You've Fallen For Me (FF_Sehu...

By chocaolate_12

15.2K 1K 94

Cast : Oh Sehun (Exo) Oh Hayoung (A pink) Support Cast : Suho (Exo) Eunji (A pink) Hyuna (4minu... More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Bukan Update
Siapa yang setuju cerita ini dilanjut?
Part 10

Part 9

665 60 8
By chocaolate_12

~1 weeks later~

Sehun

@Nami Island

Keadaan sudah kembali normal. Aku dan Hayoung sudah kembali pada rutinitas-syuting drama yang sempat tertunda karena kejadian waktu itu. Hubungan kami juga mulai membaik, meskipun terkadang Hayoung masih agak jutek, tetapi tak ada lagi perdebatan atau keributan kecil di antara kami.

Aku segera meregangkan tubuh seraya merentangkan kedua tangan lebar-lebar begitu sutradara Chang berteriak, "Cut! Break satu jam untuk persiapan scene terakhir!"

Akhirnya, setelah hampir seharian harus mengulang take dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, aku bisa beristirahat sejenak. Aku baru ingin beranjak dari lokasi syuting ketika melihat Eunji-noona tergesa-gesa menghampiriku.

"Untukmu," ucapnya seraya menyodorkan sebuah kotak bekal berukuran sedang ke depanku.

"Heh?"

"Sudah hampir waktu makan siang," jelas Eunji-noona seraya meraih tanganku dan memaksa agar aku menerima kotak bekal itu. "Makanlah. Hayoung sengaja membuatkannya untukmu."

Aku menatap Eunji-noona dengan alis terangkat, heran. Ada apa ini? Tumben sekali gadis itu berbaik hati membuatkanku bekal. "Kenapa tidak dia sendiri yang memberikannya kepadaku?"

Eunji-noona malah mendesah. "Kau seperti baru mengenalnya saja. Gadis dengan gengsi tinggi seperti dia mana mau terang-terangan memberikanmu makanan buatannya, apalagi melihat histori hubungan kalian sebelumnya yang tak pernah akur."

Ah, ya, benar juga. Gengsi seorang Oh Hayoung itu terlalu tinggi sampai-sampai mengalahkan ketinggian Namsan Tower. Hahaha. Aku baru ingin mengalihkan pandangan, mencari keberadaan Hayoung ketika mendengar nada dering di ponselku. Aku buru-buru mengucapkan terima kasih kepada Eunji-noona, lalu beranjak pergi darinya begitu melihat ada nama Hyuna di layar ponsel.

"Ya, Hyuna-yah?" jawabku setelah berjalan cukup jauh dan dirasa cukup aman untuk menerima telepon ini. "Ada apa?"

"Hun-ah, jeongmal bogoshipoyeo." Ah, suara manja yang sangat kurindukan....

"Aku juga merindukanmu, chagi," balasku dengan suara penuh kelembutan.

Suara Hyuna semakin terdengar senang saat dia bertanya, "Bisakah kita bertemu, Hun-ah?"

Aku mengembuskan napas panjang. Tak tega rasanya menjawab keinginannya yang sudah pasti tak bisa kupenuhi untuk saat ini. "Mianhae, tapi aku tidak bisa. Masih ada beberapa scene lagi yang harus kulakukan, chagi."

"Sebentar saja, Hun-ah," pintanya agak mendesak. "Kumohon. Ini sangat penting, Hun-ah. Aku sangat-sangat membutuhkanmu."

Aku mengusap wajahku, mendadak frustasi, apalagi mendengar suara gadis itu yang berubah memelas. Aigoo! Apa yang harus kulakukan? Meskipun aku sedang break, tetapi aku tetap tak bisa menemuinya. Ini di Chuncheon bukan Seoul! Butuh waktu kurang-lebih empat jam untuk bisa kembali ke sini, itu pun belum terhitung dengan waktu pertemuanku dengan Hyuna yang tak cukup hanya memakan waktu beberapa menit saja." Begini saja, chagi. Setelah syuting hari ini selesai, aku akan segera menemuimu, arraseo?"

Hening. Tak ada tanggapan apa pun dari Hyuna.

"Chagi?"

Masih belum terdengar apa pun dari suara di seberang dan aku tahu itu tandanya Hyuna mulai merajuk.

