantikan oleh rasa malu. Bagaimana bisa Netha berfikir seperti itu sih?

Nathan nyatanya tak peduli pipi Netha seperti kepiting rebus sekarang, ia melanjutkan berjalan ke arah timur taman, membiarkan Netha mengekor di belakangnya. Perempuan itu menghabiskan eskrim nya cepat-cepat dan segera mengelap mulutnya dengan tisu, takut-takut hal seperti tadi terulang kembali dan berjalan bersisian dengan Nathan setelahnya.

Udara sore di kota ini ternyata sangat dingin, angin kencangnya bisa membuat orang yang tak kuat imun akan masuk angin. Netha merapatkan hoodie nya lagi. Nathan yang menyadari Netha mulai kedinginan langsung merangkulnya. Rangkulan Nathan kali itu sangat erat, sampai Netha bisa merasakan sendiri hangatnya. Rangkulan itu terus bertengger di pundak Netha hingga mereka tiba di parkiran. Pukul 5 sore di kota ini sudah cukup membuat warganya ingin bergelung saja di selimutnya masing-masing. Termasuk Nathan dan Netha, sebelum mereka menjadi es mereka harus pulang kerumah.

N a t h a n n e t h a

Nathan lebih dari cukup untuk senang hari ini. First date nya dengan Netha—eh first date? Ini hanya jalan jalan biasa kan—akhirnya berjalan lancar tanpa gangguan Alle. Netha dan dirinya pun selamat sampai di rumah. Kalau diingat-ingat Netha adalah perempuan yang suka sekali dengan anak-anak, future wife nya Nathan banget. Dan kalau terus diingat-ingat Nathan tidak akan masuk rumah hingga malam.

"Assalamualaikum." ucap Nathan.

"Wah ini nih anaknya baru datang, Tan. Sekolah bikin kebijakan tega banget ya, masa pulang sekolah jadi jam enam! Ck ck ck... darimana aja lo Nath?! Ninggalin gue lagi! Tega lo ya!" cerocos Alle saat Nathan menaruh sepatunya di rak.

"Bukannya jawab salam malah nyerocos gitu ya, Astagfirullahaladzim..." ucap Nathan sambil senyum senyum sendiri. Entahlah suasana hatinya sangat baik hari ini.

"Oke Waalaikumsalam Nathan yang tiba tiba jadi gila karena senyum senyum sendiri!" ledek Alle.

"Apaan sih minggir deh minggir." Ucap Nathan sembari bergegas ke kamarnya.

"TANTE! ANAKNYA SENYUM-SENYUM SENDIRI IH TAKUTTT!" Alle tertawa.

Rena yang sedang meminum teh nya ikut-ikutan meledek Nathan, "Lagi kasmaran dia, Le. Senyum-senyum sendiri gitu pasti abis kencan sama Netha! Hahaha." ucapnya. Nathan semakin melebarkan senyum di kamar.

N a t h a n n e t h a

Pagi yang cerah membangunkan Netha dari bayang-bayang Nathan soal kemarin. Sejak kemarin sore, Netha jadi lebih ceria. Nafsu makannya bertambah, energi nya menggebu dan hal lain yang tidak dirasakan oleh Netha yang biasanya.

"Netha buruan bangun, nanti telat sekolahnya!" ucap Fikri langsung masuk ke kamar adiknya itu. Tuh kan tumben juga Netha tidak mengunci pintu.

"Udah bangun daritadi abanggg..." jawab Netha.

"Terus kenapa gak langsung mandi?" tanya Fikri.

"Masih baper bang—ups!" Netha langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Ia pun merutuki dirinya sendiri. Kenapa keceplosan sih? gumamnya.

"Wah karena Nathan ya? Cie cie! Tuh Nathan nya udah nungguin di bawah." ledek abangnya.

"Boong aja!" tuduhnya langsung. Paling alibinya biar gue cepet mandi, pikir Netha.

"Liat aja di bawah sana kalo gak percaya." Netha langsung melesat ke bawah saat abangnya terkekeh. Ah Netha polos banget sih!

