✅ A Missing Part

Від Audeer

6.6M 300K 1.1K

[COMPLETE] "No great love ever come without great struggle" Kendra Damaris (23), anak tunggal dari sebuah ke... Більше

Prolog
Chapter 1 - It's Me
Chapter 2 - Damar Airlines
Chapter 3 - Must be Crazy
Chapter 4 - Vacation
Chapter 5 - Fiancé
Chapter 6 - Bad Habit
Chapter 7 - A Question
Chapter 8 - Airport
Chapter 9 - Double Date?
Chapter 10 - Bad intention
Chapter 11 - Waiting for you
Chapter 12 - By your side
Chapter 13 - Stuck in my head
Chapter 14 - Our Wedding
Chapter 15 - Edward
Chapter 16 - Gin and Tonic
Chapter 17 - High Line
Chapter 18 - Canada
Chapter 19 - Aaron's Secrets
Chapter 20 - Trauma
Chapter 21 - Another side
Chapter 22 - Perfect Breakfast
Chapter 24 - Day Without You
Chapter 25 - Bad News
Chapter 26 - In a Dream
Chapter 27 - Just a dream
Chapter 28 - Australia
Chapter 29 - Because of you
Chapter 30 - Call
Chapter 31 - Aurora
Chapter 32 - Junior?
Chapter 33 - Jealous
Chapter 34 - Twin
Chapter 35 - Don't Leave Me
Chapter 36 - Tasya
Chapter 37 - Back to you
Chapter 38 - Clinic
Chapter 39 - Ambitious
Chapter 40 - Told you
Chapter 41 - Between us
Chapter 42 - Next to you
Chapter 43 - Marco
Chapter 44 - New Jersey
Chapter 45 - New Jersey (2)
Chapter 46 - I Need You
Chapter 47 - Say Sorry
Chapter 48 - Be my Friend
Chapter 49 - Olivia's Birthday
Chapter 50 - Nostalgia
Chapter 51 - News
Chapter 52 - Shooting star
Chapter 53 - New Job
Chapter 54 - Luxury
Chapter 55 - Jeremy
Chapter 56 - Reason
Chapter 57 - Art Gallery
Chapter 58 - Protective
Chapter 59 - Regret
Chapter 60 - Treasure
Chapter 61 - Cold
Chapter 62 - Spring
Chapter 63 - Leave
Chapter 64 - I'm Ready
Chapter 65 - Get lost
Epilog
Thankyou
Edisi Kangen

Chapter 23 - Don't Care?

88.7K 4.2K 25
Від Audeer

[As Aaron in media]

Author's POV
Kendra terbangun, mendapati dirinya tertidur dalam pelukan lelaki itu lagi dan ia baru teringat akan lima menit itu.

Kendra berusaha meraih jam tangan Aaron yang tergeletak di meja kecil di samping kasur itu tanpa melepaskan pelukan hangat ini.

Ia mengeluh dalam hati, bagaimana bisa lima menit itu sudah terlewat dua jam.

Kendra berusaha membangunkan Aaron dengan menepuk-nepuk dadanya dengan pelan, akhirnya mata Aaron mengerjap terbuka dan mata biru keabuan itu langsung bertemu dengannya, "Ups, bagaimana lima menitmu?" Tanya Kendra, ia tersenyum lebar seolah tidak ada hal yang salah soal lima menit itu.

"Tidak seperti lima menit biasanya," Ucapnya dengan suara yang masih serak khas orang bangun tidur sambil meregangkan tubuhnya.

Kendra terkekeh, "Sudah jam sebelas, Aar!" Ucapnya dengan wajah datar tidak berdosa.

"Apa?" Aaron tersentak lalu memastikan kembali perkataan Kendra.

Melihat hal itu, ia menghela napas panjang, "Astaga, Kendra. Sebentar lagi dad pasti akan mencariku!" Keluhnya.

"Aaron!" Ucapan Kendra membuat Aaron menatapnya, mereka berdua terkunci dalam tatapan itu beberapa detik lamanya.

Aaron mengerang dalam hati. Berusaha menyembunyikan fakta bahwa jiwa raganya telah berteriak kegirangan, suara khas yang sudah lama tidak ia dengar, pagi ini kembali memanggil namanya.

"Brenda, dia datang mencariku kemarin," Lanjut Kendra.

"Apa?! Apa dia berbuat sesuatu padamu?" Aaron sedikit terkejut mendengarnya, ia menatap Kendra dengan alis berkerut, menunggu jawaban darinya.

Kendra menceritakan semua apa yang terjadi hari itu padanya, hitung-hitung hal itu membuat Aaron terus berada di dekatnya dalam waktu yang cukup lama.

Wanita satu itu, ada saja cara di
akalnya itu untuk terus berada di dekat Aaron.

"Temuilah dia, Aar" Ucap Kendra lagi. Ia berbaring menelungkup menyentuh rambut gelap Aaron dengan ragu.

Aaron bergeming.

"Bagaimanapun, dia masih ibumu," Ucapan Kendra berhasil membuatnya berpikir untuk mempertimbangkan hal itu sekali lagi.

👑

"Tenang saja, dad. Tidak ada yang terjadi, maafkan aku, aku tidak menghadiri rapat penting denganmu tadi," Ucapnya sopan dengan ponsel menempel di telinganya, mondar mandir seperti orang kebinggungan.

