Promise (Mate Series #3)

By NorHaliza29

134K 10.5K 174

"Karena aku ingin menjadi hari esok untukmu, maka aku hidup hari ini." More

Prolog
Little Part
Part 1
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Cast
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Epilog

Part 2

5.8K 480 9
By NorHaliza29

Promise
( Want To See You.)

Setiap saat aku berpikir...
Ada banyak hal yang aku bisa dapatkan di dunia ini, tapi hanya ada satu hal yang benar-benar ingin aku lakukan sekarang..
Aku ingin bisa melihatmu...

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Author POV

"Ibu, aku pulang."

"Aarti..."

Sienna dengan tergesa langsung berjalan menghampiri Aarti yang sedang melepaskan sepatu nya di ambang pintu.

"Kemana saja kau? Ibu sudah bilang berkali-kali, langsung pulang jika urusanmu sudah selesai," ucapnya sambil mengambil alih beberapa buku yang sedang dibawa oleh Aarti.

"Tenang, Bu. Kenapa Ibu terlihat sangat panik?" balas Aarti, ia menghela nafas pelan sambil mulai melangkah masuk kedalam rumah, "...aku hanya mampir sebentar ke toko buku untuk membeli novel-novel ini."

"Kenapa tidak bilang pada Ibu?"

"Ibu..." Aarti berbalik kearah Sienna lalu menggenggam kedua tangan wanita itu lembut, "...aku tahu Ibu sangat khawatir padaku. Tapi, aku tidak apa-apa, sekarang aku sudah 19 tahun dan bisa menjaga diri dengan cukup baik. Ibu sudah bisa merasa tenang mulai sekarang."

Sienna tersenyum kecil. Ia menepuk-nepuk jemari Aarti pelan sambil mengangguk. Sienna tahu Puteri angkatnya itu sudah berusia 19 tahun dan cukup dewasa untuk bisa mengambil keputusannya sendiri, tapi tetap saja rasa khawatir itu selalu datang padanya tiap kali Aarti berada diluar rumah.

3 tahun lalu, ketika Aarti menceritakan semua yang ia ingat tentang apa yang terjadi pada hari dimana ia dan Reon menemukan gadis itu di tepi lembah. Sienna tahu bahwa anak angkatnya itu pastilah istimewa, setidaknya cukup istimewa sampai para mahluk dari klan vampire bersedia melakukan apapun untuk sekedar bisa melukainya.

Sienna tidak ingin mengambil resiko dengan membiarkan Aarti berada jauh darinya walau hanya beberapa jam saja. Gadis itu perlu dilindungi, ya ... dengan jenis perlindungan yang pantas didapatkan oleh seorang puteri Alpha.

"I'am sorry, Dear. Ibu hanya tidak terbiasa melihat kau pergi keluar selama itu," Sienna mengusap wajah Aarti lembut, "....naiklah ke kamarmu! Ibu akan siapkan makan malam lalu kau segera turun, okey."

Aarti mengangguk. Ia mengambil kembali novel yang ia beli tadi dari Sienna lalu segera berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Sikap Sienna yang seperti ini memang sudah biasa baginya. Ibu angkat-nya itu sangat mudah panik untuk banyak hal, khususnya jika itu menyangkut dia. Tapi tidak bisa disalahkan, Aarti tahu itu semua karena Sienna sangat menyayanginya dan tidak ingin dia terluka.

Klik...

Aarti menekan tombol lampu. Ia dengan cepat melepas cardigan putih yang ia kenakan lalu langsung menghempaskan diri keatas kasur. Sangat melelahkan akhir-akhir ini, tapi itu karena ia sangat sibuk mengikuti berbagai kegiatan sosial yang diadakan di Universitas nya tiap kali menjelang musim salju.

Jangan salah paham! Aarti senang bisa menjadi salah satu dari anggota panitia atau relawan. Itu karena udara nya cukup dingin di luar makanya dia jadi sedikit drop. Yeah, London di pertengahan November menjelang Desember memang tidak begitu bagus baginya.

Aarti menghela nafas pelan. Ia bangkit kemudian berjalan menuju meja riasnya yang terletak disamping jendela kamar. Ada sebuah gantungan gelang disana, tapi bukan itu yang jadi fokus Aarti melainkan satu-satunya gelang yang ia gantung pada benda itu.

Dan ini dia. Aarti sudah memegangnya, sebuah gelang perak kecil dengan ornamen daun-daun maple disekelilingnya. Tanpa sadar senyumnya mengembang, setiap kali melihat gelang itu, suara-suara dari masa lalu selalu terdengar di benaknya.
Terus menerus mengulang seperti sekeping kaset lama yang siap untuk diputar setiap saat.

"Ara, aku membuat ini untukmu." ucap Aaron sambil memperlihatkan seuntai gelang perak berornamen maple pada gadis itu.

