Lollipop's Love

By hanaykstory

22.7K 1.4K 202

Berawal dari Lollipop rasa tomat yang menurutku aneh. Berawal pula dari rasa penasaranku akan rasa dari perme... More

1. Tomato?
2. Holiday
3. Kotoharu Livi
4. Annoying
5. First Kiss
6. Hadirnya Gaara
Bukan Update
7. Tak ada artinya
9. Aku Menemukanmu
10. Berdamai
11. Rumitnya Wanita
12. Festival
13. Siapa?

8. Masa Lalu Ino

1.2K 86 26
By hanaykstory

[Yamanaka Ino]

Aku membaringkan tubuhku diatas ranjang. Rasanya lelah sekali hari ini setelah berkutat dengan beberapa matakuliah tadi.

Ah ya, namaku Yamanaka Ino, saat ini sedang kuliah di Universitas Konoha bersama sahabat sejak kecilku, Haruno Sakura.

Aku memperhatikan apartemen tempatku tinggal selama satu setengah tahun ini. Seperti yang kalian tahu, aku ini berasal dari Tokyo dan sedang kabur ke Konoha.

Kabur? Ya.. aku memang sedang melarikan diri dari masalah yang sempat membuatku nyaris gila. Jika bukan karena Sakura yang selalu menemaniku, mungkin aku sudah gila atau bahkan mati bunuh diri.

Katakan jika aku berlebihan, tapi memang itu yang kurasakan. Jika bukan karena dia dan mereka, mungkin aku takkan berada disini. Aku masih di Tokyo sedangkan Sakura di Konoha.

Aku mengubur kenangan itu dalam-dalam. Mencoba melupakan semua kejadian disana dan menjalani hidupku yang baru bersama dengan kekasihku, Sai. Ah.. dia adalah laki-laki yang kini kucintai meski sebenarnya setengah hatiku masih ada padanya. Pada dirinya yang kini meninggalkan banyak luka.

Flashback

"Selamat atas kelulusanmu, Pig." Aku berlari memeluk sahabat pinky-ku, Sakura.

Hari ini adalah hari kelulusanku. Sebentar lagi, aku akan menjadi mahasiswi di Tokyo International University.

"Sayang.." aku menoleh kearah suara yang sudah sangat ku hafal.

"Kabuto-kun! Kau datang?" Aku memeluknya erat. Dia adalah kekasihku sejak satu tahun lalu. Ia adalah mahasiswa di TIU, kampus tujuanku nanti. Membayangkan kami akan satu kampus membuat jantungku berdegup cepat.

"Tentu sayang. Selamat atas kelulusanmu." Ia mengecup keningku cukup lama.

"Kabuto-kun, ayo kuperkenalkan kau dengan satu-satunya sahabatku." Ia hanya tersenyum ketika aku menariknya mendekat kearah Sakura.

"Sakura, perkenalkan, ini pacarku Kabuto. Kabuto-kun, ini sahabatku, Sakura."

Sakura nampak terdiam sebentar sampai akhirnya ia menerima uluran tangan kekasihku.

"Tolong jaga dia dikampus nanti." Ucap Sakura. Aku menaikkan sebelah alisku.

"Memangnya kau mau kemana, forehead? Kita nanti akan satu kampus kan?"

Kulihat ia menggeleng "aku melanjutkan studiku di Konoha."

"Hah?! Kita akan jarang bertemu, Sakura!"

Kabuto mengusap kepalaku lembut "kan ada aku sayang. Lagipula, kalian bisa bertemu saat liburan kuliah nanti."

Sakura mengangguk, entah kenapa tatapannya seakan sedang menyelidiki Kabuto.

"Apa Karin disana juga?" Tanyaku lagi.

"Kami sekeluarga akan pindah kesana." Mendengar itu, aku hanya menghela nafas berat. Itu artinya satu tahun lagi waktu yang kupunya untuk bersama Sakura.

"Ino-pig, Kabuto-san, aku pamit pulang. Sekali lagi selamat untukmu." Kami kembali berpelukan. Ia pun meninggalkan kami berdua. Aku memeluk Kabuto dari samping.

Setelah hari itu, aku disibukkan dengan persiapan masuk perguruan tinggi. Aku harus belajar mati-matian untuk lolos seleksi masuk TIU yang terkenal ketat itu. Selama itu pula, Sakura selalu membantuku menyiapkan ini itu.

