[As Aaron in media]
Kendra's POV
"Ini gila, Poppy!" Seruku. Aku mengacak-acak rambutku yang sudah kusut itu sehingga kini bertambah kusut. Masa bodoh soal penampilanku sekarang, tidak menjadi masalah, look like shit di ruanganku sendiri.
Poppy tidak berkomentar, jika bukan melongo, ia menatapku iba.
Jujur saja, jika aku berada di posisi Poppy, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama.
Kami bertukar cerita, ia benar-benar mendengarkan ceritaku dengan simak. Bagaimana bisa bertemu pria secara acak di club dan pria itu adalah tunanganku sekarang?
Apa yang terjadi di club? Baiklah ini yang diceritakan oleh Poppy barusan, kumohon jangan menganggapku gila. Pengaruh alkohol itu benar-benar luar biasa.
👑
Flashback on
Author's POV
"Lihat! Lelaki tampan itu terus memperhatikanmu," bisik pria berkulit hitam yang duduk bersama dengan Poppy.
Baru berkenalan beberapa saat yang lalu, keduanya tampak langsung akrab saja.
Kendra berusaha membuka mata untuk melihat pria yang dimaksudkan walaupun pengelihatannya itu kini sudah sedikit buram.
"Yang mana??" Tanyanya ngelantur, kesadarannya pasti hanya tersisa beberapa watt, sekarang.
"Kendra? Kau mau kemana?!" Seru Poppy melihat sahabatnya itu berjalan sempoyongan ke arah yang dimaksudkan Luke, pria yang baru saja menjadi pacarnya beberapa saat yang lalu.
"Tenang saja, aku tahu pria tampan dengan jas putih itu, pria disana semuanya baik-baik." Luke mengacungkan kedua jempolnya dengan ekspresi begitu meyakinkan sehingga Poppy percaya dengan apa yang sedang dikatakan Luke.
Kendra berjalan dengan penuh percaya diri meskipun ia hampir terjatuh beberapa kali. Ia berpikir satu ciuman tidak akan jadi masalah jika memang harus membuktikan bahwa ia memang cantik dan menarik meskipun wajah cantiknya itu kini bersembunyi di balik topeng.
Kendra menatap pria itu dengan tatapan nakal berusaha menggoda pria dengan jas hitam yang dianggapnya punya tubuh yang proporsional dan penataan rambut yang rapi.
Meskipun ia sudah tidak sadar dengan apa yang ia lakukan, memperhatikan standar penampilan pria sudah melekat di dalam dirinya.
Kendra langsung duduk dipangkuan pria itu dan mencium bibir serta leher pria itu bergantian. Ia bahkan menikmati rasa Gin and tonic yang melekat di bibir pria itu.
Karena pria tampan itu tidak kunjung membalas ciumannya, Kendra mulai melepaskan ciuman itu dan berpikir sebentar lagi Poppy pasti akan meremehkan dirinya habis-habisan.
Saat Kendra hendak bangkit dari pangkuannya, pria itu tiba-tiba menahan kepala bagian belakangnya dan menciumnya, pria itu melumat bibir Kendra dengan rakus membuat Kendra sedikit terkejut dengan apa yang dilakukannya.
Kendra mengutuk dirinya sendiri, ia pasti sudah memulai permainan dengan pria yang salah di club.
Kendra biasanya jarang menikmatinya, terutama ciuman saat bersyuting, tapi ia seperti menemukan kecocokan begitu saja dengan pria satu ini dan membuatnya tidak ingin melepaskan ciuman itu.
"Luke, Luke, kenapa Kendra berciuman dengan pria berbaju hitam yang duduk disebelah pria berjas putih?" Tanya Poppy panik.
Luke menutup mulutnya seolah tak habis pikir "Oh God! Dia bermain-main dengan orang yang salah," Lirihnya.
Flashback off
👑
Kendra's POV
Selebihnya, aku tidak ingat. Tapi aku yakin tidak ada yang terjadi selain ciuman. Poppy hanya bilang aku terus memaksa pria itu agar ia menciumku, dan menurutku itu sangat-sangat tidak mungkin.
"Jadi bagaimana hubunganmu dengan Luke? Berlanjut?" Tanyaku penasaran.
Poppy mengangguk dengan semangat, "Ia seorang pilot di Damar Airlines, kau percaya?" Dilihat dari sikapnya hari ini, Poppy sepertinya sedang bahagia dan berbunga-bunga.
"Whoa, Kau beruntung, pasti ia pria baik-baik." Ucapku. Dan Ya, jangan heran, karena bukan hanya Poppy yang tidak tahu soal Damar Airlines, mungkin semua orang disini juga tidak pernah tahu.