Tak lama kemudian Netha balik lagi dengan muka betenya, "Boong lo bang! Dosa tau!"

Abangnya hanya tertawa, sejurus kemudian Netha langsung melangkah ke kamar mandi dengan malas.

Setelah sepuluh menit akhirnya Netha siap dengan seragam dan polesan tipis di wajahnya. Terlihat natural dan begitu manis. Netha langsung bergabung di meja makan, bersama Mama dan Fikri.

"Non, ada temen nya Non Netha katanya mau berangkat bareng." ucap bibi.

"Siapa, Bi?" tanya Netha.

"Ituloh Non, siopo yo? Cowo non pokoknya." Katanya dengan dialek Jawa yang kental.

"Nathan kali Neth?" ucap Fikri pada Netha.

"Nah, iyo namanya Nathan." ucap Bibinya membenarkan.

Netha langsung bergegas mengecek keluar, takut-takut dibohongi lagi. Tapi saat di ruang tamu ia melihat sendiri tampannya Nathan di pagi hari, tapi tunggu mukanya kenapa kayak lagi banyak pikiran banget ya?

"Hai Neth!" sapa Nathan, "berangkat bareng yuk?" tambahnya.

Netha tau dibalik sapaannya yang manis tersimpan begitu banyak rahasia, tapi sudahlah lupakan prasangka buruk di pagi hari, itu tidak baik.

"Hng a...ayo hehehe, tapi gue ambil tas dulu ya?" ucap Netha. Nathan pun mengangguk.

Netha pun langsung mengambil tas dan berpamitan. Selama perjalanan tak ada yang istimewa, Nathan lebih banyak diam dan Netha pun berusaha mengerti Nathan.

Kejadian tak terduga malah terjadi di sekolah. Saat Nathan dan Netha melewati koridor utama semua pasang mata menatap mereka berdua dengan tatapan sinis atau yang paling buruk yaitu seperti ingin membunuh Netha disaat itu juga.

Ah biasa fans, pikir Nathan.

Nathan yang menyadari Netha mulai risih bertanya, "Lo kenapa, Neth?"

Netha hanya menggeleng. Mentang-mentang ganteng jadi gak peka ew, pikir Netha.

"Oh ya ya ya, ngerti gue sekarang." Nathan kini merangkul Netha, tatapan masa semakin sinis saja.

"Lepasin, Nath..." rengek Netha.

"Santai Neth." Ucap Nathan enteng.

Nathan merangkul Netha sampai kelas dan dihadiahi godaan dan beberapa siulan dari teman-teman sekelas.

"Ciye resmi!!! Pajak jadian kali!!!" ledek Deden, teman sebangku Nathan.

Saat Netha sampai di bangku nya Alle langsung bermuka hakim—maksudnya berwajah serius kayak mau mengadili terpidana.

"Jadian, Neth?" tanya Alle.

"Iya dong! Gak jones lagi wle!" jawab Nathan.

"Ye orang nanya ke siapa yang jawab siapa!" ucap Alle sewot.

"Ya kan mewakili Netha, siapa tau dia masih malu untuk mengakui." ucap Nathan.

Alle menatap Nathan jijik, "MIMPI LO!" Netha hanya tertawa saja.

"Beneran gak sih Neth?" tanya Alle lagi.

"Enggak kok, Le." jawab Netha manis.

"WOH BOONG AJA KAN LO NATH!" ledek Alle yang dihadiahi tawa seluruh warga kelas.

"Ya memang sekarang belom, tapi coming soon lah pokoknya!" ucap Nathan pasti.

Semoga cepat terealisasikan.

N a t h a n n e t h a

Wohooo! Bahkan setelah dua kali nulis pun gue masih baper sama part ini x_x

Kalo kalian bagaimana?

Continue Reading

You'll Also Like

13.8M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
9.8M 886K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...
96.9K 18.5K 52
🍁Teen Lit - Fantasy - Minor Romance🍁 [ Pemenang Wattys 2021 - Fantasy ] Sebagai anak terlantar, aku cukup optimis. Aku tidak tau kenapa, tapi aku s...
753K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...