Tak terasa, hari ini adalah hari pertamaku sebagai seorang mahasiswa. Hari ini aku sedang menunggu Sakura di cafe dekat kampus.

"Hai Ino-babi." Sapanya.

"Kau terlambat sepuluh menit, jidat!" Kulihat ia terkekeh ringan.

"Aku sedang sibuk mempersiapkan ujian, tidak seperti kau yang pengangguran." Sakura memang satu tingkat dibawahku. Saat ini, ia sudah berada ditahun ketiganya.

"Banyak alasan."

Kami berdua memesan makanan karena aku benar-benar sudah lapar.

"Jadi, bagaimana hari pertamamu?" Tanya Sakura. Aku tersenyum sombong.

"Kau harus tahu bagaimana enaknya jadi mahasiswa, forehead."

Sakura memutar bola mata "terserah kau. Omong-omong, bagaimana dengan pacarmu?"

"Kau tenang saja forehead, dia baik padaku." Aku tersenyum

"Kalian... sudah satu tahun bukan?"

Aku mengangguk, tak lama pesanan kami datang. Aku dan Sakura menatap lapar makanan dihadapan kami. Tanpa ba-bi-bu lagi, kita berdua makan diselingi beberapa obrolan.

*****

Kabuto-kun
Maaf sayang, aku tidak jadi makan malam denganmu karena ada hal mendadak tentang kampus.

Aku memperhatikan pesan yang baru saja masuk ke ponselku. Ini sudah yang kesekian kali dia membatalkan kencan kita.

Sebenarnya sakit juga mengingat akhir-akhir ini dia jadi susah diajak bertemu. Dikampus pun kami hanya bertemu sebentar.

'Mungkin dia sedang sibuk dengan tugas kuliahnya.'

"Ino-chan, kau mau ikut?" Aku tersadar dari lamunanku dan segera mengangguk.

Aku berjalan bersama teman-temanku menuju kantin. Kami mengobrol banyak hal dan tertawa bersama.

"Ino-chan, kau mau makan apa?" Tanya Saara.

"Hm.. aku mau salad dan jus jeruk saja."

"Ck, apa kau sedang diet lagi? Makan apa kau tadi pagi?" Omel salah satu temanku. Aku hanya cengegesan.

"Sudahlah, aku lapar~" rengekku. Mereka benar-benar seperti Sakura. Bawel!

*****

"Sayang.."

"Kabuto-kun.." sapaku ketika ia masuk kedalam kelasku.

"Uhuk.. uhuk.. ciee yang ditunggu pangerannya" teman-temanku terus saja menggodaku. Bikin malu!

"Bagaimana harimu hari ini, hm? Menyenangkan?" Tanyanya. Ia sempat membalas sapaan teman-temnku.

"Buruk! Terlalu banyak dosen killer hari ini." Aku mengeluarkan suara manjaku. Kulihat ia terkekeh geli dan mengusap kepalaku.

"Duhh.. hot summer!! Panas sekali disini."

"Aku butuh siraman.... rohani!"

"Berharap saja tiba-tiba salju turun mendinginkan panas ini."

Dan masih banyak ocehan-ocehan yang lain. "Kalian menganggu." Omelku.

"Baiklah baiklah kami duluan ya.."

Kabuto menggenggam tanganku lembut "pulang? Atau jalan-jalan?"

"Temani aku makan dulu ya."

Dan.. disinilah kami, di sebuah taman yang cukup sepi. Kami duduk dibawah pohon sambil memakan bekal yang ku bawa dari rumah.

"Kau tau, kita jarang sekali berdua akhir-akhir ini." Rajukku lagi. Ia menyuapi potongan kiwi yang ku bawa.

"Maafkan aku Ino-chan. Aku benar-benar sibuk sekali. Banyak urusan yang mendadak."

Aku masih mengerutkan bibirku sebal. Apa ia tak tahu bahwa aku merindukannya?

Dengan cepat ia mencium bibirku. Memang hanya sekilas tapi sanggup membuat mataku melotot. Ia hanya menyeringai dan kembali melanjutkan makannya.

Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Aku berdiri didepan motornya.

"Baiklah Kabuto-kun, aku harus masuk kedalam. Terima kasih untuk hari ini." Aku mengedipkan sebelah mataku dan segera berjalan hendak menjauhinya.

