That Man and That Woman

By Skylineblue7

119K 3.6K 252

Aleisha Yashira (Alea), 26 tahun. Wanita asal Indonesia dan bekerja di perusahaan terbesar di New York. Setel... More

PROLOG
PART 1
PART 2 (FIXED PART)
PART 3 (FIXED PART)
PART 4 (FIXED PART)
PART 6
That Man and That Woman thougts
Jose and Fei
Their thoughts
PART 7
PART 8
All Doodle Characters ^^
Part 9
PART 10
PART 11: MEMORY OF THE PAST
PART 12: I WILL CHOOSE TO STAY AWAY FROM THAT WOMAN IF I BECOME YOU
Part 13: "UH... I ACCIDENTALLY KNOCKED HIM DOWN. WHAT SHOULD I DO?"
PART 14: "DO YOU REMEMBER ME?"
PART 15: THE DRUG

PART 5 (FIXED PART)

6.3K 221 11
By Skylineblue7

Bunyi alas sepatu berdetak dilantai marmer berwarna hitam abu-abu dan langkah kaki yang panjang itu semakin mendekati ruangan yang besar dilantai teratas gedung perusahaan GChance. Langkah kaki Riley yang berdetak dengan nyaring menyapu perhatian dua pegawai wanita yang saling duduk berseberangan.

Mata mereka tertuju ke bos baru mereka yang dengan mantap melangkah melalui mereka berdua dan membuka pintu kaca buram yang membatasi ruang kerja pribadi si bos dengan dua pegawai wanita yang merupakan dua sekretaris utama sebelumnya.

Tidak jauh dibelakang Riley, dua orang bodyguard berbaju serba hitam dengan wajah yang kaku namun terkesan kuat dan terpercaya mengikutinya perlahan dari belakang. Salah satunya memiliki luka bekas goresan benda tajam yang melintang di pipi kirinya telah mengambil posisi berdiri didepan pintu kaca buram ketika Riley memasuki ruang kerja pribadinya. Sementara salah seorang bodyguard yang terkesan cerdas dan menggunakan kacamata oval mengikuti Riley kedalam ruangan.

Hal pertama yang dilakukan Riley didalam ruang barunya adalah meneliti keadaan sekitar. Begitu masuk kedalam, mata Riley dipaparkan dengan pemandangan langit biru dan penampakan beberapa gedung tinggi dibalik jendela kaca besar yang melintang memanjang dari ujung ke ujung. Meja kerjanya berada persis ditengah ruangan dan memiliki peralatan yang lengkap untuk berkerja. Sebelumnya diatas meja itu terdapat komputer yang tersambung langsung dengan keyboard. Pemilik sebelumnya adalah orang tua paruh baya yang menyukai barang-barang lama. Tidak heran jika orang tua itu masih memakai komputer model lama di ruang kerjanya.

Riley berjalan mendekati meja kerjanya yang berbentuk trapesium terbalik yang melengkung dan berwarna coklat kayu pekat yang mengkilat. Dibalik meja kayu jati itu terdapat satu meja panjang disebelah kanannya untuk meletakkan komputer iMac 2015 yang baru saja dibelinya untuk menggantikan komputer model lama pemilik sebelumnya. Diatas meja hanya terdapat tempat pensil yang berbentuk gelas dan telepon tanpa kabel berwarna hitam pribadi beserta lampu meja Lumiy Lightblade 1500s berwarna hitam. Lampu meja LED itu adalah hadiah dari sahabatnya Shin yang juga seorang pembisnis di Jepang.

Kawasan Asia adalah daerah kekuasaan Shin yang dari masa mereka kecil adalah sahabatnya beserta Raphael. Pria berdarahJepang dan Korea itu hampir memiliki sifat yang sama dengan Riley. Serius dan Tegas, namun satu hal yang kurang dari Riley namun dimiliki oleh Shin adalah sikap yang ekspresif.

