Unknown

By yyoonina

162K 13.8K 2.2K

d a l a m p r o s e s r e v i s i Seul Hee tak memperkirakan apapun tentang sebuah ketukan secara sengaja... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12.
13
14
15
16
17
18
19
20
- R E V I S I -
...
Another Story of YoonHee
Another Story of YoonHee (2)
...
Meet [3² Maret 2017]
Promosi
Prologue
Chapter 01
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
...

Chapter 02

522 45 1
By yyoonina

Her Eyes

.
.

Tangannya terangkat untuk memakaikan tudung jaket di kepalanya. Yoon Gi tak bergeming. Berkali-kali Tae Hyung menawarkan diri untuk mengantar. Namun tidak. Yoon Gi ingin sendirian.

Sengaja memilih kala matahari sudah tenggelam, Yoon Gi benar-benar ingin menenangkan diri. Tidak ingin ketahuan, bahkan berniat untuk menghilang.

Yoon Gi menghela, niatnya terlalu bodoh. Akalnya harus tetap terpakai untuk membuatnya tetap sadar.

Setidaknya menenangkan diri cukup untuk saat ini. Terdiam setiap harinya tanpa memikirkan apapun. Apapun. Ia ingin benar-benar beristirahat.

Ia percaya Tae Hyung memilihkan apartemen yang tepat.

"Aku sudah melihatnya, aku bisa sendiri."

"Tapi mengapa tidak menungguku saja?"

"Untuk apa aku menunggumu?"

"Untuk berangkat bersama, kan?"

"Apa untungnya bagiku?"

"Aku adalah member yang paling-"

"Berisik."

Tae Hyung mencebikkan bibirnya. Satu kata kalimat sarkasme itu bisa membuat Tae Hyung yang tadinya menunduk mendekat ke arah jendela mobil Yoon Gi menjadi menegakkan tubuhnya kembali.

Yoon Gi menyalakan mesin mobilnya dan Tae Hyung sudah menjauh dari samping kiri mobilnya sehingga ia bisa berjalan dengan tenang. Keluar dari dorm.

Tae Hyung memutar bola matanya jengah menatap kepergian mobil yang kini membelah malam tersebut.

Yoon Gi memilih untuk menutup jendela mobil dan menyalakan AC sekalipun angin malam cukup untuk membuatnya membeku.

Di jok penumpang sebelahnya tergeletak ponsel tanpa minat untuk dinyalakan. Ponsel itu mati.

Lima jam perjalanan nonstop, Yoon Gi akhirnya tiba di depan apartemen. Tak ramai karena ini sudah tengah malam, tentu saja.

Namun Yoon Gi percaya memang apartemen ini memiliki suasana yang sunyi. Tae Hyung mengatakan apartemen ini sangat menjaga privasi.

Yoon Gi menyukai itu karena sebelumnya ia sudah mengetahuinya. Pengamatan sekilas beberapa malam lalu cukup membuatnya memindai secara singkat bagaimana suasana di sekitar apatemen sekalipun ia belum tahu jelas bagaimana bentuk unitnya.

Ia tidak menyangka Tae Hyung memilihkan apartemen yang benar-benar pas atas kebutuhannya. Bahkan dongsaengnya itu telah mempersiapkan studio kecil di dalam apartemennya.

(adik / orang yang lebih muda)

Ini akan menjadi tempat sempurna sebagai tempat persembunyiannya.

Setelah sampai pada lantai apartemennya, pria itu sedikit melonggarkan maskernya. Memberi jalan untuk oksigen bebas masuk mengisi paru-paru penat itu.

Yoon Gi memperhatikan setiap pintu yang berada di sisi kanannya. Setidaknya ia mulai berhenti di salah satu pintu. Tae Hyung bilang ruangannya ada di ujung.

Malam itu Yoon Gi tak begitu mengerti dan hanya mengamati suasana luar saja karena Tae Hyung yang belum sempat memberi kunci kepadanya, sehingga yang ia lakukan hanya berkeliling dan mengunjungi lantai unitnya.

Tubuh kecil Yoon Gi sudah terasa pegal dan ia ingin segera mandi. Mengistirahatkan diri.

Yoon Gi pun sudah lelah terus memakai topeng kaku di balik wajah frustasinya.

Yoon Gi masih manusia dan ia ingin berhenti berpura-pura. Menumpahkan segalanya di mana hanya ada dia dan bayangan dirinya.