"Tunggu!"

Bugh!

Aku sedikit meringis saat ia memojokkanku di dinding samping pagar.

"Ada ap- ammhh.."

Kabuto menciumku dengan tiba-tiba. Membelai permukaan bibirku, meminta izin untuk masuk lebih dalam. Aku membuka mulutku dan ciuman kami semakin panas. Lenganku melingkar manis di lehernya, ia mencengkeram kedua pinggulku.

Entah sudah berapa lama ciuman ini berlangsung yang jelas kami sudah beberapa kali berganti posisi seperti saat ini. Kabuto yang kini bersandar pada dinding semakin merapatkan tubuh kami.

"Mmhhh.. aahhh..." desahanku semakin menjadi saat tangannya meraba paha bagian belakangku.

'Ini benar-benar gila!'

Getaran diponselku menghentikan kegiatan kami. Aku langsung mengecup bibirnya sekilas dan berlari masuk kerumah.

Sesampainya dikamar aku langsung mengangkat telepon dari sahabat pinky-ku, Sakura.

"Hai jidat!" Sapaku ceria.

"Berhentilah berciuman didepan rumahku." Ucapnya datar.

Aku yang tadi tiduran langsung duduk seketika. Memang sih tadi ia menurunkanku di rumah Sakura walaupun tidak benar-benar di depan rumahnya. Rumah kami bersebelahan kalau kalian ingin tahu.

"Maafkan aku jidat. Dia duluan yang menciumku dan-"

Tutt.. tutt..

"Ia benar-benar membuatku gila." Lanjutku lagi.

"Sialan kau jidat! Seenaknya saja memutuskan teleponnya. Aku bahkan belum menyelesaikan kata-kataku."

Aku memeluk guling kesayanganku "kami-sama, aku akan bermimpi indah malam ini." Gumamku.

*****

Tak terasa sudah lima bulan aku menjadi anak kuliahan dan sebentar lagi akan naik semester. Aku semakin sibuk dengan tugas-tugas yang menggunung.

Aku bersama teman-teman sekelasku berjalan menuju toilet. Beberapa bulan bergaul dengan mereka membuatku hafal kebiasan berdandan mereka.

Toilet wanita memang cukup besar dengan banyak bilik didalamnya dan sebuah kaca dan wastafel yang sama panjangnya.

Aku membuka pintu toilet dan seketika sebuah suara desahan dari seorang wanita terdengar. Kami seketika terdiam diambang pintu. Maki meletakkan telunjuknya di bibir menyuruh diam. Kami mencoba mempertajam pendengaran kami.

"Ohhh... ahhh... ahhh.. le..bihhh cep...aatthh sayanggg..."

Lucy langsung pergi dari sana disertai beberapa makian. Aku ikut beranjak dari sana dan segera berlari menyusul yang lain

Aku dan kawan-kawannya sampai dikelas.

"Dasar jalang! Apa mereka tidak punya malu melakukannya dikampus terlebih ditoilet wanita?!" Omel Tamao.

"Tapi kira-kira siapa ya mereka? Ah aku penasaran sekali." Aku ikut menyambung dengan semangat.

"Aku ingin sekali kembali kesana tapi sebentar lagi kelas dimulai." Keluh Saara. Yang lain menghela nafas kasar.

"Maki-chan, ada apa?" Tanyaku karena sedari tadi ia hanya diam.

"Aku.. ah tidak. Tidak apa-apa." Ucapnya dengan senyum.

"Suaranya terdengar familiar." Gumamnya pelan yang entah tertuju pada siapa.

.

Aku mendengus kesal. Mataku menyipit kala melihat kekasihku terlambat datang diacara makan malam kita. Sudah sepuluh menit aku menunggu.

"Awas saja sampai-"

Grep!

"Sayang~ sudah menunggu lama hm?" Sepasang lengan melingkar dipinggangku. Tentu saja aku tahu siapa laki-laki kurang ajar ini.

Aku berbalik hendak melihat wajah kekasihku.

"Apa anda ini benar seorang pria?" Tanyaku dingin. Kulihat Kabuto terkekeh geli. 'Dia pikir ini lelucon, huh?'

"Apa kau meragukanku? Aku ini produk berkualitas baik, kau tahu?"