Aku mencoba taktik lain. "Hyuna-yah...." Aku pura-pura mendesah lelah. Biasanya seorang gadis akan mudah luluh kalau sudah mendengar suara kekasihnya putus asa. "Kumohon, mengertilah-"

"Memangnya selama ini kau pikir aku tidak mengerti kesibukanmu, huh?!" Tiba-tiba Hyuna berteriak, mengejutkanku. "Sebanyak apa pun kegiatanmu dan tak selalu ada untukku, apa aku pernah mengeluh?!" Suaranya berubah pelan, hampir terisak. "Terkadang aku penasaran, Hun-ah. Sebenarnya kau ini mengganggapku apa? Apa benar aku ini kekasihmu?"

"Hyuna-yah, maaf. Maafkan aku." Kepanikan tiba-tiba melandaku. Aku tak pernah mendengar Hyuna bereaksi seperti ini hanya karena aku meminta pengertiannya. Dia pasti benar-benar membutuhkanku, tetapi apa yang bisa kulakukan? Aku tak mungkin meninggalkan pekerjaanku begitu saja. Aku tak ingin membuat masalah baru dengan kabur di tengah-tengah syuting. Akhirnya kuputuskan untuk berbohong. "Baiklah. Tunggu aku di sana." Setelah berhasil menenangkannya, aku bergegas mencari Suho-hyung.

**

Hayoung

Diam-diam aku tersenyum melihat Sehun asyik melahap isi kotak bekal yang diberikan Eunji-eonni beberapa menit lalu. Syukurlah. Setidaknya hanya itu yang bisa kuberikan sebagai ucapan terima kasih karena telah menjengukku waktu itu. Terlihat sepele, memang. Untuk apa aku membuang-buang waktu membuatkannya makanan, seolah-olah dia adalah orang spesial di hidupku. Ah, entahlah. Yang jelas aku tidak suka berhutang budi kepada orang lain, apalagi jika mengingat kejadian di pavilion-aku merasa dia seakan membelaku ketika Kyungsoo-oppa menyebutku gadis sok tahu.

Aku mendesah, lalu bangkit dari kursi singgahsana-read:kursi lipat-berjalan di sekitar tepi danau menuju sebuah meja piknik yang dihiasi dua boneka salju buatan yang sedang berciuman. Sejenak aku duduk dan terdiam di sana, membiarkan angin musim gugur memainkan anak rambutku yang tidak terikat sempurna. Pandanganku menerawang jauh ke depan, sementara pikiranku tidak terpusat di sana. Ingatan saat Kyungsoo-oppa mengirimkanku sebuket mawar putih kembali muncul dalam pikiranku.

Ya, beberapa hari lalu, seseorang yang mengaku sebagai asisten manajernya Kyungsoo-oppa datang ke apartemen dengan membawa sebuket mawar putih. Katanya, bunga itu dari Oppa sebagai permohonan maafnya kepadaku. Jujur, sebenarnya aku sangat kecewa. Mengapa dia hanya mengirimkan bunga, apalagi sampai diwakilkan oleh orang lain dan bukannya meminta maaf secara langsung?

Entah sejak itu atau bukan, tetapi satu hal yang pasti, perasaanku terhadapnya mulai memudar-ah tidak-maksudku langsung memudar. Selama ini ternyata aku telah salah menilainya, salah memilih seseorang untuk dicintai. Kyungsoo-oppa yang sebenarnya bukanlah sosok gentleman, melainkan hanyalah seorang pengecut yang bahkan untuk meminta maaf saja tak bisa dia lakukan sendiri.

"Ck ck ck, ternyata seorang Oh Hayoung hobi melamun juga ya?"

Suara yang tiba-tiba terdengar di tengah kesunyian danau membuatku tersentak keras, membuyarkan bayang wajah Kyungsoo-oppa dari kepalaku. Aku mengangkat wajah dan langsung menemukan sosok Sehun sedang berjalan mendekat, lalu dia mengulurkan tangan kanannya, menyodorkan sebuah kotak bekal berwarna merah ke depanku.

"Gomawo," ucapnya singkat seraya tersenyum. "Sushi buatanmu enak sekali."

Wajahku tiba-tiba menghangat di kala dinginnya suhu sore ini. Aku menerima kotak bekal itu dan balas tersenyum singkat, seolah pujiannya tadi tak memiliki efek apa pun pada diriku.

"Mengapa kau tak pernah bilang kalau ternyata kau jago memasak?" tanyanya dengan tatapan ada udang di balik batu alias memiliki maksud terselubung. Kini dia telah duduk berhadapan denganku.

