Black Secret

By nurul078

635 53 6

Keefe, seorang dokter muda pewaris rumah sakit terbesar di Jakarta harus berhadapan dengan Septa, seorang wan... More

Prolog
1.
2.
3
5
6
7
8

4

47 4 0
By nurul078


"Kalau kita bertemu sekali lagi aku tak akan melepaskanmu." Hanya kalimat itu yang mampu ku dengar sebelum dia menyatukan bibir kami. Kakiku melemah aku butuh pegangan. Aku membuka mataku. Tak terasa air mataku menetes. Dia mencuri ciuman pertamaku.

"Terima kasih," ucapnya sambil menekan tombol diremotenya dan kemudian berlalu pergi ke luar ruangan meninggalkan aku yang terduduk dan menangis.

***

Keefe

'Oh Tuhan, apa yang baru saja aku lakukan? Aku membuat seorang wanita menangis pagi ini' ucapku dalam hati. Ku sandarkan tubuhku di balik pintu ruanganku. Samar-samar kudengar suara tangis dari wanita yang berada di dalam ruanganku. Sebenarnya aku hanya ingin balas dendam padanya karena seenaknya saja mengadukkanku pada pihak rumah sakit, tapi entah kenapa dengan jarak sedekat itu aku jadi lepas kendali.

"Bapak baik-baik saja," ucap sekretarisku yang binggung karena melihatku yang seakan berbeda dari biasanya.

"Iya, aku baik-baik saja." Akupun melangkah pergi menjauhi pintu itu tapi kemudian langkahku terhenti ketika aku mendengar suara pintu yang terbuka. Sebenarnya tanpa berbalikpun aku sudah tahu siapa yang akan muncul dari pintu itu tapi entah kenapa tubuh dan otakku tidak dalam kondisi yang serasi. Tubuhku berbalik untuk melihat kearah pintu kerjaku. Di sana muncullah seorang wanita yang wajahnya memerah dan pandangan matanya yang sangat tajam, tapi sangat amat cantik menurutku. Dia berjalan melewatiku dan kemudian berhenti beberapa langkah di depanku.

Dia memandangku dan tersenyum sinis sambil berkata, "Terima kasih atas sambutan yang Anda berikan, saya tidak akan melupakannya." Kemudian dia dengan cepat menampar pipi kananku. "Itu hadiah perpisahan dari saya," ucapnya sambil berjalan pergi menuju lift meninggalkan diriku yang menahan sakit dipipi serta panas dihati.

"Kita lihat siapa yang akan mendapatkan banyak hadiah."

***

Septa berjalan menuju halte bus dengan tergesa-gesa. Dia bukan terlambat akan tetapi dia ingin secepatnya pergi dari gedung mewah ini. Dia tidak tahan apalagi dengan cemoohan dan tatapan mata dari seluruh wanita yang ada di gedung Wiyatama. Septa sekarang hanya ingin berada di kamar kecilnya sambil memeluk boneka kesayangannya. Tapi sesaat kemudian dia terdiam di pinggir jalan. Terdiam karena pikirannya yang sedang berkelana memikirkan nasib panti dan anak-anak yang bernaung di dalamnya. Septa menghembuskan napas sambil mengusap muka dengan tangannya. Dia sungguh sangat lelah. Septa bahkan tidak sadar bahwa ada sepasang mata yang sedang mengawasinya dari kejauhan.

Di tempat lain ...

"Buat dia jadi milikku, bagaimanapun caranya," kata seorang lelaki kepada bawahannya yang hanya di jawab oleh isyarat anggukan oleh bawahannya.

'Nantikan pembalasanku' pikir lelaki itu sambil menyunggingkan senyum dibibir merahnya.

***

Seorang wanita cantik nampak turun dari bus dan berjalan dengan tak bersemangat. Bahkan pemandangan di sekitarnya tak mampu membuatnya berpaling dan melupakan sedikit kegundahan hatinya. Dia amat sangat tidak perduli dengan sekitarnya, yang dia perdulikan hanya satu yaitu panti. Sepanjang perjalanan dia bingung harus bagaimana menyampaikan kabar buruk ini. Dia meruntuki keberaniannya dan kemarahannya bahkan sampai menampar pipi pemimpin perusahan. Dia tidak tega dan kuat saat melihat tangis di wajah ibu dan anak-anak panti ini.

"Kak Septa," panggil salah seorang anak panti padanya ketika dia baru saja membuka gerbang panti asuhan.

"Kak Septa," panggil serempak suara anak lainnya yang bermain di taman panti dan mereka pun berlari kearahnya yang sedang menutup pagar.

Seberkas senyum pun menghiasi bibir Septa yang masih berwarna merah walaupun dia tidak menggunakan lipstick yang berlebihan. "Bagaimana hari kalian?" tanya Septa pada anak-anak panti yang sedang asik mengelilinginya.

"Baik tapi Rudi nakal," Lapor salah satu anak.

"Aku tidak nakal tapi dia yang lebih dahulu menggangguku," balas Rudi.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah mereka yang mulai saling menuduh dan diiringi dengan suara anak-anak yang lain yang mendukung salah satu anak. Septa hanya bisa tersenyum, senyum kedua yang terbit setelah dari kantor 'iblis penggoda itu'.

"Hai ... oke cukup, tidak ada yang boleh saling menyalahkan. Kalian semua keluarga di sini," kata Septa sambil berjongkok agar tingginya sama dengan anak-anak dan kemudian memeluk mereka. Septa berusaha menyalurkan rasa sayangnya dan meminta energy positif dari anak-anak itu untuk dirinya yang saat ini sedang rapuh dah sedih.

