[Hiatus] Random [Author's Boo...

Από Healerellik

1.6K 198 900

Isinya hanyalah fanfict acak yang kemungkinan besar merupakan request/dare. Dan hak cipta kembali ke masing-m... Περισσότερα

The Fate
That's
A Rain
Reply
The Magazine
Jealous
Dark Side
Truth Or Dare?
Our Stories
Truth Or Dare? (2)
Truth Or Dare? (2): Omake
Misunderstanding
Partner War
The Fate: A Rainbow After Rain
Your (Un)Secret Admirer
A Rain: Recycle
From One Mistake
The Camping Insident
My Song For You [Aisozou Version]
About Author [So OOT. Don't Read if You Won't]
My Song For You [Shuuna Version]
The New Things About You
Because You Are A Part Of Me
Let Me Take Care of You
[OOT] Maybe Interesting for You
[OOT] Ask Your Opinion
It's Not Only About Her
Say It!
Never End
Siblings?
Catoptric Tristesse
[OOT] Novelet Fanfiction
I'm Here For You
The New Things About You (2)

Ganbatte!

53 9 23
Από Healerellik


[Midorima Shintarou X Asakura Haruka]

.

Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki and Asakura Haruka

Plot is mine.

And happy reading!

.

.

.

"Shin-chan! Ayo kita pergi latihan! Atau Ootsubo-senpai akan menghukum kita!" teriak Takao dengan semangat. Midorima hanya menganggukinya dengan sekali gerakan. Setelah ia mengemasi segala macam miliknya, ia pun segera menyusul Takao menuju gym olahraga.

Kebetulan mereka berdua melewati sebuah mading yang terlihat penuh oleh orang-orang. Karena penasaran, akhirnya mereka pun menanyakannya pada orang-orang di sana.

"Permisi, Senpai. Kenapa ribut seperti ini?" tanya Takao dengan sopan.

"Ah, kebetulan di sini tertulis sepuluh besar pemenang Lomba Menulis tingkat Nasional. Katanya sih, ada beberapa orang dari sekolah kita." Lelaki itu menunjuk sebuah kertas pengumuman yang dtutupi oleh orang-orang yang saling berdesakan.

Midorima menolehkan kepalanya ke arah mading itu. Dengan tubuh tingginya, ia tak perlu ikut berkerumun. Sedikit menyipit, akhirnya ia berhasil melihat lima nama teratas. Dan hanya satu nama yang fokus memasuki pikirannya. Asakura Haruka.

Syukurlah, nanodayo. Dia lolos ke tingkat nasional. Batin Midorima begitu melihat nama Asakura ada di peringkat kedua.

Takao yang melihat senyum simpul sang sahabat hanya bisa membatin juga. Tanpa ia bertanya, ia sudah tahu apa dan siapa yang menyebabkan raut dingin itu menghangat. Teriring dengan senyum, akhirnya ia pun merangkul Midorima untuk segera berlari menuju gym. Terlambat rupanya.

*****

"Wah, omedettou, Asakura-san! Kau hebat sekali bisa memenangkan lomba menulis itu! Masuk tiga besar lagi!"

"Ah, sankyu." Asakura hanya tersenyum kecil begitu mendengar seorang temannya yang begitu heboh akan kemenangannya. Jujur saja. Bahkan Asakura sendiri tidak pernah menyangka akan mendapatkan hal seperti ini. Namun ketika ia dipanggil secara khusus ke ruang kepala sekolah kemarin, akhirnya ia pun sadar. Ini kenyataan.

Asakura tersenyum kecil begitu melihat amplop cokelat besar berisi sebuah piagam di mana namanya tertera itu. Juga sebuah amplop putih berisi uang yang tak kan habis dalam waktu sebulan berada dalam genggamannya.

Namun bukan itu semua yang dimaksud. Ia memikirkan tentang perjuangan yang ia lakukan demi meraih kedua benda itu. Dan, lagi-lagi ia tersenyum simpul ketika mengingat semuanya.

Flashback on.

Seminggu lalu...

"Argh! Ini menyebalkan sekali!" keluh Asakura di depan laptopnya. Hari sudah menjelang sore dan ia masih juga berada di sekolah. Dan hanya ia seorang yang berada di kelas 2-2 ini.

Akar masalah dari semua ini adalah ketika wali kelas mereka mempercayai dirinya untuk mewakili kelas ikut dalam sebuah lomba menulis nasional. Bukan karena apa. Namun karena di kelas mereka, Asakura-lah satu-satunya anggota mading yang kemampuan menulisnya sudah tak diragukan lagi.

Asakura mengembuskan napas kala mengingat semua itu. Protes pun percuma karena ia sendiri sudah mengangguki hal itu dengan sukarela. Namun siapa sangka jika ternyata tema tulisan kali ini benar-benar menguras habis kantong imajinasinya?

Akhirnya, ia pun memilih untuk membereskan barang-barangnya dan segera meninggalkan sekolah. Siapa tahu di rumah ia akan kehujanan oleh inspirasi antah berantah.