Lelah hati lelah pikiran. Ia terlalu banyak menyimpan perasaan yang hanya ia simpan sendirian.

Menyedihkan? Entahlah.

Ia mengeluarkan sebuah kartu dan mencoba menempelkannya di knop pintu. Sedetik kemudian pintu itu berbunyi tanda sebuah respon. Namun ketika Yoon Gi mencoba membukanya, pintu itu masih terkunci.

Ia mencoba lagi, dan hal yang sama terjadi.

Untuk ketiga kalinya ia mencoba, hal yang didapat masih sama.

Sial, tubuhnya butuh istirahat dan pintunya tidak membiarkannya masuk. Hal macam apa lagi ini?

***

Pria itu masih disana. Terlihat terus mencoba membuka pintu. Beberapa pukulan kecil sempat ia arahkan, membuat suara gaduh yang hanya terdengar dari luar ruangan.

Tidak terlalu kentara, tapi apakah pria itu mencoba mencari perhatian di tengah malam?

Posisi pria itu berdiri berhasil membuat Seul Hee mematung. Dalam dadanya sendiri, pompaan jantung sudah berhasil membuatnya bergetar.

Gadis itu takut.

Bagaimana tidak, pria itu berdiri di depan pintunya dengan tangan terkepal dan terus mencoba menggedor pintu unit apartemennya.

Pikiran Seul Hee mendadak runyam tatkala satu hentakan kaki pria itu berhasil membuatnya terkejut setengah mati.

Tangan gadis itu terangkat pada mulutnya, ia hampir berteriak. Namun sepertinya akan buruk jika pria itu tahu seseorang tengah mengawasinya sejak tadi, jadi gadis itu memilih untuk berbalik, melangkah kembali menuju lift dan berusaha memanggil bantuan.

Jangan lupakan bahwa ia hanyalah gadis dua puluh tahunan yang tinggal sendiri di unit apartemennya.

Baru saja berbalik, Seul Hee langsung menggagalkan niatnya.

Lorong itu sudah kembali sepi seperti biasa, layaknya ia ketika pulang kampus setiap malam. Itu membuat Seul Hee mengerutkan keningnya bingung.

Hingga suara lirih itu menyapa pendengaran Seul Hee.

Seul Hee bingung, dahinya berkerut samar.

Suara itu lebih terdengar seperti sebuah isakan. Isakan pelan. Seul Hee tak yakin akan hal itu, tetapi seolah instingnya mengatakan ada hal aneh yang terjadi.

Sebuah masalah.

Seul Hee kembali menatap pria itu dari posisinya saat ini. Pria itu tengah menyender pintunya dengan helaan frustasi. Aura kriminalnya hilang entah kemana, Seul Hee tak merasakannya lagi.

Dapat keberanian dari mana, Seul Hee merasakan langkahnya yang mulai mendekat. Langkah kecil sekaligus pelan itu berangsur memerjelas setiap detail pada pria itu.

Tubuhnya semakin dekat namun ia masih tak dapat melihat wajahnya.

Setelah tersisa lima langkah, pria itu mengangkat kepalanya.

Dan dibalik tudung itu, mata Seul Hee bertemu dengan mata pria itu.

Pria itu terdiam dan Seul Hee hanya bisa terpaku.

Matanya tegas dengan garis kecil yang terlihat pudar. Seul Hee dapat merasakan betapa tajamnya tatapan yang pria itu lempar, tetapi mengetahui ada sesuatu di pelupuk matanya, Seul Hee hanya bisa bertanya dalam hati.

Banyak hal tersembunyi dari tatapan itu membuat Seul Hee makin hanyut. Berpacu pada waktu dan tak membiarkan satu detikpun mengganggu.

Keduanya masih bertaut dalam pandangan tak terjelaskan.

Hingga salah satu dari mereka mulai tersadar. Pria itu berdeham, lalu mengalihkan tatapannya. Menyadari adegan tatap menatap yang terjadi terlalu lama.

Seul Hee hanya bisa ikut berdeham sambil menatap arah lain. Menyembunyikan sesuatu yang mendadak mengganggunya. Gadis itu salah tingkah.

Suasana canggung untuk beberapa saat. Tak ada obrolan dan terus berdiri bak orang kurang kerjaan.

