Dark side

By YoungraPark

85.8K 13.6K 2.3K

Min Yoongi adalah seorang profiler suara profesional, ia memiliki kemampuan pendengeran yang sangat sensitif... More

Dark Side Movie Trailer
Prologue
CHAPTER I : Begin
CHAPTER II : First Case
CHAPTER III : Comeback
CHAPTER IV : Sesi Episode
CHAPTER V : Puzzle Profile
CHAPTER VI : Find One Piece Puzzle
CHAPTER VII : The Profile
CHAPTER VIII : Dejavu
CHAPTER IX : Suga Is Here
CHAPTER X : Confused
CHAPTER XI : Strom
CHAPTER XII : The X File
CHAPTER XIII : Lost And Found
CHAPTER XV : Unspoken Word Part 2
CHAPTER XVI : Final Case
#ASKYoungraPark
CHAPTER XVII : One Fine Day
CHAPTER XVIII : Goodbye For Now
CHAPTER XIX : A Supplementary Story; Lost
CHAPTER XX : A Supplementary Story; Cold On Spring Day

CHAPTER XIV : Unspoken Word Part 1

2.4K 490 128
By YoungraPark

Rujukan cerita: Prosedur penyelidikan kecelakaan pesawat terbang | Psikopat documentary | Dissociative Identity Disorder |Pengantar kriminologi

Peringatan: AU. Mature content.Riddle

This story pure from my imagination and just for my own pleasure.

______________________

Dark Side

Park Jimin X Min Yoongi

Slight! Park Yoochun X Xia Junsu

Other cast

_______________________

Tubuh pria dengan surai ash brown itu bergetar, maniknya masih menutup rapat dengan bibir yang mengigau tak jelas. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, sepertinya ia bermimpi buruk.

Suara dengan nada yang bergetar itu, membuat tidur nyenyak pria di sampingnya membuka maniknya terpaksa.

"Eomma—" Suara serak prianya membuat ia khawatir. Park Jimin, tubuhnya terasa panas dan berkeringat. Yoongi dengan terburu menyibakkan selimutnya dan keluar dari kamar, pun ia kembali membawa termometer dan beberapa alat kompresan.

"Oh ya tuhan, kau sakit Jimin!" Termometer menunjukan suhu tubuh Jimin yang cukup tinggi.

"Appa—"

"Jimin—bangunlah." Yoongi mengusap surai Jimin dan menepuk pipinya, prianya terus menerus menggerakan kepalanya ke kanan dan kiri membuat ia semakin khawatir.

"Akh—jangan pergi eomma." Yoongi terus menepuk pipinya dengan tangan yang bergetar dan terus memanggil namanya.

Perlahan kedua manik Jimin terbuka, pelipisnya telah penuh dengan keringat. "Jimin?"

Prianya terdiam hanya menatap langit-langit kamar, Jimin bermimpi buruk. "Kau demam, itulah yang membuatmu bermimpi buruk Jimin,"

Jimin menatapnya dengan nafas tersengal, dalam hitungan detik ia memeluk Yoongi dengan erat. "Ji—"

"Aku tidak apa-apa."

"Kau sedang demam Jimin, kau kelelahan." Ucap Yoongi dengan nada khawatir.

Jimin terdiam, tubuhnya memang terasa sakit bahkan bagian kepalanya berdenyut nyeri. Mungkin karena ia kurang tidur dan terlalu banyak yang di pikirkan, Yoongi menatap manik pria di sampingnya.

"Istirahatlah, kau tidak pernah tidur semenjak dari Italia. Makannya tubuhmu terasa panas."

Jimin kembali merebahkan tubuhnya, pun sebuah handuk hangat telah tersimpan pada keningnya. Kedua tangannya menggenggam dengan erat jari-jari Yoongi, maniknya sayu efek dari demamnya.

"Jangan pergi Yoongi—" Ucapnya parau.

"Aku tidak akan pergi, kau tidurlah."

Yoongi ikut merebahkan tubuhnya di samping Jimin, untuk pertama kalinya ia melihat prianya selemah ini. Satu tepukan halus terasa pada tangannya, Yoongi menepuk tangan Jimin dengan pelan; membuat tidur kekasihnya menjadi lebih nyaman.

...