Orang Asia selalu dikaitkan dengan watak yang serius dan tertutup, namun Shin adalah kebalikan dari doktrin yang selalu dimiliki setiap orang. Pria yang merupakan lulusan Harvard itu merupakan pria yang sangat humoris diwaktu yang tepat dan juga serius waktu dibutuhkan. Ia bisa mengatur emosinya sesuai dengan keadaan lingkungan ia berada, sama seperti Raphael. Namun, jika Raphael terkesan playboy dengan wajah khas Pria berdarah Italia dan Spanyol, maka Shin adalah versi yang membuat orang tenang dan nyaman dalam sekali pandang.

Tidak berlama-lama ia memandangi lampu LED itu, ia kembali menyapukan pandangannya kembali keruangan kerjanya dan menemukan sofa berwarna indigo gelap di sebelah kirinya, sementara dibagian kanannya dipenuhi dengan meja tempat buah dan TV besar didindingnya.

Ruangan itu bisa dikatakan seperti luas setengah apartemen yang dimilikinya. Meskipun begitu, ia menemukan ruang kerjanya bisa menjadi sumber kenyamanan jika ia merasa suntuk di apartemen. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya untuk berkerja, berkerja, dan berkerja. Jika saja bodyguardnya tidak mengatur jadwalnya, maka bisa dipastikan ia akan selalu berkerja full 24 jam.

Riley kemudian berpindah kebelakang mejanya dan menduduki kursi kulit hitam yang nyaman. Ia kemudian menuruh bodyguardnya yang berkacamata untuk memanggil kedua sekretaris perempuan yang berada didepan untuk masuk kedalam ruangannya.

Ia perlu mengenal muka-muka semua pegawai di kantornya. Ia perlu memastikan siapa saja orang-orang yang bisa ia percaya dan memiliki kemungkinan besar dalam menghancurkan perusahaan GChance yang menjadi miliknya seminggu yang lalu.

Namun, hanya ada satu alasan mengapa ia memilih perusahaan GChance sebagai base tempat dia berkerja. Ia perlu pancingan yang kuat dan kokoh, kemudian mencari umpan untuk mengait ikan besar di perusahaan yang sekarang menjadi miliknya.

Kedua sekretaris perempuan yang dipanggilnya muncul dengan tatapan yang lapar akan dirinya. Riley sama sekali tidak memiliki waktu untuk kedua perempuan itu. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk meraih apa yang ia inginkan dan urusan perempuan adalah hal yang belakangan baginya.

Ia tidak memperdulikan sama sekali make up tebal yang kembali kedua perempuan itu kenakan dan perfum mahal yang mereka semprot banyak disekujur tubuh mereka.

Ia punya satu misi.

Satu tujuan.

Dan Kedudukannya sekarang merupakan alat pancingan yang tepat untuk menggait ikan besar yang ia inginkan.

Hanya satu hal yang kurang dari tujuannya.

Umpan. Ia akan membutuhkan umpan untuk menggait ikan besar itu.

Namun, dimana kiranya dia bisa menemukan umpan yang diminati oleh ikan besar di perusahaannya?

*

*

*

Para manajer setiap departeman dikumpulkan didalam ruang rapat utama dan masing-masing menduduki kursi kulit yang melingkari meja oval panjang dari kayu jati. Pertemuan dadakan itu tentu saja bertujuan untuk perkenalan dengan masing-masing penanggung jawab setiap departemen. Riley memasuki ruang rapat utama dan mulai membuka topik awal mengenai dirinya secara singkat dan misinya untuk membuat perusahaan GChance berkembang lebih baik lagi.

Beberapa manajer dari setiap departemen mengangguk setuju dengan saran-saran yang diberikan oleh Riley. Bos baru mereka tidak hanya memiliki pemikiran yang cerdas dan jauh, namun juga pintar mencari resiko-resiko yang kemungkinan bisa muncul kedepannya.

Dalam satu kalimat Riley bisa mengambil hati dan perhatian para bawahannya dan membuat mereka ingin mengikuti semua perkataan Riley. Para perempuan terpesona dengan bentuk fisik Kaisar berhati es, sementara para pria terpesona dengan kecerdasan dan kata-kata Riley yang menyakinkan.