Poppy benar-benar beruntung, biasanya club jarang membawa seseorang ke hubungan yang lebih serius, selain one night.
Aku iri, Poppy sudah mendapat pacar sungguhan. Tapi aku tidak, aku bertemu dengan es batu, Ah! bukan. Gunung Everest.
"Aku penasaran bagaimana rupanya tanpa menggunakan topeng itu, Ken," Ucap Poppy yang kemudian membuyarkan lamunanku.
"Aku sedih, Poppy! Dia benar-benar gunung es yang super tampan," Ucapku kesal.
👑
Seperti biasanya, Lobby agensi selalu saja dipenuhi dengan deretan mobil mewah dengan warna yang berbeda-beda jika mendekati jam makan siang.
Tapi tidak dengan kami berdua, hari ini, kami harus mencari dan menaiki mobil sedan kuning yang bersedia mengantar kami.
"Poppy, biarkan aku ikut denganmu, please!" aku menarik-narik Poppy yang akan pergi menjemput pacarnya, Luke.
"Hey, jangan menggangu kencan kami!" Omelnya, mentang-mentang hari ini jadwal siang kami kosong, ia pergi berkencan, meninggalkan sahabatnya sendiri.
Aku terus mengomel, kacamata hitam dan topi sudah kusiapkan di tangan untuk jaga-jaga menyamarkan identitas.
"Aku ikut, ya kumohon, Pop! Pop!" Keluhku, aku akan melakukan apa saja sampai Poppy mengizinkanku ikut. Aku tidak ingin sendirian di rumah di siang bolong begini.
"Dengar, Ken. Jangan mengatakan yang tidak-tidak padanya, Okay?"
Aku mengangguk-angguk seperti anak anjing yang menurut dengan majikannya.
Akhirnya!! Aku cinta Poppy!!
Lima belas menit saat kami sampai ke tujuan kami, aku terdiam menatap bangunan megah yang berdiri kokoh di depan kami.
Poppy tidak pernah bilang bahwa ia akan ke bandara.
Tidak, kurasa akulah yang bodoh! Bukannya pilot memang bekerja di bandara? Poppy-kan berkata bahwa ia akan menjemput kekasihnya?
"Ayo! Giliran aku yang akan memaksamu sekarang, rasakan Kendra!" Ledek Poppy, dia menarikku masuk ke dalam bandara yang paling kubenci itu.
Aku dan Poppy duduk di salah satu tempat duduk, menikmati gelato sambil menunggu pacar tersayang Poppy.
Pasangan baru memang sangat manis, semanis gelato rasa coklatku.
Mugkin lain kali aku harus ke bandara ditemani dengan segelas gelato yang mampu membuatku merasa lebih nyaman disini.
Karena kami duduk di tempat yang menghadap langsung ke jalur kedatangan bandara, sekelompok pilot dan pramugari-pramugara mulai keluar dari sana sambil menarik koper dan mengenakan seragam khas mereka yang berbeda-beda.
"Poppy! Kendra!" Teriak Luke, dia melambaikan tangannya kepada kami meskipun ia masih jauh di ujung sana.
Semua orang melihat, terutama rekan-rekan Luke yang lainnya, Luke memang orang yang sangat ceria, dia friendly, funny dan juga pandai bergaul.
Memanfaatkan keasyikan Luke, Poppy sepertinya sengaja ingin menggoda para paparazzi untuk memotret mereka dan menyebarkan hubungan mereka itu.
Seorang pria bersama Luke menghampiri kami juga, kemudian kami saling bertukar sapa.
"Poppy, dia Eliot. Pria berjas putih itu!" Ledek Luke sambil menunjuk pria tinggi yang dirangkulnya.
Aku memutar bola mataku, kenapa Luke harus membahas kembali kejadian di club malam itu?
Pria inggris berkulit pucat yang disebut Eliot itu mengulurkan tangannya kepadaku dan aku melemparkan sedikit senyuman ramah kepadanya dan kami saling berkenalan. Ia terlihat sedikit gugup ketika berbicara denganku.
"Hey, Bos! Sini!" Luke menoleh ke belakang dan memanggil seseorang untuk bergabung bersama mereka.
Seseorang datang menghampiri kami dan langsung muncul diantara Eliot dan Luke.
Oh, Astaga, pria itu tampan sekali dengan senyuman lepasnya.
Tunggu, tunggu, bukankah dia Aaron?! Dan dia manusia yang bisa tersenyum juga? Dia seorang pilot? Di Damar Airlines?
👑
TBC