Beberapa detik kemudian Seul Hee teringat sesuatu. Tubuh pegal Seul Hee berhasil menyadarkan gadis itu dan mengingat kembali tentang sebuah pintu.

Pintu unit apartemen yang tengah dibelakangi oleh pria itu.

"Maaf, aku tidak ingin mengganggu, tapi-"

Pria itu menatapnya bingung sekalipun tak ada satupun kalimat yang keluar dari bilah bibir tipisnya itu.

Seul Hee menerka bahwa pria itu malas berbicara, sehingga dirinya hanya menyingkir setelah dirinya memerlihatkan kartu yang digenggamnya.

Satu langkah mendekat, gadis itu menempelkan kartunya pada kenop yang kemudian memberi tanda sebuah lampu hijau.

Pintunya terbuka. Membuat senyum gadis itu merekah juga.

Seul Hee ingin berbalik lalu menawarkan sesuatu, namun belum sempat ia berucap, pria itu telah berlalu dengan sikap arogan yang mendadak dominan.

Seul Hee memang tak mengerti tentang apa yang dipikirkan pria itu,

karena pria itu hanya pergi tanpa mengucapkan apapun.

***

Tae Hyung tak pernah berbohong dengan kalimatnya.

Semalam pria itu memang berpesan untuk Yoon Gi supaya menunggunya karena memang ia sedang menyiapkan untuk kembali ke Daegu malam itu juga.

Mengetahui Yoon Gi yang sedang menghargai waktu sendiri lebih dari apapun itu membuat Tae Hyung terpaksa memundurkan jadwalnya.

Tadi pagi PD-nim sempat mengunjungi dorm. Salah satu pria yang Tae Hyung hormati itu seperti mencoba menilik beberapa member yang masih mengisi dorm.

Mirisnya, beliau justru berpesan agar mereka bisa bertemu dengan keluarga secepatnya.

Baru setelah kunjungan itu ia bisa berangkat menuju Daegu.

Berkali-kali Tae Hyung menatap layar ponselnya bosan. Ia menginginkan setidaknya Yoon Gi bisa datang dan menemuinya di lobi depan.

Apakah keinginannya terlalu muluk untuk diarahkan pada Yoon Gi?

Mungkin saja.

Terpaksa Tae Hyung mengeratkan kembali maskernya dan memakai sebuah topi gelap. Bukan untuk menyamar, Tae Hyung hanya sayang dengan topi itu.

Dengan dua tas besar yang harus ia bawa, Tae Hyung berjalan dengan langkah goyah setelah kesusahan menutup pintu mobilnya sendiri.

"Kim..."

Sebuah geraman rendah membuat Tae Hyung tersentak dan hampir berteriak yang untungnya dapat pria itu tahan.

Tae Hyung telah tak sengaja membuat satu tasnya terjatuh. Pria itu segera mengedarkan matanya panik.

Walaupun kalau dipikir pemilik marga Kim bukanlah ia seorang, tetapi mengetahui nada rendah yang terkesan mengintimidasi itu membuatnya panik dalam sedetik.

"Di sini, bodoh."

Tae Hyung memandang salah satu mobil di samping kanannya.

Benar saja, Min Yoon Gi sedang menutup matanya santai dengan sandaran yang rendah setengah tertidur.

Lalu bagaimana pria itu sadar akan kehadirannya?

"Hyung? Mengapa di sini?"

Tak ada pergerakan kecuali Tae Hyung yang menaruh satu tas yang masih digenggamnya dan memilih mendekat menuju jendela mobil pria itu.

Selanjutnya terdengar teriakan pilu dari bibir bersenyum kotak tersebut, "Akh, hentikan, hyung!"

Yoon Gi tak tertarik akan teriakan yang semakin bar-bar itu. Tangannya justru makin gemas menaikan kaca mobilnya hingga hampir menjepit kepala Tae Hyung di antaranya.

Sadis.

"Astaga! Apa yang kau lakukan, hyung!" Tae Hyung merengek.

Yoon Gi membuka matanya.

Tae Hyung mendadak merasakan bahwa mata itu mengeluarkan laser mematikan. Pria yang lebih muda langsung bungkam.

Setelah Yoon Gi menurunkan jendela mobilnya kembali, pria itu masih belum puas.

Ia membuka pintu mobilnya hingga menubruk tubuh Tae Hyung yang masih berdiri di sebelahnya.