Diakhir rapat Riley akan mengunjungi masing-masing departemen untuk melihat hasil kerja dari pegawainya. Pekerjaan yang melelahkan dikarenakan Perusahaan GChance memiliki ratusan pegawai yang mengisi empat bidang utama, Departemen Manajemen, Departemen Teknologi Informasi, Departemen Properti Infrastruktur dan Departemen Hubungan Kerja dan Pemberdayaan Manusia. Keempat Departemen itu pun terbagi lagi menjadi beberapa bagian bidang yang memiliki tanggung jawab masing-masing menyangkut kemajuan perusahaan GChance.

Riley telah bertatap muka dengan para supervisor, manajer dan sekretaris umum dari empat departemen. Setelah pertemuan itu selesai, Riley dengan para supervisor dari empat departemen mulai mengantarnya berkeliling dari satu departemen ke departemen lainnya. Tidak ada yang tidak ada yang mengedipkan matanya ketika Riley mengunjungi Departemen Manajemen. Departemen dengan bidang yang paling banyak yaitu tujuh bidang rata-rata separuhnya dihuni oleh perempuan. Departemen Manajemen merupakan salah satu pilar penting bagi perusahaan karena dengan adanya mereka, maka keuangan atau ekonomi perusahaan bisa terlaksana dengan baik dan tugas mereka juga mengontrol dan membuat perencanaan keuangan bagi perusahaan.

Kunjungan kedua Riley adalah Departemen Properti Infrastruktur. Departemen ini memiliki banyak pegawai pria dibanding pegawai wanita, namun kinerja mereka juga tidak bisa dianggap sepele karena dengan adanya mereka dibidang tersebut perencanaan kerja sama mengenai properti bangunan dan hubungan kemitraan antara satu perusahaan dengan perusahaan khusus pembangunan menjadi lancar dan terlaksana dengan baik.

Ketiga adalah Departeman Teknologi Komunikasi dan Informasi. Bisa dikatakan departemen ini merrupakan jantung perusahaan dikarenakan banyaknya data klien dan data pegawai yang disimpan oleh mereka, Bahkan penghuni departemen ini yang mendominasi adalah kaum pria yang notabene merupakan lulusan terbaik dengan tingkat kecerdasan yang tidak bisa diragukan lagi.

Terakhir adalah Departemen Hubungan Kerja dan Pemberdayaan Manusia. Ini adalah depertemen yang juga mengurus hubungan internasional antara konsumen dari negara lain dan mengurusi penyelenggaraan acara baik dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Yang masuk kedalam departemen ini juga merupakan lulusan terbaik dengan kemampuan beberapa individual dalam menguasai bahasa asing disertai dengan public speaking yang terasah dalam mengunggulkan potensi perusahaan GChance. Disinilah Riley sempat menghentikan langkah kakinya dan memperhatikan seorang perempuan yang sedang menundukkan kepalanya dibalik layar laptop.

Alea masih berkonsentrasi dengan tumpukan pekerjaannya ketika ia berhasil mengusir Daria kembali kerja. Ia sama sekali tidak memperdulikan suara-suara kecil nan manja didekatnya ketika rekan sekerjanya berdiri dari meja mereka dan memperhatikan Riley memasuki departemen Alea. Ia hanya sempat mengangkat kepalanya keatas dan hanya mendapati ujung kepala manajernya ketika memasuki ruangan. Ia sama sekali tidak terlihat ingin bergerak sedetik pun dari kursinya.

Alea dikenal oleh teman-temannya dengan kelihaian dan kecepatannya dalam mengetik laporan. Terlebih karena ayahnya adalah seorang pengacara namun dikarenakan ayahnya tidak bisa menggunakan alat elektronik seperti komputer atau PC, maka jika ada berkas kasus yang harus diketik maka Alea yang selalu diandalkan ayahnya. Lambat laun Alea yang selalu membantu ayahnya itu semakin memiliki kemajuan dalam hal pengetikan sehingga ia juga semakin menyukainya. Terlepas dari itu Alea termasuk salah satu tipe orang yang memiliki pikiran yang panjang dan mudah menangkap makna pekerjaannya. Ia sangat bangga dengan kemampuannya itu, tapi dengan kebanggan itu saja dia masih bisa dikalahkan oleh Vena dalam hal hubungan.