Yoongi terbangun dari tidurnya sekitar pukul 4 pagi, ia melihat ke arah Jimin yang masih dengan nyaman tertidur di sana. Suhu tubuhnya sudah menurun saat ia periksa, pun segera ia mengecup kening prianya dan tak lupa untuk menarik selimutnya.

Kini ia terduduk pada sofa berwarna hitam pada ruangan kerja milik Jimin, pada meja di hadapannya terdapat beberapa berkas berisi rincian laporan kecelakaan pesawat kedua orang tua Jimin. Yoongi menghembuskan nafasya pelan, kedua netranya melihat layar komputer.

Yoongi menyesap americano dinginnya. "Baiklah Yoongi—fokuskan dirimu."

Ia menekan tombol enter pada keyboardnya, pun suara rekaman mulai menyala.

"Aku tahu kau suruhannya bukan?!"

Suara tawa pria terdengar keras. "Yoochun—akh—"

Suara decitan pun terdengar sangat jelas, seketika suara ledakan pun mengiringi teriakan keras kedua pria yang Yoongi yakini suara orang tua Jimin.

"Maafkan aku tuan Park, ini demi keselamatan keluargaku."

Pun suara teriakan dan benturan yang cukup keras terdengar, pun rekaman terhenti.

"Pesawat meledak sebelum menukik jatuh pada laut, sayap kanan terbakar—sudah di pastikan hal ini memang sengaja di lakukan. Tapi siapa pria yang sedang berbicara dengannya?"

Yoongi mengacak beberapa berkas dan mencari rincian penumpang dan staff pesawat yang ikut, di sana tertulis 4 nama.

"Sang pilot?—baiklah mungkin seseorang menyuruh sang pilot untuk melakukan hal ini, tapi siapa?—hari ini aku harus mendapatkan rekaman pada ruang staff, aku harus cari mekaniknya."

Yoongi memijit pelipisnya, pun tubuhnya ia sandarkan pada kursi. Sebenarnya ia butuh istirahat juga, namun demi Jimin ia bahkan tidak perduli tentang masalah dirinya dan waktu istirahatnya; Jimin lebih penting dari itu.

"Oh Tuhan, ku mohon bantu aku untuk selesaikan masalah ini dengan cepat."

...

Angin dari arah barat meniup helai rambut hitamnya dengan kuat, ia menatap seorang pria dengan pakaian khas staff bandara berjalan ke arahnya. Ia menatap manik Namjoon dengan menaikan satu alisnya.

"Karena Jimin sakit, jadi kita harus mencari bukti yang lebih kuat hari ini dan aku rasa kau tak ingin mengecewakannya." Ucap Namjoon membuat lawan bicaranya mengangguk.

"Siang Yesung—sshi, maaf karena mengganggu kerjamu."

"Tidak apa, lagipula ini demi membantu orang lain juga bukan? Baiklah, mari ke ruang cctv."

Yoongi dan Namjoon melangkahkan kakinya, sambil menikmati semilir angin yang berhembus kencang. Jejeran beberapa pesawat terbang pun memperindah pemandangan tempat landasan itu.

"Ini seperti show room bukan?"

"Yah, show room pesawat dan lucunya aku baru pertama kali kemari." Ucap Yoongi membuat lawannya terkekeh.

"Oyah selamat untuk hubungan kalian berdua, jangan lupa untuk traktir satu botol wine."

"Astaga, kita bukan anak sekolah lagi Namjoon. Hubungan kami bahkan sudah lama, traktirannya sudah kadaluarsa kau tahu." Jawab Yoongi.

Kini mereka telah sampai pada ruangan cctv yang memang tersedia di seluruh sudut bandara, sekitar 10 layar besar menampilkan keadaan dalam bandara. Pun beberapa staff duduk pada kursinya yang terlihat sibuk.

"Yoongi—sshi, apa yang ingin kau lihat?" Tanya Yesung.

"Hm—aku yakin rekaman 13 tahun lalu pasti masih tersimpan bukan?"

"Tentu saja."

"Bisa kau tampilkan rekaman satu hari sebelum kecelakaan? Tepat pada lobby masuk ruang mekanik."

Yesung pun mengatakan pada salah satu staffnya untuk mencari rekaman tersebut pada komputernya, dengan lihai ia mengetik sesuatu pada keyboardnya dan akhirnya rekaman tersebut di temukan. Layar yang paling besar di sana terpampang video dengan satu pria menggunakan pakaian mekanik berwarn biru.