Tae Hyung berteriak -lebih terkontrol-, Yoon Gi tak peduli.

"Kau salah memberi tahu di mana unit apartemenku, bodoh!"

"Eh? Benarkah?"

***

Yoon Gi mengusak tengkuknya kasar. Senyaman apapun jok mobil tetaplah membuatnya pegal, terlebih ia bertahan pada satu posisi selama ber jam-jam.

Ia terlalu malas untuk sekedar ganti posisi.

Cengiran Tae Hyung masih tidak berhenti setelah pria itu benar mendapati bahwa ia salah sebut nomor unit apartemen.

Pria itu mengatakan, "Untungnya aku datang di pagi harinya, kalau tidak-"

"Untung, untung apanya? Sejauh ini kau yang menyebabkan kesialan ini." telak Yoon Gi cepat.

Jadilah pria itu berjalan dengan satu tambahan koper pada tangan kanannya. Jangan tanya itu milik siapa.

Karena pada dasarnya dua tas yang sebelumnya ia bawa, separuh isinya pun milik si pria pucat itu.

Tak sengaja tertinggal katanya.

Tetapi wajahnya tak terlihat memancarkan rasa bersalah sama sekali.

"Toh mengapa tidak menanyakannya sendiri, sih?"

Yoon Gi menatap pantulan wajah Tae Hyung dari pintu lift yang bary saja tertutup.

Benar juga, mengapa tak ia tanyakan sendiri saja?

Pikiran itu hanya menjadi pilihan yang lewat tanpa sempat terlihat malam itu. Mungkin karena Yoon Gi yakin dirinya terlampau lelah.

Apalagi sebuah peristiwa separuh memalukan sempat terjadi semalam.

Yoon Gi pun hanya mengedikkan bahu untuk dijadikan sebuah jawaban.

"Empat puluh sembilan." gumam Tae Hyung kala pintu lift telah membuka akses untuknya melangkah menuju lantai lima.

Yoon Gi melihat sekeliling, "Lantai ini benar-benar sepi."

Tae Hyung mengangguk setuju, "Tak banyak yang menggunakan unit di lantai ini. Beberapa menyewa hanya untuk ditinggalkan dan sisanya memang kosong."

Yoon Gi bungkam untuk ke sekian kali.

Hingga langkahnya terhenti di depan satu pintu. Pria itu sempat memundurkan kembali tubuhnya mengetahui terlalu banyak langkah yang ia ambil.

"Empat puluh sembilan." Yoon Gi membaca nomor yang tertera. Pria itu segera mengoreksi saku kananya untuk mendapatkan sebuah kartu.

Sebelum kartunya menyentuh kenop, pintu lain terdengar didobrak secara kasar.

Atensi keduanya langsung teralihkan, kaget sekaligus was-was. Tidak lucu jika tiba-tiba seseorang keluar membawa Army Bomb lalu meminta Albumnya untuk ditanda tangani.

Tidak mungkin.

Karena kenyataannya seorang gadis justru keluar dengan setumpuk buku, rambut tidak begitu rapi, dan napas terengah yang tengah kesusahan menutup pintu karena ada sepatu lain yang sempat terseret hingga menghalanginya untuk kembali tertutup.

Atas alasan tak terjelaskan, Yoon Gi dan Tae Hyung justru memerhatikan hal bodoh itu dalam diam.

Begitu pintunya berhasil tertutup, gadis itu kembali berlari tanpa memerdulikan apapun.

Sekalipun Yoon Gi sadar, dalam beberapa detik yang berjalan seolah slow motion itu, mata mereka kembali bertemu.

"..."

Tae Hyung menatap lurus hingga tubuh gadis itu melewati punggungnya. Merasa aneh akan sesuatu.

"Hyung, siapa ga-"

Brak!

Tae Hyung melotot, "Hyung!"

Demi apapun, ia bahkan tidak mendengar seretan koper dan bawaan lainnya yang tiba-tiba saja sudah menghilang meninggalkan dirinya yang terpaku tanpa alasan.

"Hyung, buka pintunya!" Dengan rengekkan menggelikan, pria itu terus mengedor pintu yang telah tertutup karena sikap tidak peduli seorang Min Yoon Gi.

"HYUNG!"

***

Continue Reading

You'll Also Like

72.5K 8.4K 37
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
180K 8.8K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
328K 3.7K 81
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
407K 41.4K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...