"Apa urusannya sampai harus bilang-bilang dulu kepadamu?" tanyaku acuh tak acuh.

Sehun malah terkekeh. "Tentu saja aku bisa meminta bantuanmu untuk membuatkanku makanan."

"Memangnya aku ini pembantumu?!" semprotku sambil melotot ke arahnya. Huh! Apa kubilang! Dia pasti punya maksud tertentu di balik sikap sok manisnya itu. "Minta sana sama kekasih tersayangmu itu!"

Kali ini kulihat Sehun malah tertawa pelan. "Hyuna tidak bisa masak," jelasnya, seolah-olah kenyataan itu adalah hal yang paling lucu. "Kalau pun bisa, mungkin hanya masak ramen instan saja. Hahaha...."

Sesaat aku memperhatikan ekspresi wajah Sehun yang berubah berbinar hanya karena membicarakan Hyuna. Ekspresi yang persis sama yang pernah ditunjukkan Kyungsoo-oppa dulu ketika aku bertanya apa yang dia sukai dari gadis itu. Ah, andai saja ada seseorang yang bisa bersikap seperti ini ketika membicarakanku. Aku sangat iri pada Hyuna. Padahal dia hanyalah gadis biasa, tetapi bisa dicintai oleh dua aktor yang selalu memperjuangkannya, bahkan meski salah satu di antaranya ada yang kalah, dia tetap akan dicintai dan disayangi sepenuh hati.

"Oh Hayoung-ssi? Oh Hayoung-ssi?"

Aku terkesiap saat tersadar kembali dari lamunan dan melihat tangan Sehun sedang melambai-lambai pelan di depan wajahku.

"Kau melamun?"

"Tidak!" bantahku salah tingkah, apalagi ketika tiba-tiba saja dengan gerakan cepat dia mengulurkan sebelah tangannya, lalu menyentuh pipi kananku dan mencubitnya pelan dengan ekspresi gemas.

Lagi-lagi wajahku menghangat-mungkin sudah merona kalau saja aku tidak cepat-cepat mengalihkan pandanganku ke arah Eunji-eonni yang sedang berjalan menghampiri kami. "Sepertinya syuting akan dimulai kembali," kataku cepat sambil bangkit berdiri. "A...aku duluan."

Dan, aku segera kabur dari sana tanpa menunggu balasannya.

**

Sehun

~2 hours later~

Aku tak berkedip ketika melihat Hayoung keluar dari dressing room, mengenakan gaun pengantin warna putih selutut dengan hiasan detail aksen embroidery bunga berlengan pendek. Veil yang melekat sepanjang punggungnya selaras dengan siluet gaun itu yang terlihat mewah. Cantik. Dia benar-benar cantik meskipun bertolak belakang dengan riasan wajahnya yang sengaja dibuat pucat.

Ya, dresscode yang dipakai Hayoung saat ini memang ada kaitannya dengan scene terakhir hari ini. Sesuai script, Hayoung akan berakting sebagai pengantin wanita yang sedang sekarat karena penyakit kardiomiopati iskemik(kelemahan pada otot jantung yang disebabkan pengiriman oksigen yang tidak memadai ke miokardium dengan penyebab paling umum adalah penyakit arteri koroner)-nya. Sudah satu tahun dia menyembunyikan kenyataan yang pada akhirnya diketahui oleh Jinyoung-peranku di sana-ketika Hayoung mendapat serangan. Sebagai kekasih yang sangat mencintainya-aku ingin membuat dia bahagia karena dalam episode sebelum-sebelumnya, aku terlalu cuek padanya-bahkan sempat meyakiti hatinya dengan berselingkuh dengan wanita lain.

Saat kudengar sutradara Chang meneriakkan kata action, kami pun langsung siap beradu akting. Kami memulai adeganku yang terlihat panik karena melihat Hayoung mendadak berhenti berlari dan malah memegangi dadanya (dalam scene sebelumnya, ceritanya Hayoung sedang meledekku dan aku segera mengejarnya sambil tertawa bersama).

"Chagi! Gwenchanayo?" Kugenggam erat tangan Hayoung yang masih berakting kesakitan. "Apa dadamu sakit? Ayo kita pergi ke rumah sakit sekarang."

Namun Hayoung menggeleng. Dia melirikku yang masih menatapnya, panik. Tak lama dia langsung melingkarkan kedua tangannya ke pinggangku. "Kena kau!"