"Jadi dia saksi kita—tidak, dia bisa jadi tersangka." Ucap Namjoon dengan wajah yang serius.

"Wah lihatlah, si pria bertubuh tinggi dan besar itu datang."

Seseorang pria berpakaian rapih datang pada sang mekanik, mereka terlihat sedang bicara dengan serius.

"Bisakah kita mendengar pembicaraan mereka?"

Yesung membalikan tubuhnya dan menatap Yoongi. "Ah tentu saja." Pun ia menekan satu tombol pada keyboardnya.

"Jadi apa yang harus aku lakukan?"

"Kau harus membuat mereka kecelakaan."

"Kau gila tuan?"

Pria itu terkekeh. "Kau akan mendapatkan bayaran yang tinggi, buatlah kecelakaan ini seakan-akan tak terencana—"

"Berapa bayaranku?"

"Kau bahkan bisa membeli rumah yang besar dan mewah dengan uang itu, jika kau tak ingin melakukannya—semoga keluargamu selamat di Amerika."

Pria itu membelalakan matanya. "Jangan sentuh keluargaku!"

"Jika kau mau melakukannya, aku tidak akan melukai keluargamu dan yah kau mendapat uangnya."

"—baiklah."

Keduanya bersalaman dengan senyum evil terlihat pada wajah sang mekanik.

Mulut Namjoon menganga lebar, ia tak percaya jika semua ini ternyaa benar terencana. "Aku rasa bosnya orang kaya, mana mungkin ia bisa memberikan uang sebanyak itukan. Ini gila."

"Yah, kau tahu bahkan aku rasa ia orang terdekat Jimin."

Yoongi menutup maniknya, dengan kasar ia mengusap wajahnya kasar. "Tunggu—setiap staff pasti memiliki identitas yang lengkap bukan? Bisa kau cari identitas mekanik itu?"

"Sebenarnya—aku rasa, aku mengenal mekaniknya Yoongi—sshi. Tunggu sebentar."

Yesung berjalan ke arah lamri besi yang cukup besar, pun ia memeriksa dengan teliti beberapa tertulis dalam setiap berkas.

"Ini adalah berkas setiap staff mekanik, dan ini biodata lengkap mekaniknya."

Satu map berwarna biru Yesung serahkan pada Yoongi, pun dengan semangat ia membukanya.

"Mark Tuan, ia mekanik dalam video tersebut?"

"Ya, dia mekaniknya. Aku tidak tahu sejak kapan dia menjadi bagian mekanik keluarga Park. Karena yang aku tahu hanya Daniel yang menjadi mekaniknya."

"Lalu di mana dia sekarang?" Tanya Namjoon.

"Setahuku dia mengalami kecelakaan dua minggu setelahnya, dan ia meninggal di tempat."

Yoongi membelalakan matanya. "Oh demi tuhan!" Ia mendudukan dirinya pada kursi.

"Maafkan kami Yoongi—sshi, hanya itu yang kami bisa bantu."

"Tidak Yesung—sshi, ini bukti yang luar biasa sejauh ini. Terima kasih banyak sebelumnya."

"Tentu."

Namjoon menepuk bahu Yoongi. "Kita akan menemukannya Yoongi ber—"

"Kapan?! Aku harus menolong Jimin, dia telah tersiksa dengan semua ini!" Teriaknya membuat beberapa orang di sekitarnya menatapnya.

"Dengar, kita harus kembali ke kantor. Kau kurang istirahat, tenanglah Yoongi. Aku sangat yakin kita akan segera bertemu dengan pria itu."

...

Dengan penuh semangat bercampur emosi Yoongi kini telah berada di ruangan Taehyung sedang duduk di hadapan layar komputer.

"Hyung, kau ingin mencari kasus kecelakaan Mark tuan? Kau—"

"Aku yakin Tae, kecelakaannya pasti ada sangkut paut dengan kasus ini. Kau tahu apapun bisa menjadi saling bersangkutan, hal sekecil apapun itu."

Taehyung bergidik ngeri melihat Yoongi dengan matanya yang berapi-api, ia sangat yakin hyungnya satu ini sedang menahan emosinya.

"Tae."

"Apa?"

"Bisa kau cari lebih lengkap biodata Park Seungchul?"

