Sial!
Aaron membanting setir mobilnya, menyandarkan kepalanya di atas setir mobil.
Sudah setengah jam terjebak macet yang begitu panjang. Sementara Kendra sudah menunggunya lama di depan agensi, di cuaca yang begitu dingin pula.
Terus mengutuk lalu lintas dan jalanan yang padat. Ingin rasanya ia menerbangkan mobilnya itu seperti biasanya ia menerbangkan Airbus raksasa.
👑
Cuaca semakin dingin. Kendra memutuskan untuk menunggu Aaron di dalam agensi, setidaknya terasa lebih hangat berada di dalam bangunan itu.
"Kendra?" Sapa Edward.
"Ed!" Seru Kendra dengan sedikit lambaian tangan.
"Tunggu siapa?" Tanya Ed sambil memandang ke sekelilingnya.
"Jemputan!" Jawab Kendra singkat.
Ed mendesah, berusaha menyembunyikan rasa kecewanya. belakangan ini Kendra terus saja menghindar dan bersikap dingin padanya, apalagi setelah pertemuan singkatnya dengan Aaron malam itu.
"Mau kuantar saja?" Tanya Ed ragu. Melihat pakaian Kendra, dress pendek, mantel panjang, dan sepatu boots tinggi membuat Ed menyimpulkan bahwa Kendra akan pergi ke suatu tempat sehabis ini.
Kendra melirik jam di layar ponselnya. Sudah setengah jam menunggu Aaron, tapi mobil Aaron tidak juga tampak dari pintu kaca itu.
Karena Kendra tak menjawabnya, Ed menegurnya, "Kendra?"
Suara dering ponsel Kendra membuat Edward harus sabar menunggu jawaban darinya.
"Macet? Oh tidak apa-apa, kau langsung saja kesana. Kukira kau kenapa-kenapa tadi," Sahut Kendra dengan cepat, kemudian memutuskan panggilan.
Kendra tersentak, tidak mengira pria jangkung itu masih menunggu jawaban darinya.
Jika ia pergi dengan taxi, ia pasti akan melukai hati Ed, bagaimanapun Ed sudah menawarkan tumpangan tadi.
"Baiklah, ayo!" Jawaban Kendra barusan membuat benak Ed terus berseru 'yes!'
Selama perjalanan beberapa menit itu, keduanya hanya berbasa-basi soal pekerjaan, tidak menyinggung urusan pribadi atau semacamnya.
"Acara ulang tahun?" Edward tersenyum kecil, melihat gerbang mansion itu terbuka lebar. Ada beberapa dekorasi di halaman depan yang berbau outdoor party.
Kendra terkekeh. Bertanya-tanya apa ia harus mengundang Ed untuk masuk atau tidak.
"Err, terima kasih tumpangannya. Kau pasti sangat sibuk," Ucap Kendra menebak-nebak.
"Tidak, aku tidak sibuk, sedikit membosankan di rumah sendirian," Jawab Ed sambil terkekeh, menatap Kendra, berharap wanita itu mengundangnya masuk.
"Mungkin kau mau masuk? Sebentar?" Ucap Kendra ragu sambil menggaruk tengkuknya yang bahkan tidak terasa gatal sama sekali.
"Aku boleh?" Edward tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi putihnya. Ia segera membuka pintu dan melangkah keluar.
Kendra meneguk ludah, berharap, semoga saja kejadian di high line tidak terulang lagi.
"Happy birthday, mom."
"Kendra--" Oliv menyambut kedatangan Kendra dengan bahagia, lalu pandangannya tertuju pada pria jangkung yang berjalan membuntuti Kendra.
"Dan Ed?" Lanjutnya. Memberi senyuman tak kalah lebar dengan yang sebelumnya. Ia hanya berharap Aaron yang pencemburu itu tidak melihat yang satu ini.
"Happy birthday, Auntie!" Ucap Ed sambil menjabat tangan kecil Olivia.
Saat acara red carpet, Ed pernah bertemu dengan kedua orangtua Kendra sekali. Baginya kedua orangtua Kendra itu sangat baik hati dan tidak sombong dengan semua kekayaan yang mereka punya. Tipikal orang tua idaman semua orang.
Olivia menjabat tangan Ed dengan semangat. Terus mengucapkan terima kasih atas kehadirannya malam ini dan juga ucapan selamatnya.
Ulang tahun Olivia yang ke enam puluh dua masih membuat wanita paruh baya itu terlihat cantik dan berenergik.