"Tidak ada pria yang membuat sang pujaan menunggu hampir lima belas menit lamanya."

Kabuto menyeringai mendengarnya. Aku kini berada diapartemen Kabuto. Memang ia yang menyuruhku menunggu disini karena ia masih ada matakuliah.

"Baiklah maaf ya sayang~ kau mau apa, hm?"

"Berlutut!" Suruhku padanya. Ia pun tersenyum dan menurut.

"Lalu?"

"Renungkan dan berjanjilah kau takkan mengulanginya lagi! Paham?"

Ia mengangguk sambil mencium punggung tanganku.

.

Kami duduk disofa panjang sambil menonton televisi. Aku sibuk memakan camilan sedangkan ia sibuk memainkan rambutku. Kami dalam keheningan yang cukup panjang.

Kurasakan ia menatapku sejak sepuluh menit yang lalu. Ia menarik daguku keatas agar kami bertatapan. Perlahan, wajahnya mendekat dan dapat kurasakan bibirnya yang tebal dan penuh menyentuh bibirku.

Ia mengambil alih toples camilanku dan meletakkannya entah dimana. Ia membawa tanganku melingkar dipinggangnya.

Kabuto tak pernah santai ketika kami berciuman. Selalu panas, bergairah, dan menggila. Ia benar-benar seorang pro dalam hal-hal berbau sex.

Tunggu! Jangan salah paham. Meskipun aku bilang ia seorang pro, tapi kami tidak pernah berhubungan intim ya. Aku tahu dari cara kami berciuman.

Sejauh ini, ia hanya sampai mencium leherku itupun tanpa meninggalkan kissmark.

Lenguhanku mulai terdengar semakin keras. Ini adalah ciuman kami yang terpanjang dan paling menggairahkan.

Tanpa sadar aku sudah duduk dipangkuannya dengan dia yang mengelus pinggangku. Tangannya merambat naik ke lengan lalu turun ke payudaraku yang masih terbungkus kaos.

Ciumannya beralih ke leher jenjangku membuat desahanku kembali keluar. Ahh.. ini benar-benar membuatku melayang ditambah remasannya di kedua gundukan itu. Jilatannya disekitar tulang leher dengan gerakan memutar membuatku hampir mati.

Tak lama, kegiatan kita terganggu oleh dering ponsel Kabuto. Dengan segera ia pun berjalan sedikit menjauh dan menerima telepon tersebut. Aku sedikit memgernyit bingung pasalnya ia tak pernah menjauhiku ketika akan mengangkat telepon.

Ini sedikit aneh menurutku. Tak lama, ia kembali.

"Maaf sayang ada urusan mendadak. Aku harus segera pergi. Ayo, ku antar kau pulang."

"Tapi-"

"Kita masih bisa melanjutkannya lain waktu."

Wajahnya mendekat seiring tangannya yang meraih pinggangku. Kami berciuman sebentar lalu ia menggandeng tanganku menuju parkiran.

*****

Setelah berkutat dengan ujian akhir semester selama dua minggu, akhirnya aku bebas.

Malam ini aku ada janji dengan Takeshi-senpai. Ia ingin mengajakku makan malam disebuah lounge sebagai ucapan terima kasih telah membantunya membereskan lab seminggu sebelum ujian.

Kami memang dekat sebelum ini dan ia yang sering mendengar ceritaku tentang Kabuto-kun selain sahabat pink-ku.

Ia memesan wine dan steak yang sungguh lezat. Kami mengobrol-ngobrol santai sampai akhirnya aku mengantuk dan tertidur dini hari.

.

Aku berjalan dikoridor yang sepi. Hari ini aku datang kepagian dan tentunya belum banyak yang tiba dikampus.

"Hei pirang!" Langkahku terhenti ketika seseorang berteriak kearahku.

Aku berbalik dan mendapati Sanon beserta teman-temannya datang menghampiriku.

"Ada apa?" Ucapku tersenyum manis.

Kulihat ia menatap sinis, 'Kenapa?'

"Jauhi Kabuto!"

Aku menaikkan alisku bingung, "Atas dasar apa kau menyuruhku menjauhi Kabuto-kun?"

"Karena dia adalah milikku seorang. Catat itu baik-baik, jalang!" Ia mendorongku hingga menabrak tembok dan berlalu pergi.