"It's so pretty," balas Aarti. Ia mengulurkan tangannya, membiarkan Aaron memasangkan gelang itu disana, "...kau membuatnya sendiri?"

Aaron mengangguk. Ketika Aarti melihat kedalam matanya, ia bisa merasakan bahwa anak laki-laki itu sedang berkata padanya "Ayahku yang mengajariku," dengan bahagia. Tapi sekali lagi, Aaron tidak mengatakannya. Itu hanya bagaimana Aarti merasa.

"Simpan dan jaga terus bersamamu, okey," ucap Aaron sambil tersenyum kecil.

"Aku sudah tidak bisa memakainya lagi Ari," gumam Aarti lirih.

Dia ingat hari itu seakan baru terjadi tadi pagi, ketika Aaron memintanya untuk menjaga gelang itu. Aarti sedih ia sudah tidak bisa mengenakannya, tidak! bukan karena dia tidak mau, tapi karena benda itu sudah terlalu kecil untuknya. Aarti hanya akan menghancurkan ornamennya yang sudah rapuh jika tetap memaksa untuk memakainya.

"Ari, apa kau masih datang ke kamarku seperti dulu? Kau tahu, karena aku sudah tidak disana ... lupakan saja! kau boleh berhenti melakukannya."

Aarti menengadah, mencoba menghalau air matanya yang sudah akan jatuh. Dia tidak boleh menangis, tidak lagi! Setelah semua hal buruk yang sudah terjadi, ia tidak punya pilihan selain pergi dari semua orang. Bahkan walaupun kadang dia merasa sangat sedih untuk itu, Aarti masih tetap berpikir bahwa keputusan yang ia ambil sudah benar.

Secara hati-hati ia kembali menaruh gelang maple tersebut diatas gantungan kemudian bangkit untuk membuka jendela disampingnya. Diluar dingin, Aarti tahu itu tapi sudah jadi kebiasaanya untuk melihat langit malam dulu sebelum pergi tidur.

Aarti memejamkan matanya sambil mencoba mengabaikan udara yang serasa sedingin es.

"Chloe, apa kau bisa mendengarku?"

"Emh, ya."

Chloe adalah wolf didalam tubuh Aarti. Meski hampir seluruh indera werewolfnya sudah dilumpuhkan saat ia masih kecil, tapi satu indera yang masih tersisa ternyata bisa berfungsi dengan cukup baik untuk bisa membantunya berkomunikasi dengan Chloe.

Yeah, mereka bisa saling me-mindlink walau itu sebenarnya hanya kadang-kadang, selebihnya Aarti dan Chloe tidak terhubung sedekat itu.

"Aku senang hari ini berjalan dengan baik. Semua kegiatan sosial itu cukup menyita banyak waktu hingga aku hampir bisa mengalihkan pikiran dari Daddy dan ... Aaron," ucap Aarti. Ketika nama Aaron keluar dari bibirnya, terasa seperti ada denyutan kecil di hati Aarti.

"Apa? Maaf, Ara. Aku tidak begitu bisa mendengarmu dengan jelas disini."

Aarti mendesah lirih. Pelumpuhan indera membuatnya jadi sangat lemah, hanya keberadaan Chloe saja yang menjadikannya jadi sedikit lebih berbeda dengan manusia biasa.

"Oh, Chloe ... aku yang minta maaf. Andai aku bisa se-normal she-wolf yang lain."

"It's okey, Dear. Pelumpuhan itu bukan salahmu."

Aarti menutup wajahnya lelah. Ada kalanya dia ingin tahu bagaimana rasanya jika semua indera nya bisa berfungsi dengan baik. Tapi, siapa yang bisa mengerti perasaan itu lebih dari dirinya sendiri? ia bahkan tidak bisa bicara tentang itu pada orang-orang disekitarnya.

Ahh, mungkin semua akan jadi lebih baik seandainya aku ada di rumah.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

TBC.😀😘
Readers, aku lupa menjelaskan...
Foto yang ada di mulmed part 1 itu Alana, nah foto yang ada di mulmed di atas itu baru Aarti.

Continue Reading

You'll Also Like

450K 85.6K 92
PART MASIH LENGKAP. BACA AJA "Bagaimana kau bisa menemukanku?" Ashley berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman sang raja. Sudah hampir satu tahu...
1.5K 224 9
[Name] Kehilangan kedua orang tuanya karena Daigo dan Iblis. Hati yang hampa selalu menyambutnya di setiap waktu, hidupnya ini tak berarti lagi, dia...
2.8M 146K 27
Adreanne Zenobie, gadis malang yang selalu ditimpa penderitaan yang seakan tak berujung. Ia dipandang rendah oleh werewolf di pack-nya sebab tak bisa...
130K 20.9K 60
[Fantasy-Siblinghood-(Minor)Romance] ||Follow sebelum membaca ya, guys. Terima kasih^_^|| _____ Vyradelle tidak tahu harus menyebut dirinya apa. Dia...