"Jadi kau hanya-"

"I miss you so much," Hayoung tiba-tiba memotong kalimatku. "Aku sudah lama menunggu momen-momen seperti ini kembali." Selama beberapa saat dia tak lepas menatapku. Dia mengangkat sebelah tangannya dan mengelus pipiku dengan lembut. Seakan terhipnotis, aku mulai mencondongkan wajahku mendekati wajahnya. Tak lama kemudian dia memejamkan mata, siap menerima apa pun yang akan terjadi, sampai akhirnya adengan kissing pun terjadi.

Satu hal yang aku sukai saat bekerja sama dengan Hayoung adalah dia bisa berubah seratus delapan puluh derajat menjadi orang lain. Aktingnya itu sangat-sangat baik, apalagi jika sedang mendapatkan adegan marah-marah atau mellow seperti saat ini. Terkadang hanya dengan sekali take, dia sudah bisa menyelesaikannya.

Hayoung benar-benar mendalami aktingnya. Selama beberapa menit dia hanya terdiam membiarkan bibirku terus menempel di bibirnya. Adegan kissing kali ini memang berdurasi cukup lama karena di sinilah klimaks dari drama terbaru kami. Dalam adegan ini diharapkan para penonton bisa ikut terbawa perasaan dari para tokoh, terutama tokoh wanitanya yang begitu mencintai kekasihnya, bahkan di saat kelemahan mulai merenggut dirinya.

Hayoung mulai membuka mata dan melepaskan bibirnya, lalu dia berkata dengan suara lemah, "Aku sangat bahagia, Jinyoung-ah." Air mata mulai mengalir jatuh dari kelopak matanya. Benar-benar air mata. Bukan obat tetes yang biasanya digunakan untuk menciptakan air mata palsu.

"Jika kau bahagia mengapa kau menangis?" Kuhapus air mata itu secara hati-hati.

Di sela-sela akting rasa sakitnya, dia memelukku.

Dan, "Oke, cut!" Teriakan sutradara Chang dan suara tepuk tangan dari beberapa kru mengembalikan kami ke kehidupan nyata. "Kita lanjut ke scene berikutnya," perintahnya tegas, tetapi tetap tak bisa menyembunyikan senyum di bibirnya saat menatap kami berdua bergantian. "Sehun-ssi, Hayoung-ssi, pertahankan chemistry kalian." Sementara dia berlalu, aku dan Hayoung hanya bisa berpandangan.

**

Hayoung

~ 3 hours later~

@Seorae Galmaegi

Daebak! Baru kali ini, syuting bisa lebih cepat dari perkiraan. Setelah aku dan Sehun menyelesaikan scene terakhir kami untuk episode beberapa minggu mendatang, semua langsung bersiap-siap kembali ke Seoul karena sutradara Chang berjanji akan mentraktir makan malam. Ya, semuaaaaa, para pemain dramanya yang utama, pendukung, figuran maupun pengganti, para kru, tim wardrobe, make up artists, termasuk pembantu umum yang mempersiapkan kebutuhan kru lainnya dan juga para asisten kami.

Tentunya tak sedikit dari kami menggunakan kesempatan ini untuk minum-minum sembari menikmati potongan daging panggang, melepaskan penat dari kegiatan rutinitas. Bahkan, peringatan sutradara Chang sebelumnya yang meminta kami untuk tetap bisa mengontrol diri dan tidak sampai mabuk, tidak dihiraukan oleh beberapa di antara kami. Lihat saja sekarang, mereka mulai meracau tidak jelas, ah termasuk Oh Sehun.

"Cukup, Sehun-ssi. Kau sudah mabuk!" Aku ingin merampas gelas berisi soju dari tangannya, tetapi dia lebih cepat menjauhkannya dari jangkauanku.

Sehun menatapku dengan mata disipitkan, lalu tersenyum lebar, terlalu lebar, bahkan. "Yaa! Kata siapa aku sudah mabuk? Aku belum mabuk," bantahnya, kembali menenguk cairan bening itu hingga habis. "Kalau aku mabuk, aku tidak akan mengenalimu." Dia lalu memutar-mutar telunjuk di depan wajahku. "Kau, Oh Hayoung, kan?"

Aku meringis melihatnya bertingkah konyol seperti itu. Bagaimana bisa Hyuna menyukai lelaki seperti ini? Kulihat dia meraih sebotol soju lagi dan mengisi gelasnya hingga penuh, lalu kembali menenguk cairan itu lagi. "Yaa!" Aku merampas botol soju itu darinya dan melotot. "Sudah hentikan!" Kualihkan pandanganku ke sekeliling, mencari sosok Eunji-eonni bermaksud meminta bantuannya, tetapi tak kusangka dia juga mabuk, bahkan sudah tertidur, dengan keningnya menempel di atas meja.