"Sialan! Berani-beraninya dia menyuruhku menjauhi kekasihku!" Teriakku. Hahh.. untung sepi, kalau ramai bisa malu aku.

Hari terus berlanjut, Sanon dan kawan-kawannya masih gencar memberi ancaman padaku. Aku selalu menceritakan ini pada Sakura. Ia tidak bisa berbuat apa-apa dan aku tidak keberatan. Aku hanya ingin ia mendengar keluh kesahku.

"Sudahlah pig, jangan dibawa beban. Kau sudah hampir semester tiga, jangan buat ulah."

"Aku tidak macam-macam disana. Kami bahkan jarang bertemu." Bantahku.

"Tapi kalian selalu berciuman panas jika bertemu." Balasnya datar.

Blusshhh

Kurasakan wajahku memanas seketika. Yah.. tebakannya memang benar sih.

"Ha-habis dia yang menyerangku, d-dan aku-"

"Dan kau menikmatinya? Hah.. dasar otak jorok!" Aku hanya merengut mendengar makiannya yang memang benar.

"Tapi akhir-akhir ini memang aku merasa ada yang ganjil, jidat."

Sakura menatapku, memberikan pandangan bertanya.

"Ia jadi sering membatalkan janji, sulit ditemui, kemarin saja ia harus menjauhiku dulu ketika menerima telepon ditambah kehadiran Sanon."

Sakura mengangguk-angguk, "Mungkin hanya perasaanmu saja, pig. Mungkin." Sakura menekan kata mungkin diakhir kata-katanya.

"Apa aku harus menyelidikinya?" Usulku dengan mata berbinar.

"Jangan mulai, pig. Kemarin saja kau menguntitnya, memergokinya bersama perempuan lain yang ternyata adalah sepupunya." Aku meringis mendengar kata-katanya. Ya memang sih, aku pernah curiga ia selingkuh dan mengikutinya.

"Tapi ini berbeda kasus."

"Terserahlah." Balasnya pasrah.

.

"Ino-chan tunggu!"

Aku masih terus berjalan cepat, menghindari panggilan Kabuto dan pandangan bertanya dari mahasiswa lain.

"Kau ini kenapa?! Hei!"

Kurasakan ia berlari dan menggapai pergelangan tangan ku. Kami terdiam. Masih mengabaikan pandangan orang-orang.

"Awalnya aku tidak curiga sedikitpun padamu, terlebih ketika Sanon-senpai menyuruhku menjauhimu. Tapi, kau bahkan berselingkuh dengannya dibelakangku, dan bercinta dengannya di apartemenmu kemarin!" Aku menangis pilu.

Kemarin, aku mengunjungi apartemen kekasihku ini untuk memberikannya makan siang. Awalnya aku tak curiga ketika mendapati sepasang high heels diapartemennya, namun semakin lama terdengar suara-suara aneh dari seorang wanita. Aku bergegas menuruti arah suara yang berasal dari dalam kamar Kabuto.

Suara yang mirip desahan itu makin jelas ketika aku berdiri di ambang pintu yang sedikit terbuka. Dengan panas, aku menendang pintu tersebut dan mendapati kekasihku bercinta dengan wanita lain yang tidak lain adalah Sanon.

"Apa maksudmu Ino?" Matanya melirik ke segala arah.

"Benarkah? Kabuto-senpai dengan Sanon-senpai?"

"Laki-laki menjijikan."

"Kasihan Yamanaka-san."

Aku mengabaikan sekitarku.

Kulihat ia menyeringai tipis, "Jika kau menuduhku selingkuh, lalu bisakah kau jelaskan foto ini?"

Ia menunjukkan selembar foto berisikan aku yang sedang tidur berbalut selimut disamping Takeshi-senpai yang dalam keadaan setengah telanjang.

"Bukankah kau yang selingkuh, Ino-chan?" Kabuto memperlihatkan foto tersebut ke sekeliling kami. Bisa kurasakan tatapan merendah yang diarahkan padaku.

Aku bergetar ketakutan, 'Kami-sama, aku bahkan tidak tahu foto itu.'

"Ap-apa maksudmu? Aku bahkan tidak pernah merasa melakukan itu!"

Kulihat ia maju selangkah, "Kau bilang apa? Merasa tidak pernah? Lalu foto ini apa?"