*****

Keesokannya ...

"Miyaji-kun, apa ini?" tanya Asakura begitu ia diangsurkan sebuah amplop berwarna hijau lembut.

"Ambil saja. Ada orang yang menitipkan ini untukmu tadi," ucap Miyaji Yuya. Kemudian ia segera berlalu dari Asakura. Tanpa disadari gadis itu, Miyaji tersenyum kecil.

Setelah Miyaji pergi, Asakura pun membuka amplop yang memiliki gambar di ujung pembukanya. Entah Asakura salah lihat atau apa. Namun ia yakin, kalau gambar di ujung itu adalah gambar bunga sakura.

Secarik kertas ia tarik dari sana. Perlahan, dibukanya lipatan itu dan menemukan sebuah ... puisi?

Maafkan aku yang tak pandai berkata-kata

Namun hanya ini yang bisa kubagi di kala dirimu berduka

Maafkan aku juga yang tak tahu apa-apa

Namun turut mencampuri walau kau tak suka,

Asakura ...

Entah apapun masalah yang tengah kau ampu

Percayalah, kau lebih kuat dari kelam itu

Jangan biarkan dirimu larut dalam kekalahan semu

Sebab kemenangan di ujung usaha menantimu

Hey, ganbatte selalu!

Asakura mengerjap sebentar. Lalu membongkar kertas beserta amplop itu. Tak ada satu pun kata yang menunjukkan identitas pengirimnya. Namun, ketika menyadari amplopnya yang berwarna hijau lembut, ia pun segera tahu.

"Arigatou," bisiknya pelan.

Flashback off.

Dan yah, bisa dibilang karena puisi –tepatnya pengirimnya– itu, Asakura pun seolah mendapatkan imajinasi baru hingga ia berhasil menuntaskan tugas yang diamanatkan padanya. Dengan sangat baik.

Asakura segera memasukkan kedua benda itu ke dalam tasnya. Kemudian, dengan hati yang riang, ia menuju koperasi sekolah.

*****

Di gym...

Sudah sepuluh kali menembak dan tidak ada yang meleset sama sekali. Bisa dibilang mood Midorima kali ini sangatlah bagus hingga membuat seluruh tembakannya bahkan tak menyentuh ring sama sekali.

"Hey, hari ini ada yang aneh sepertinya," ucap Ootsubo Takeshi seraya men-dunk bola yang ia pegang.

"Kau benar, Ootsubo! Gym hari ini rasanya cerah sekali." Kali ini, giliran Miyaji Kiyoshi yang mengatakan hal itu. Matanya melirik ke arah Midorima yang membelakangi mereka semua.

Takao yang menyadari hal itu pun ikut-ikutan nimbrung. "Kau benar, Senpaitachi! Menang di nasional sih."

Sindiran keras dari Takao hanya ditanggapi dingin Midorima. Tangannya terus saja menembak bola-bola yang ada di keranjang. Namun percayalah, ia tengah tersenyum hangat saat ini.

Flashback on.

Seminggu lalu ...

Piket hari ini menyebabkan Midorima agak sedikit terlambat pulang. Alhasil, ia pun pulang bersama matahari. Seraya membawa lucky item-nya kali ini –sebuah bolpoin–, Midorima menaiki tangga menuju kelas 2 yang terletak di lantai dua. [A/N: Jangan tanyakan alasannya. Kalian sudah tahu.]

Langkahnya terhenti ketika mendengar pekikan tertahan dari dalam ruangan dengan papan bertuliskan 2-2. Dengan hati-hati, ia menengok ke dalam sana dan mendapati seorang gadis yang tengah menelungkupkan wajahnya di depan sebuah laptop. Rambut hitam kemerahan milik si gadis seolah terbakar matahari senja. Dan jujur saja. Midorima menikmatinya.

Namun, seketika ia menyadari sesuatu. Gadis itu terlihat sedikit tertekan kali ini. Ada apa?

Belum sempat Midorima menemukan jawaban, gadis itu sudah akan beranjak dari tempatnya. Melihat itu, segera saja ia berlari meninggalkan lantai dua. Bukan karena apa. Namun seorang tsundere tentu akan sangat malu jika ketahuan mengintip seperti itu. Iya kan?

*****

Malam harinya, setelah berdebat batin hampir sekian lama, Midorima pun memutuskan untuk menelepon kenalannya di kelas 2-2. Jujur saja. Ia sudah sangat penasaran akan apa yang terjadi pada gadis itu.

"Moshi-moshi ... Midorima? Ada apa kau meneleponku? Tumben sekali," ucap suara di seberang.

"Hem... aku hanya ingin bertanya, nanodayo."

"Kau ingin menanyakan apa?"

"Bisakah kau memberitahuku apa yang terjadi pada Asakura, nanodayo? Bukan berarti aku peduli. Namun hari ini ia terlihat sedikit aneh, nanodayo." Dan sayangnya, Midorima tidak bisa menyembunyikan kegugupan dari nada suaranya.