Argh! Kenapa aku harus memikirkan hal itu sekarang!, gerutunya.

Tanpa sadar Alea menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan kasar. Ia memiliki kebiasaan itu jika pikirannya sedang kacau atau lelah. Riley tidak sengaja menangkap pemandangan Alea menggaruk kepalanya. Ia sempat menukik alisnya tajam dan memandangi Alea, namun ia tidak berlama-lama menatap Alea. Tidak bisa ia pungkiri, ketika memasuki Departemen terakhir mata Riley tidak sengaja menangkap figur Alea yang sedang sibuk dengan tumpukan tugasnya. Ia sendiri tidak tau mengapa ia bisa menangkap figur Alea yang mejanya berada diujung ruangan dekat jendela kaca yang memaparkan pemandangan sibuk kota New York dari bawah dan indahnya langit biru diatas. Ia seperti memiliki dorongan untuk menoleh ke arah kiri ruangan tempat Alea berada. Siluet rambut hitam ikal yang dimodel cepol namun menjadi berantakan karena tangan Alea menggaruk kepalanya dengan gusar menjadi sebuah pemandangan yang segar bagi Riley.

Ok, mungkin ia terlalu berlebihan. Namun Alea terlihat menggairahkan dengan anak-anak rambut ikalnya yang jatuh dan membingkai wajahnya yang bulat dan putih pucat. Bibir pucatnya seperti tidak pernah disentuh oleh siapapun dan apapun. Bibir pucat itu mengingatkannya kepada perempuan mungil yang ia temui beberapa waktu lalu di Fate. Perempuan mungil dengan nyali yang besar.

Perempuan mungil, kulit pucat, rambut ikal, bibir pucat... Tiba-tiba saja Riley teringat nama perempuan yang ia temui di Fate.

Riley sebenarnya telah memegang data nama pegawai di Departemen Hubungan Kerja dan Pemberdayaan Manusia. Tetapi ia belum sempat membaca semua nama karena perhatiannya sudah teralihkan ke arah Alea.

Dengan penasaran, ia membuka data nama pegawai dan memanggil satu-satu nama mereka. Ia tidak melakukan pemanggilan nama di tiga Departemen sebelumnya, sehingga beberapa manajer dan supervisor sempat terheran namun tidak terlalu memusingkan prilaku Riley.

Semua pegawai menjawab panggilan nama Riley dengan "Hadir" seperti halnya dalam mengabsen anak sekolahan. Ketika tiba giliran nama Alea dipanggil, mata Riley membulat dengan semangat tanpa sadar.

Aleisha Yashira.

Tidak terlalu sulit untuk menemukan nama pendek Alea jika orang-orang mau memperhatikan lebih cermat nama panjangnya. Tinggal menghapus kata ish dari Aleisha, maka akan dengan mudah ditemukan nama Alea.

"Aleisha Yashira." Panggil Riley. Tetapi Alea sama sekali tidak menggubris panggilan absen Riley. Ia malah semakin menunduk ke layar laptop.

Semua mata mengarah ke arah Alea karena ia sama sekali tidak menggubris panggilan bos mereka. Riley sama sekali tidak menunjukkan emosi apapun, namun ia hanya menatap puncak kepala Alea dan kacamata kerja yang dipakainya.

Mukanya yang bulat dengan kacamata oval yang meghiasi matanya membuat Alea terkesan dewasa dan sekaligus imut disaat yang bersamaan. Riley memperhatikan dengan jelas bagaimana alis mata Alea ditautkan secara bersamaan seperti sedang berpikir keras. Sesekali ia mengigit bibir bagian bawahnya dan mengeluarkan suara hiss yang menunjukkan tingkat stressnya.