Aku melihat sekelilingku dengan pandangan panik dan air mata yang tak ada hentinya mengalir.

'Sakura~'

"Menyedihkan sekali Yamanaka itu."

"Ia bahkan menutupi dosanya dengan menuduh kekasihnya berselingkuh."

"Mana mungkin Kabuto-senpai melakukan perbuatan menjijikan itu."

"Memang jalang dia itu."

Tubuhku serasa kaku dan dingin. Tamat riwayaku kali ini. Aku mencoba menarik nafas pelan-pelan.

"Kau memang brengsek, Kabuto-san!" Gumamku. Aku segera berlari menjauhinya. Tujuanku hanya satu, Sakura.

.

Beberapa hari berlalu, ini adalah hari ketiga aku kembali ke kampus. Dan selama tiga hari itu, aku harus menahan tangisku melihat banyaknya yang membicarakan.

Aku bahkan harus menerima perlakuan buruk dari mereka. Seperti disiram air bekas cucian pel, ada yang tak sengaja menumpahkan jusnya di bajuku, dijauhi teman-teman, dan banyak hal.

Jika biasanya aku bersama Saara dan yang lain, kini aku hanya sendiri. Tak ada yang mau satu kelompok denganku, tak ada yang mau berbicara denganku, yang bisa kuterima adalah tatapan merendahkan, jijik, dan sinis dari hampir seluruh mahasiswa.

Pintu atap fakultasku terbuka, aku berjengit saat melihat Kabuto berdiri disana.

"Mau apa lagi kau?"

Ia kini sudah ada dihadapanku, "Bagaimana kabarmu?"

Aku menatap tajam, "Kau menanyakan kabarku? Apa kewarasanmu sudah hilang?"

"Kkkk~ kenapa kau marah? Bukankah kau yang selingkuh dariku?"

Tawanya terdengar begitu menyakitkan ditelingaku.

"Aku bahkan tak pernah merasa berselingkuh."

"Kau tahu? Sejujurnya aku merasa kasihan melihatmu yang sekarang."

Aku menepis tangannya yang ingin meraih pipiku

"Jauhkan tangan kotormu dariku!"

"Aku melihatmu dibully setiap hari."

"Pergilah." Kataku. Aku membalikkan badanku dan ia seger pergi.

Sebelum pintu atap tertutup aku bisa mendengar kata-katanya.

"Andai kau tak mencoba membocorkan kejadian diapartemenku, mungkin kita masih bersama sampai saat ini, sayang."

Aku menangis. Aku membencinya tapi aku juga mencintainya. Hubungan kami terjalin sejak aku kelas tiga SMA hingga sekarang hampir semester tiga. Satu tahun lebih aku bersamanya, mencintainya, memberikan segala hatiku untuknya, tapi kenapa ia malah mengkhianatiku?

Aku bergegas kembali ke kelas aku sudah bolos satu matakuliah, dan aku tak mau membolos lagi hari ini.

Byuurrr

"Hahaha! Rasakan!"

"Adonan siap!"

"Kau tampak cocok dengan tepung dan telur busuk itu."

"Hahaha.. rasakan itu jalang!"

Aku hanya bisa memejamkan mata sesaat dan beralih menatap seisi kelasku. Ada Sanon dan antek-anteknya yang tengah tertawa sinis, bahkan Saara dan teman dekatku yang lain hanya memalingkan wajah.

Aku kembali menangis, bajuku kotor dan bau sekali. Dengan cepat aku bergegas mengambil tas dan berlari meninggalkan kelasku.

Aku berlari menuju parkiran, memesan taksi online, dan menunggu didepan gerbang.

"Nona, apa kau tidak apa-apa?" Tanya sang supir taksi. Aku hanya diam beberapa saat.

"Tolong antar aku ke kawasan Green Canyon no. 23."

.

"Siapa- Astaga, Ino!"

"Sakura~" aku menunduk tak berani memandangnya.

Ia memelukku erat. Mataku membulat.

"S-sakura bajumu-"

"Sstt.. menangislah. Menangislah."

Seketika tangisku pecah. Aku meremas bajunya sedangkan ia menepuk-nepuk punggungku lembut.

Sakura membawaku ke kamar mandi, ia membantuku membasuh seluruh baju dan tubuhku. Ia bahkan membilas rambutku hingga menghabiskan banyak shampo.