Taehyung terdiam, ia menghentikan sepuluh jarinya pada keyboard. Ia menggelengkan kepalanya, merasa bingung. "Hyung—dia paman Jimin, kau mencurigainya? In—"

"Taehyung—semua bisa menjadi tersangka, sebaik apapun ia bahkan dengan posisi apapun dia. Semua bisa mungkin, kau ingat bukan jika pamannya yang mengumpulkan bukti? Kau tahukan jika laporan tersebut ternyata di rubah? Menurutmu siapa yang merubahnya?"

Taehyung membalikan tubuhnya menghadap Yoongi. "Hyung. Aku tahu Jimin adalah orang yang sangat penting untukmu, yang aku tahu pamannya mencintai Jimin seperti anaknya sendiri."

Yoongi mengusap wajahnya dengan kasar, pun ia mendudukan dirinya pada kursi.

"Kau tidak salah memang mencurigainya, karena dia adalah orang terdekat Jimin. Tapi—dia juga seorang detektif di sini, posisinya lebih tinggi bahkan sekarang."

"Tae, mungkin aku belum menceritakan hal ini padamu. Jimin mendengar seseorang beragumen dengan ayahnya saat sehari sebelum kecelakaan terjadi, mereka mengatakan tentang warisan."

Taehyung terdiam, wajahnya seperti berpikir sesuatu yang cukup keras. "Aku rasa kau tahu maksudku—aku yakin dia orangnya."

"Jadi maksudmu, orang yang beragumen itu paman Seungchul?"

Yoongi menggelengkan kepalanya. "Bukan, tapi aku rasa orang itu berhubungan baik dengannya."

"Bagaimana kau tahu?"

"Rekaman black box terpotong, aku telah memeriksa rekamannya saat pertama kali kasus ini terjadi. Hasilnya berbeda dengan yang kami temukan, kau tahu bukan jika bukti tidak akan pernah tersentuh siapapun kecuali—orang dalam kepolisian."

"Kau bercanda?!"

Yoongi menggelengkan kepalanya, pun ia mengigit kukunya karena gugup. Semuanya telah ia pola secara tersusun rapih, alur cara membunuhnya dan bahkan hampir seluruh caranya.

Laporan pun mengatakan akselerator pada sayap kanan pesawat terbang sengaja di rusak, menyebabkan ledakan yang cukup besar. Sehingga membuat sayap kanan tak dapat bekerja dengan baik, pun menukik dengan tajam ke arah laut.

"Tapi Hyung, apa kau yakin jika paman berhubungan dengan masalah ini?"

Yoongi menghembuskan nafasnya pelan sambil menatap langit-langit ruangan, pikirannya terus memikirkan banyak hal. "Semua bisa terjadi Tae, setidaknya kita harus mencari tahu hal ini."

"Baiklah, aku hanya ingin memberi tahu padamu satu hal lagi—paman selalu menanyakan perkembangan kasus ini, resiko kita mencari identitasnya terlalu besar."

"Oh sial! Aku lupa jika ia juga ikut serta dalam kasus ini, kau harus merahasiakan hal ini padanya—termasuk Jimin."

Taehyung menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Kau gila Hyung, dia harus tahu tentang hal ini. Apa yang harus aku katakan padanya nanti?"

"Katakan semuanya, kecuali tentang kita yang mencari identitas pamannya. Aku sangat tahu dia pasti akan marah juga—"

Taehyung menggelengkan kepalanya kembali, entah sudah berapa kali ia melakukannya karena merasa pusing dengan hyungnya ini.

"Perlahan ia akan mengetahuinya, jika memang paman berhubungan dengan semua ini—kau pasti tahu reaksinya. Dia sangat tempramen jika mengenai keluarganya hyung."

"Hanya itu yang bisa kita lakukan Tae, kumohon. Ini jalan satu-satunya, kau mengerti?"

Pun Taehyung berdiri dan berjalan ke kanan dan kiri, netranya kembali menatap Yoongi. "Baiklah, aku setuju."

Yoongi tersenyum padanya, sekejap netra mereka menatap pria yang masuk ke dalam ruangan, Park Jimin.

Dengan terkejut Yoongi lalu berdiri dari tempat duduknya. "Jimin, kau masih sakit kenapa kau—"

"Aku sudah baikan—"

Yoongi menempelkan punggung tangannya pada kening Jimin. "Suhu tubuhmu masih terasa panas, kita pulang ka—"

"Aku baik Yoongi, aku serius. Aku sudah merasa lebih baik, kau meninggalkanku sendirian makannya aku mencarimu."