Ian yang berada tepat disamping kubikel Alea berusaha menyenggol kaki Alea agar mau mendongak dikarenakan bos mereka yang sedari tadi hanya diam menatap Alea. Ian menangkap cara Riley menatap Alea adalah cara atasan yang kesal ketika salah seorang bawahannya tidak menggubrisnya.

Setengah berbisik, Ian mulai mengayunkan kaki kirinya ke kaki kanan Alea yang berada dibawah meja. "Alea..."

Sama sekali tidak ada respon, sementara keadaan di Departemen Hubungan Kerja dan Pemberdayaan Manusia masih dilingkupi suasana yang berat karena Alea tidak juga bergeming ketika manajernya menegurnya.

Akhirnya Riley turun tangan dan mengetuk puncak kepala Alea dengan lembut. "Aleisha Yashira."

Alea yang konsentrasinya berantakan dikarenakan puncak kepalanya diketuk pelan, mulai mendongak dan mengomel. "Argh! Jangan ganggu aku!"

Seketika itu juga, suasana horor melingkupi ruangan dan Alea terkejut dengan pemandangan seorang pria yang berbadan besar dan tegap yang berdiri didepan mejanya. Pria itu tidak menunjukkan emosi apapun diwajahnya, namun matanya menunjukkan rasa terkejut atas bentakkan Alea.

Manajer Alea, Erik Hudson, buru-buru menghampiri meja Alea dan meminta maaf didepan Riley. Alea menunjukkan wajah kebingungan, namun didetik berikutnya ia kemudian tersadar dengan kehadiran pria bermata hijau itu adalah pria penting yang sekarang memegang andil sepenuhnya di perusahaan GChance.

Tidak bisa lepas dari kesadarannya. Erik berkata dengan nada khawatir, "Miss Yashira, Aku rasa kau belum bertemu dengan pimpinan baru kita, Mr. Riley Grayson."

Sekali lagi semua mata menuju kearah Alea yang saat ini sedang mengutuk dirinya habis-habisan karena telah membentak pimpinan GChance yang baru.

Riley sama sekali tidak bergeming sambil menatap Alea, hingga ia akhirnya berkata, "Miss Yashira, saya harap anda keruangan saya setelah ini."

Dengan itu, Riley berbalik dan pergi meninggalkan ruangan. Meninggalkan Alea yang masih terdiam dan menatap pintu ruangan yang secara berkala menutup rapat. Teman-temannya yang lain hanya bisa menatap Alea prihatin seperti hari itu mereka tidak akan melihat Alea lagi.

Ian menatap Alea dengan iba. "Aku turut berduka cita, kawan."

Alea menatap tajam ke arah Ian. "Aku belum mati."

Ian hanya menggidikkan bahunya. "Belum. Tapi aku akan menyiapkan kuburan untukmu."

Ian sama sekali tidak menghibur Alea. Alea merasa karirnya akan hancur ketika memasuki ruangan Riley. Namun apa yang bisa ia lakukan ketika menghadapi kenyataan bahwa ia baru saja membentak atasannya.

Erik mendatangi meja Alea. "Konsentrasi boleh saja, tapi aku menyarankan jangan terlalu terpaku dengan kerjamu."

"Bagaimana aku tidak terpaku? Kau baru saja memberiku tugas yang memakan waktu 2 bulan. Sementara aku baru pergi 2 minggu."

Erik menaikkan sebelah alisnya dan memperhatikan dokumen-dokumen yang berada diatas meja Alea. "Ini bukan pekerjaanmu, Helena salah memberikan dokumen."

Ugh, Helena. Si Jalang itu!

Perempuan berekor ular itu selalu membuat Alea seperti pembantu perusahaan. Dari awal berjumpa Helena sama sekali tidak menyukai Alea. Ian mengatakan Helena tidak menyukai orang yang lebih menonjol dari dirinya. Alea bahkan tidak tau mengapa ia keliatan menonjo daripada Helena.