Bagaimana ini? Kalau bukan Eonni yang kuminta bantuan, lalu siapa lagi? Di antara kami semua yang ada di sini, mungkin hanya tersisa lima atau enam orang, termasuk aku saja yang masih dalam keadaan sadar dan semuanya terlihat sibuk menangani dan berusaha menyadarkan teman-teman di sekelilingnya yang mabuk.

"Oh Hayoung-ssi...."

Kualihkan kembali perhatianku pada Sehun yang baru saja memanggilku.

"Kau mau tahu satu rahasia dariku tentangmu?" tanyanya, memandangku tidak fokus, sementara salah satu sudut bibirnya terangkat.

"Apa?" Aku balas bertanya acuh tak acuh.

"Kau sangat cantik saat menggunakan gaun putih tadi sore," jelasnya sambil terkekeh. "Aku juga suka aktingmu, apalagi dengan ciuman kita. Hehehe...."

Mataku seketika melebar. Terlalu syok dengan kalimat terakhirnya barusan. Oh! Dia benar-benar sudah kehilangan kesadarannya! Aku tidak bisa membiarkannya lebih lama lagi. "Di mana Suho-oppa sekarang?!" Aku baru sadar belum melihatnya lagi sejak siang tadi di pulau Nami. "Dia harus segera membawamu pergi dari sini."

"Suho-oppa?" Awalnya Sehun mengerutkan keningnya bingung, tetapi tak lama kemudian dia mengerti dan malah tersenyum aneh. "Aaaah, Hyung, maksudmu?"

Aku hanya mengangguk.

"Hyung...." Dia menggelengkan kepala dengan cepat, seolah ingin mengibaskan rasa mabuknya. "Dia sedang mewakiliku menemui Hyuna." Dia nyengir, lalu menunduk.

Giliranku yang mengerutkan kening. "Mewakilimu?"

Namun dia tidak menjawab dan kembali ingin mengambil gelasnya kalau saja aku tidak cepat bergerak.

"Sudah cukup. Kau sudah sangat mabuk dan aku tidak ingin kau merepotkanmu lebih dari ini." Ugh! Kapan sih hidupku bisa terlepas dari namja menyebalkan satu ini?! Kenapa dia hobi sekali membuat hidupku susah?!

Sehun memandangku dengan pandangan nanar, lalu tiba-tiba saja dia berkata, "Kau cantik, Hayoung-ssi."

Eh?! Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, merasa yakin sudah salah dengar. Sesaat kemudian, kulihat tangannya bergerak menggapai-gapai, seolah memintaku untuk mendekat ke arahnya. "Apa lagi?!"

Namun Sehun tidak menjawab dan tetap menggerakkan tangannya, kali ini agak tidak sabar.

Aku berdecak pelan, tetapi tetap menuruti permintaannya dan mencondongkan tubuhku ke depan. "Ap-"

Dan segalanya terjadi begitu cepat dalam sekejap mata. Yang kusadari sedetik kemudian adalah bibir Sehun telah menempel sempurna di bibirku. Ciuman ini membuat tubuhku mendadak kaku, seakan dunia berhenti untuk sementara waktu. Aku menahan napas, sementara jantungku berdebar kencang. Ap-apa-apaan ini? Seribu satu hal yang sempat kupikirkan mendadak lenyap, sebelum kemudian aku tersadar dan segera mendorong tubuh Sehun hingga dia terjungkal ke belakang. "Yaa! Apa yang-" Namun lagi-lagi kalimatku terhenti ketika melihat matanya sudah terpejam bersamaan dengan suara dengkuran halus yang keluar dari mulutnya.

Urgh! Sial! Dia malah tertidur pulas!

Awas saja kau Oh Sehun!!! Lihat apa yang akan kulakukan ketika kau sudah sadar dari mabukmu!!

**


Maaf ya kalo ceritanya kurang greget😊🙏

Continue Reading

You'll Also Like

718K 57.9K 62
Kisah ia sang jiwa asing di tubuh kosong tanpa jiwa. Ernest Lancer namanya. Seorang pemuda kuliah yang tertabrak oleh sebuah truk pengangkut batu ba...
83.8K 8K 32
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
202K 21.8K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
132K 13.1K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...