"Apa dad memarahimu?" Tanya Kendra melirik Aaron yang baru saja menyelesaikan panggilan itu.

Aaron menggeleng dan duduk di samping Kendra yang sedang mengolesi toast dengan blueberry jam.

Selagi Aaron sibuk dengan ponsel dan laptopnya, Kendra menyuapinya Toast itu dan membiarkan Aaron menggigit roti yang masih berukuran utuh itu.

"Whoa, aku iri, kalian memang pasangan yang sangat romantis" Ucap Aurora yang baru saja bergabung bersama dengan mereka.

Mereka diam tak berkomentar, kemudian Kendra menyodorkan piring dengan toast yang sudah siap dimakan di hadapan Aurora.

"Kalian tetap melakukannya, meskipun aku masih disini, huh?" Sindir Aurora melihat Kiss mark yang terlihat jelas di leher kakaknya yang masih topless itu.

"Bukan aku yang melakukannya!" Kendra mengelak dengan cepat.

"Apa kau tidur dengan wanita lain selain istrimu?" Seru Aurora sembari mengusik kakaknya yang masih duduk di depan laptop itu.

"Aku tidak punya istri," Jawabnya singkat dengan wajah datarnya.

Aurora terkekeh, menganggap hal itu lelucon yang dibuat kakaknya saja untuk menggoda Kendra. Selama ini Aurora dan Olivia banyak bertukar cerita, ia jelas tahu Kendra adalah istri Aaron sekarang.

Kendra bertopang dagu memperhatikan wajah cantik Aurora, meskipun berantahkan karena baru bangun, ia masih saja terlihat menawan.

Sambil mencari kemiripan keduanya, ternyata wajah kakak beradik itu memang sangat mirip. Mata grayish blue dan wajah blasteran asia mereka sangat menonjol, Aurora tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti ibunya, Brenda.

"Oh Astaga, aku lupa menelepon manager-ku" Kendra mendesah, kemudian berlari mencari ponselnya di dalam kamar.

"Kak, kau tahu? Dia artis yang sangat terkenal, sekuel Kendra sedang menjadi trending topic di kampus kami," desis Aurora.

Aaron tak berkomentar, ia masih mengetik di papan ketik laptopnya itu. Menganggap ucapan adiknya angin lalu.

"Dia sangat baik dan pintar, kau sungguh beruntung!" seru Aurora.

"Kemarin saat aku baru saja tiba di New York, aku diperas oleh beberapa preman jalanan. Lalu--" tambah Aurora, terpotong.

"Kau tidak apa-apa, apa ada yang terluka?" Tanya Aaron yang kemudian menghentikan pekerjaannya dan mendekati adiknya itu.

Aaron tidak pernah sepeduli ini kepada siapapun, selain kepada adik kecilnya, Aurora.

Aurora kemudian menceritakan hal itu di mulai dari apa saja yang terjadi hari itu, sampai bagaimana cara cerdik Kendra menyelamatkannya.

Selain Kendra, orang yang meramaikan rumah ini bertambah satu orang lagi.

👑

"Sebelum aku kembali ke Brooklyn, malam ini, Aunt Oliv mengajakku ke cinema. Kalian ikut?" Tanya Aurora.

Aaron menggeleng, "Aku banyak kerjaan, Rora. Gara-gara dia, aku terlambat bekerja pagi ini," Sindir Aaron.

Aaron yang selalu bersikap baik pada adik tersayangnya itu, membuat Kendra sedikit iri padanya.

"Aku ikut, Rora! Aku kangen berkencan dengan nyonya besar!" Gurau Kendra.

Aurora terkekeh, setelah Kendra mengganti pakaiannya, Mereka segera pergi dengan taxi.

"Rora, apa kakakmu punya mantan pacar?" Tanya Kendra setelah menyebutkan alamat mansion keluarga Damaris kepada sopir taxi.

Tiba-tiba saja, ingatan tentang foto itu terlintas lagi dipikirannya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Aurora bertanya balik dengan gugup.

Kendra menggeleng dan menyahut asal, "Tidak, aku hanya penasaran"

Ketika mereka tiba di mansion Olivia dan Abercio, semuanya saling berpelukan mengekspresikan kerinduan mereka masing-masing, dan kembali ke rencana awal mereka, yaitu menonton bioskop bersama dengan popcorn dan minuman soda.

TBC
👑

Продовжити читання

Вам також сподобається

Epiphany Від Xylinare

Сучасна проза

3.3M 229K 49
VERSI LENGKAP DALAM BENTUK PDF Sekelumit cerita tentang Andrea dan Arjuna, sepasang kekasih yang berbeda usia. "Tapi Pak, saya...." "Jangan mancing e...
2.7M 233K 54
Apa yang kamu rasakan setelah terbangun di samping seorang laki-laki dengan keadaan hampir tidak memakai apapun? Terlebih saat laki-laki itu adalah k...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
Our Wedding [END] Від Lav

Романтика

6.2M 252K 46
Aku ingin sekali, berlari padamu saat aku merasa sedih, menangis dalam pelukmu. Aku ingin sekali, berlari padamu saat aku merasa takut, berlindung...