Yoongi menangkup wajah prianya, lalu tersenyum. "Baiklah, kita pergi sekarang."

Yoongi dan Jimin lalu pergi dari ruangan tersebut dan tak lupa mengatakan pada Taehyung untuk pergi, pun mereka meninggalkan Taehyung sendirian di sana.

...

Jimin memegang satu gelas berisi cairan berwarna merah gelap,yang terasa manis dan pahit ketika di minum, satu gelas wine. Di temani dengan kekasih manisnya yang sedang ia peluk dari belakang, ia menyimpan dagunya pada bahu Yoongi.

"Jimin."

"Hm?"

"Apa kau mencintaiku?"

Jimin terdiam, ia menyimpan gelasnya pada meja yang berada di belakangnya lalu kembali melingkarkan kedua tangan kekarnya pada perut Yoongi.

Jimin menghembuskan nafasnya pelan. "Aku sangat mencintaimu, sangat Yoongi—apa kau mencintaiku?"

"Tentu saja." Jimin membalikan tubuhnya, kedua tangannya menangkup wajahnya sambil tersenyum.

"Tapi Jimin, bagimana jika aku tidak sembuh? Bagaimana jika aku melukaimu lagi? Lalu ak—"

"Yoongi, aku menerimamu apapun resikonya. Aku sangat yakin jika kau akan sembuh, semua penyakit akan ada obatnya."

"Tidak dengan penyakitku Jimin—aku takut melukaimu kembali."

Netra milik Jimin menatap manik caramel kekasihnya sayang. "Hei lihat aku—semua akan baik-baik saja Yoongi, aku yakin kau tidak akan melukaiku. Aku percaya padamu, aku menerimamu dengan keadaan apapun dirimu."

Jimin dengan erat memeluk Yoongi yang mulai bergetar, ia menangis.

"Sayang, jangan menangis kumohon." Satu tangannya mengusap pelan punggungnya, pun ia menatap wajahnya kembali dan menghapus jejak tetesan cairan bening itu.

"Semua akan baik, kau, aku dan kita. Semua akan baik, sesulit apapun masalah kita Yoongi semua akan selesai pada waktunya. Aku percaya padamu, kau percaya padaku?"

Yoongi menunduk, pun kembali menatapnya. "Yah, aku percaya." Paraunya, ia memeluk kembali Jiminnya dengan erat.

Di sisi lain, dalam gelap seseorang terdiam di sana memperhatikan Kembaran dirinya yang di peluk oleh pria itu, pria yang bahkan ingin ia rasakan juga pelukannya.

"Tsk, apa aku harus menyerah? Semakin hari semuanya terasa sulit, demi tuhan Yoongi! Izinkan aku juga merasa bahagia walaupun dengan waktu yang sedikit."

Suga tersenyum pahit, haruskah ia berdampingan? Atau menyerah begitu saja?







TBC

Do you miss me bae?

Maafkan yah cuman pendek dan update ditengah malam seperti ini, aku ambyar denger lagu so far away Suga Jin Jk. Terkampretlah pokoknya enak banget duh aku bavereu....

Menurut kalian aku bikin endingnya gimana?

Demi apapun aku masih bingung mau pilih Suga atau Yoongi, kalian bingung ga? Wkwk kalian semua pada misuhin aku jadi aku juga bingung nghahaha, Suga tuh baik sebenernya tapi gimana dong yah sulit sih emang jadi dia selama ini hidupnya kesiksa terus dan yah Yoongi juga.

So? Mereka berdua saling terluka, tidak ada yang menerima kebahagiaan seutuhnya.

Good night bae and see you soon❤

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 167 7
Disaat kau telah menjadi milikku maka tidak ada yang bisa merebut mu dari ku. ~ Kim taehyung
Hyung By Jung Hobi

General Fiction

12.6K 613 30
"Aku bisa makan apa saja Hyung" "Ok.,....mmm, di sini ada kodok goreng ,sup tikus dan minumnya kita bisa memesan rendaman ular kobra :) " ✯✯✯✯✯✯✯ B...
999K 63.3K 64
[WAJIB FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ~ADA INFO TAMBAHAN NIH. KALAU KALIAN NGERASA SEPANJANG CERITA ADA YANG BERANTAKAN, WAJAR AJA YA. KAREN...
6.2M 483K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...