Tak terasa air matanya mengalir saat dia mengingat bahwa dia gagal mencari bantuan dana dari perusahaan terakhir yang memungkinkan untuk membantu panti ini. "Kakak kenapa?" tanya salah seorang anak sambil menghapus air mata Septa.

Septa tersenyum sambil menjawab, "Ada debu di mata kakak," jawab Septa bohong. Berbohong demi kebaikan.

Ibu panti hanya dapat melihat tangis dan tawa Septa dari jauh. Dia sebenarnya tahu kabar apa yang akan dibawa oleh putri satu-satunya itu.

"Septa, anakku kamu minum dulu kemudian istirahat ya," ucap ibu Riana sambil mengelus kepala Septa yang nampak lelah menghadapi hidupnya.

"Iya bu." Septa kemudian berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih, meminumnya dan kemudian memijat kepalanya dan batang hidungnya.

"Istirahat nak, lepaskan dulu penatmu." Tak ada jawaban dari Septa, ia hanya memandang sebentar ke wajah ibunya dan kemudian menganggukkan kepalanya dan berlalu melewati ibunya. Dia berjalan menuju kamar tidurnya.

Septa menutup pintu kamarnya, dia menyandarkan tubuhnya di balik pintu dan kemudian menumpahkan segalanya dengan tangisnya. Dia menangis dalam diam mencoba mengeluarkan segala emosinya. Hari ini dia gagal dan dilecehkan oleh pewaris Wiyatama. Septa berjalan menuju tempat tidurnya kemudian dia memeluk boneka kelincinya.

"Hai my Honhon ... gimana kabarmu hari ini? Kabarku amat buruk. Hariku sangat buruk. Aku bertemu dengan dokter tampan itu lagi. Awalnya aku ingin meminta maaf atas yang aku lakukan padanya. Tapi tahukah kamu, dia bahkan tidak mau berbicara padaku. Aku tahu ini salahku tapi entahlah dia terlalu sombong. Kebencianku bertambah ketika dengan seenaknya dia menciumku. Mencuri ciuman pertamaku. Ahhh ... aku kesal," ucap Septa sambil memukul-mukul guling yang dia peluk. Septa berkali-kali meluapkan kekesalan dan kesialannya di hari ini dengan menangis dan memukul-mukul tapi sepertinya tidak ada gunannya karena semakin keras dia mencoba semakin kuat ingatannya tentang kejadian tadi di kantor Wiyatama.

***

Septa membuka matanya yang sangat berat. Dia memandang kearah jam dinding yang sudah menunjukkan jam empat sore. Sepertinya dia tertidur nyenyak setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk menangis dan juga menyesali apa yang dia perbuat. Andai saja waktu bisa diulang atau mungkin dia bisa meminjam mesin waktu yang di miliki Doraemon, dia pasti akan memperbaiki apa yang telah dia lakukan. Setidaknya dia tidak akan mencari masalah dengan orang nomor satu dijajaran pewaris perusahaan terbesar di negara ini.

Dengan langkah malas dan kuapan yang sesekali menghampiri mulutnya, Septa berjalan menuju kamar mandi. Dia ingin membersihkan tubuhnya juga berharap mampu membersihkan harinya yang nampaknya lumayan sial hari ini. membuka pintu kamar mandi, dia langsung berhadapan dengan cermin. Septa mendekati cermin itu dengan gerakan yang cepat dan dipenuhi emosi dia menggosong-gosokan tangannya di bibirnya.

"Dasar bibir sialan ...," amuknya yang membuat bibirnya memerah. "Aku tidak perduli kamu sobek atau terluka, yang penting jejak bibirnya hilang dari dirimu."

Ahhhhh ... terdengar teriakan kemudian, sepertinya Septa sangat memahami bahwa dia tak akan mampu menghilangkan jejak bibir dari lelaki tampan di negeri ini walaupun dengan memotong bibirnya. Dia menyerah 'Seharusnya kamu bangga karena banyak wanita yang menginginkan bibirnya tapi tak dapat,' pikir Septa. Septa mulai mengusir pemikiran aneh itu dari dirinya. Sepertinya dia harus segera menyiram kepalanya dengan air dingin atau air es agar otaknya terkejut dan kembali ke posisi yang semula. Tak seharusnya dia bangga telah berciuman dengan lelaki mesum itu.

Septa segera mandi dan mulai membalurkan sabun keseluruh tubuhnya. Berusaha menikmati pijatan busa yang lembut diseluruh tubuhnya. Selangkah lagi rasa penatnya hari ini akan hilang, tapi sepertinya Septa harus kembali merasakan ketegangan ketika di sela-sela waktu mandinya dia mendengar suara rebut-ribut di luar. Dengan cepat Septa menyiramkan air di tubuhnya. Dia amat mengkhawatirkan keadaan anak-anak panti. Septa membalutkan tubuh telanjangnya dengan kimono handuknya, berjalan tergesa-gesa ke luar kamarnya dan menuju depan rumahnya.

MataSepta terbelalak kaget     

TBC

apa yang akan terjadi?

Thanks votementnya 😙

Continue Reading

You'll Also Like

6M 643K 47
"Kamu kenapa belum nidurin saya?!" "Maksud bapak apa ya?!" "Ma-maf, maksudnya nidurin anak saya." **** Anya memilih kabur dari rumah daripada di jod...
56.1M 3.3M 102
Telah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang lebih bagus penulisannya bisa beli bukuny...
447K 48.9K 96
Sang CEO tampan mahabenar akhirnya mantu di usia yang masih thirty something, satu anggota keluarga baru akhirnya hadir. Tapi pekerjaan rumahnya belu...
56.8K 5.4K 19
lah kok jadi manusia?-Lee Heeseung 2024