Helena memiliki rambut merah menyala lurus dan memiliki badan tinggi semampai. Banyak kaum adam yang meliriknya jika ia lewat, namun poin minus Alea adalah kelakuannya yang sangat licik dan ingin menang sendiri. Perempuan itu senang dengan pujian. Ia akan mencarai cara apapun agar semua orang merasa iri dan ingin berada diposisinya.

Dari awal Alea sama sekali tidak memperdulikan Helena yang memamerkan bagaimana empat orang pria rela berkelahi hanya untuk mengajaknya makan malam. Bagaimana mantannya tidak bisa melupakannya sehari pun. Cerita liburannya ke Hawai bersama model-model pria terkenal asal Hollywood. Ian menceritakan semua yang ia dengar dari mulut Helena ke Alea. Alea sama sekali tidak peduli dan memilih mengiyakan saja semua perkataan Helena sampai Helena mulai menganggu dirinya.

Dimulai dengan Helena yang sengaja menumpahkan kopi ke bajunya, sampai menumpukkan semua pekerjaannya ke Alea. Dari situ Alea mulai tidak menyukai Helena, namun ia masih menjunjung rasa toleransi tinggi yang diajarkan oleh orang tuanya untuk saling memaafkan.

"Alea, aku harap kau tidak lupa untuk keruangan Mr. Grayson." Tegur Erik disamping meja Alea.

Alea tersadar dan mendongak menatap Erik. "Tolong aku manajer. Aku bisa kehilangan pekerjaan."

Rey menggelengkan kepalanya. "Tidak. Hanya orang gila yang akan memecat pegawainya yang tekun berkerja. Kau akan baik-baik saja."

*

*

*

*

"Miss Yashira, saya harap anda dapat mengemas barang-barang anda."

Suara dingin Riley bagaikan tembakan maut bagi telinga Alea.

Aku tidak baik-baik saja manajer!

Riley memperhatikan raut wajah Alea yang pucat. Ia merasa terhibur dengan ekspresi yang dikeluarkan oleh perempuan itu. Ia seperti memiliki mainan yang tidak pernah ia miliki dan hanya satu-satunya untuk dia saja. Ia belum pernah merasakan terhibur seperti sekarang.

Alea sama sekali tidak mengenalinya. Hanya dirinya yang dalam sekali pandang bisa mengenali suara dan aroma manis vanilla yang menguar dari badan perempuan itu. Ia sama sekali tidak bisa mengeluarkan aroma itu dari benaknya. Suara Alea yang serak basah seakan-akan menggodanya lembut. Ia sangat senang ketika perempuan itu marah kepadanya dan ia juga menyukai senyuman manis Alea.

Riley masih berusaha mencari tau apa yang ia rasakan terhadap Alea. Pegawainya yang memiliki suara keras dan suka mengomel itu sudah terlihat dari wataknya saat ia bertemu di Fate.

Fate. Takdir.

Nama klub itu benar-benar mempertemukannya dengan seorang perempuan yang tidak pernah ia tau akan menjungkir balikkan dunia yang selama ini dimilikinya. Dunia dimana ia tidak pernah mengaduk campurkan masalah pribadinya.

Namun, didunia itu jugalah ia akan membahayakan perempuan itu. Untuk sekarang Riley tidak akan berharap banyak. Ia hanya ingin melihat apakah Alea adalah kandidat yang sempurna untuk dijadikan umpan pancingannya.

Tanpa ia tau resiko yang akan terjadi padanya.

*

*

*

*

Hi, namaku Skylineblue7!

Maaf buat para reader karena harus menunggu waktu seminggu untuk update dikarenakan author lagi memasuki masa-masa sibuk menjelang akhir KKN XD.

Last, aku harap kalian bisa memberi comment dan vote kalian di cerita ini. Thank You ^^

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 231K 43
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
4.4M 46K 52
Yang orang tau Kiara Falisha adalah gadis lugu, imut, lucu, menggemaskan juga lemot. Tapi di depan seorang Faidhan Doni Advik tidak seperti itu. Pun...
531K 27K 43
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
344K 391 14
Threesome gangbang bdsm bikin memek basah