Kami duduk diranjang Sakura. Ia baru saja menelpon kedua orang tua ku, meminta izin bahwa aku akan menginap malam ini dirumahnya. Yah.. mereka juga masih ada di luar kota saat ini.

Aku menceritakan semuanya, aku tau Sakura marah. Aku terus meracau mengatakan bahw aku membencinya tapi aku juga mencintainya.

Saat aku aku tersadar sesuatu, "Ne, bolehkah aku ikut kau ke Konoha?" Ia membulatkan matanya.

"Tidak! Kau tidak akan! Kau mau lari heh?"

"Aku sudah tidak tahan lagi, Sakura~"

"Tapi tidak dengan cara kabur. Hadapi dan selesaikan."

"Sakura~ aku mohon padamu."

Sakura melirikku, kami terus berdebat hingga tiga puluh menit kedepan. Hingga akhirnya..

"Bereskan barangmu, kita pindah besok lusa." Aku memeluknya. Tak sia-sia aku mennagis dihadapannya.

Flashback off

Aku mengambil handphoneku, menghubungi kedua orang tua ku di Tokyo.

"Halo.."

"Halo Bu. Apa kabar?"

"Baik sayang, kau sendiri bagaimana? Apa kuliahmu baik-baik saja? Kau tidak merepotkan Mebuki kan?"

"Tidak, Bu. Semua berjalan lancar. Kapan Ibu akan menjengukku?"

"Kemungkinan minggu depan sayang, kau tahu sendiri Ayahmu sedang sibuk sekali. Hah... aku kesepian."

"Maafkan aku Bu karena meninggalkanmu." Aku menahan tangisku.

"Asalkan kau baik-baik saja disana. Semoga kejadian disini tidak terulang lagi ya."

"Iya Bu, ah.. aku harus mencari makan dulu ya. Bye Bu.. aku sayang padamu."

"Jaga dirimu, makan dengan benar, Ibu juga sayang padamu."

Klik!

Tangisku pecah lagi. Aku benar-benar merindukannya. Ibu dan Ayah memang tahu alasanku pindah. Awalnya mereka tidak setuju karena mereka menganggap aku lari dari masalah, mereka juga takut aku merepotkan Sakura dan keluarganya tapi kemudian Bibi Mebuki datang dan membujuk Ibu. Akhirnya mereka mengizinkanku.

[HanaYuki_]

Diwaktu yang sama, kedua orang berbeda gender dengan warna rambut yang kontras tengah memandang satu sama lain.

"Kau tak percaya padaku? Kami-sama, apa yang kau pikirkan?"

"Aku bahkan sama sekali tak peduli dengan semua penjelasanmu."

Beberapa saat yang lalu, Sasuke menjelaskan alasan ia berada di fakultas Sakura memang untuk keperluan kampus. Ia tidak datang kesana hanya untuk melakukan sex semata. Gadis dalam ruang Audiovisual itu bermain sendiri. Saauke tahu karena memang Sasuke pun melewati ruangan itu dan sedikit melihat aktifitas gadis itu.

"Untuk ciuman itu, aku.. aku minta maaf. Itu semua diluar kendaliku!"

"Ciuman yang mana? Ciuman di ruang rapat? Hutan? Belakang perpustakaan? Atau ciumanmu dengan gadis di lorong? Wow, banyaknya ciumanmu membuat aku terkesan."

"Sakura~" Sasuke menggeram tertahan. Percayalah bahwa emosinya kini sudah diujung tanduk.

Sasuke merasa Sakura benar-benar penuh tuntutan dan sulit ditaklukkan.

Tak ada yang membuka suara hingga lima belas menit kedepan sampai Sakura memutuskan untuk pulang.

Kali ini kau tak termaafkan Sasuke..

To Be Continued..

Oke, chapter ini adalah masa lalu Ino dulu di Tokyo. Memang belum semuanya terungkap tapi akan pelan-pelan dibahas di chapter mendatang.

Saya gak tau mau ngasih konflik seperti apa untuk Ino, alhasil hanya itu yang ada di otak saya.

Oke, mohon vote/comment untuk cerita ini ya. Sampai bertemu di chapter depan.

Regards,

HanaYuki_

Continue Reading

You'll Also Like

914K 85.3K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
1.1M 44.2K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...
17M 755K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
587K 3.2K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.