Suara di seberang yang mendengar hal itu hanya terkekeh kecil. "Dasar Tsunderima! Bilang saja kalau kau mengkhawatirkan gadis itu. Tenang saja. Ia terlihat aneh karena sedang memikirkan lomba menulis yang ia ikuti."

"Lomba menulis?"

"Ya. Yoona-sensei memintanya untuk mewakili kelas di lomba tersebut. Yang kutahu, itu sampai di tingkat nasional."

Setelah mengetahui hal itu, entah mengapa Midorima ingin membantu Asakura. Namun, ia ingin bantuan secara tersirat.

Diliriknya bolpoin dan kertas yang ada lalu diambilnya kedua benda itu. Ia mulai meliukkan bolpoin itu dengan jemarinya. Mulai merangkai kata yang juga beberapa kali ia coret. Tulis dan coret. Begitu seterusnya sampai akhirnya ia mendapatkan sebuah tulisan satu lembar.

Setelah yakin dengan tulisannya itu, ia kemudian mencari amplop untuk membungkusnya. Namun sayangnya, ia hanya menemukan amplop berwarna-warni milik adiknya yang kebetulan saja tercecer di bawah sana. Diambilnya sebuah yang berwarna hijau lembut.

Kemudian, ia mengambil ponselnya. Menekan sebuah nomor dengan cepat. Lalu menempelkannya di telinga kiri.

"Miyaji-senpai, boleh aku meminta tolong padamu, nanodayo?"

Flashback off.

" ... rima!"

"Midorima!"

"SHIN-CHAN!!"

Bugh.

Midorima segera mengaduh begitu sebuah bola basket mengenai tengkuknya. Segera ia membalikkan badan. Dan mendapati teman setimnya yang sedikit beraura gelap.

"Ada apa denganmu, Shin-chan? Dari tadi kami memannggilmu, namun kau tak menengok," ucap Takao sebelum Midorima sempat protes. Dan itu membuat si Shooter bungkam.

"Lupakan hal itu, nanodayo. Ada apa kalian memanggilku?" tanya Midorima seraya membenarkan letak kacamatanya. Ia kemudian mendekati yang lain.

"Tadi ada yang datang ke gym dan menitipkan ini untukmu, Midorima." Ootsubo menyodorkan sebuah kantong berukuran sedang pada kouhai-nya itu.

"Siapa pengirimnya, nanodayo?"

"Buka saja. Kau akan segera mengetahuinya," ucap Miyaji seraya menyampirkan senyum miring.

Mau tak mau Midorima pun membukanya. Terlebih ketika tatapan Takao yang menahan tawa membuatnya semakin penasaran.

"Huh?" Midorima menatap heran pada isi bungkusan itu. Di sana terdapat sebuah gelang berwarna hijau delima sebanyak dua buah. Juga sebuah surat yang langsung dibukanya.

Aku pun tidaklah handal dalam memilah kata

Percayalah, kata-katamu itu lebih bermakna

Oh ya, terima kasih untuk semangat yang kurasa

Kau tahu? Semua ini terjadi karena kau jua

NB: Gelang itu sebagai ucapan terima kasihku. Itu lucky item-mu hari ini kan? Aku sempat melihat acaranya hari ini.

Mau tak mau, sebuah senyum tipis Midorima rajut pada wajahnya. Hanya dengan gambar bunga sakura di ujung kertas, ia sudah tahu siapa pengirimnya. Dan ia sedikit menyesal karena tadi tak dapat berbincang sebentar.

"Apa isinya, Shin-chan?" tanya Takao. Ia segera melongok ke dalam isi kantong yang langsung disembunyikan oleh Midorima di belakang tubuhnya.

"Ciee ... dapat hadiah dari pemenang nasional nih ceritanya," ucap Takao sekali lagi. Kali ini murni untuk menjaili Midorima. Segera saja Midorima mundur ke belakang.

Dan saat ia mundur itulah tak sengaja matanya melirik ke arah lantai dua gym dan mendapati sesosok perempuan berambut hitam kemerahan. Kontan saja dirinya tersenyum –secara tidak sadar– ketika perempuan itu juga mengulas senyumnya.

Arigatou atas semuanya, Midorima/Asakura! Batin mereka bersamaan di tengah senyum yang mereka sampaikan.

.

.

.

Oke... For Asakura_Haruka

Thanks for the inspiration!

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

Asheryan Από ****

Τυχαίο

106K 11.5K 18
[Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar membaca ta...
1.9M 95.8K 41
Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi Dave benci melihat...
844K 59.2K 48
Sherren bersyukur ia menjadi peran figuran yang bahkan tak terlibat dalam scene novel sedikitpun. ia bahkan sangat bersyukur bahwa tubuhnya di dunia...
75.2K 6.1K 21
"kita akan berkeliling wisata nanti saat hesa sudah besar dan papa yang akan menjadi bos di perusahaan agar bisa meliburkan diri mengajak hesa dan ma...