"Aaron dimana, sweetheart?" Abercio menghampiri Kendra disaat Olivia sibuk mengajak Edward menyicipi makanan buatannya.
Beginilah Olivia, jika Aaron tiba nanti, pasti Aaron akan menjadi orang selanjutnya yang disuapi berbagai masakan dan kue buatannya.
"Dia terjebak macet saat kusuruh membeli hadiah pesananku, jadi Edward mengantarku kesini," Jelas Kendra kemudian memasukkan buah cherry ke dalam mulutnya.
Tidak bisa berbincang lama, banyak kerabat dan teman Abercio yang memanggil pria paruh baya itu untuk bergabung bersama mereka. Sedangkan Olivia asyik mengenalkan Ed si bintang aktor itu kepada teman-teman sosialitanya. Kendra-pun menikmati makanan-makanan itu sendirian.
Sudah menjadi tradisi, mansion yang sepi ini setidaknya punya satu sampai dua kali dalam setahun menikmati suasana yang ramai.
"Kendra!" Panggil Ed dari kejauhan sembari menghampiri Kendra yang sedang berdiri menyandar ke pintu depan gerbang besar itu.
"Sedang apa disini? Sendirian?" Tanya Ed sambil merapikan rambutnya yang panjang.
"Yang sabar ya, Ibuku memang seperti itu, apalagi jika ada teman-temannya," Ucap Kendra sambil membantu Ed merapikan rambut pirang panjangnya yang kusut kemana-mana.
"No prob! Mereka asyik sekali!" Ed terkekeh.
Mobil sedan Mercedes benz hitam berhenti tepat di depan pintu gerbang besar yang terbuka lebar. Menghentikan Kendra dari menyentuh-nyentuh rambut Ed kemudian berjalan mendekati mobil itu.
Bukannya menyambut kedatangan Aaron, wanita satu itu malah bersemangat mengambil kotak besar dibungkus rapi dan pita diatasnya dari bagasi mobil.
Aaron benar-benar tampan dalam setelan jas biru navy, belum lagi tataan rambutnya yang rapi, mengalahkan pesona Ed sebagai seorang model dan aktor terkenal.
"Hey! Apa aku ini kurir pengantar kado?" Ledek Aaron kemudian mengambil alih membawa kotak itu dari Kendra.
"Semacamnya," Ledek Kendra sambil tersenyum lebar, ia bahkan sudah melupakan kehadiran Edward disana.
"Whoa, berani sekali, aku ini su--" Ucapan Aaron terpotong karena Kendra cepat-cepat menutup mulutnya.
"Supirku? Kan?" Kendra tergelak, melirik Ed sekejap dan membawa Aaron masuk.
Aaron datang tepat waktu.
Di acara puncak, Olivia akan memotong kue serta memanjatkan doa dan syukur. Sebelum itu, para tamu saat ini sedang asyik menonton nyanyian dari seorang anak kecil dari kerabat di halaman depan yang sudah didekorasi dengan sangat indah. Lampu-lampu bergelantungan menerangi halaman luas itu.
"Dress-mu pendek sekali," bisik Aaron tiba-tiba saat mereka dan para tamu sedang sibuk menonton.
Keduanya saling bertatapan sinis selama beberapa saat, "Tapi aku sudah pakai boots tinggi." Kendra menyengir, sambil menggerak-gerakkan salah satu kakinya.
"Ada apa menyentuh-nyentuh rambut jerapah pirang itu tadi?" Sindir Aaron sambil menunjukkan keberadaan Ed dengan gerakan kepalanya.
"Kau harus bersyukur!" Seru Kendra. Ia hampir saja hilang kendali, membuat beberapa orang di sekitar menoleh kearahnya karena suaranya yang keras.
"Dia diserbu teman-teman grup sosialita mom. Dan kau harus bersyukur bahwa kau milikku, tidak ada yang bisa menyentuhmu selain diriku," Bisik Kendra sambil menahan tawanya.
Kendra tampak menggemaskan dan juga aggressive di mata Aaron. Membuat Aaron tambah ingin membawa wanita itu pulang sekarang juga dan mencium bibirnya habis-habisan.
Aaron menyipitkan matanya, melemparkan senyuman smirk yang amat sangat difavoritkan oleh kebanyakan wanita,
"Jadi jangan pernah menyentuhnya lagi, Mrs.Torres. Kau milikku."
TBC
👑