Angin Padang Rumput (Sudah Te...

De SukiGaHana

4.9K 634 320

Cerita ini terinspirasi dari : 1. Lagu We Were In Love by T-ara ft Davichi 2. Lagu Trap by Henry 3. Bukit di... Mai multe

Prolog
Bab II
Bab III
Bab IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
BAB VIII
BAB IX
BAB X
BAB XI
BAB XII
BAB XIII
BAB XIV
BAB XV
BAB XVI
BAB XVII
BAB XVIII
BAB XIX
BAB XX
BAB XXI
BAB XXII
BAB XXIII
BAB XXIV
BAB XXV
BAB XXVI
BAB XXVII
Bab XXVIII
BAB XXIX
EPILOG
Giveaway
Kabar Gembira

Bab I

445 50 25
De SukiGaHana

Pertemuan ini bukannya tak disengaja, hanya tak pernah kita duga.

🍃🍃🍃

Sebuah tinju melayang ke arah cermin di hadapan Galung, membuat benda itu pecah menjadi kepingan-kepingan kecil yang berhamburan di lantai. Darah ikut mengalir dari tangannya yang mengepal.

Galung tersenyum puas. Ia membasuh wajah, lalu bercermin pada kaca yang tak lagi utuh tersebut. Tak tampak wajahnya di sana sehingga memunculkan sebersit rasa lega karena tak harus melihat wajah pecundang yang ia benci. Ia tak peduli meski cairan merah masih mengaliri jemarinya.

Galung tetap tersenyum puas.

"Lung! Ayo balik!" panggil Andro dari luar kamar mandi.

Galung tak menjawab. Ia hanya menyeka darah di tangannya kemudian keluar tanpa berkata atau menunjukkan ekspresi apa pun.

"Udah lega?" tanya Andro begitu Galung muncul.

"Apa?" tanya Galung balik dengan malas.

"Lupain, deh," jawab Andro akhirnya. Ia tahu bagaimana watak sahabatnya itu dan tidak berminat untuk memperpanjang masalah. "Aku harus ke toko ibuku dulu sebelum pulang. Kamu mau ikut?"

"Nggak. Kamu duluan aja." Galung sedang ingin sendirian sekarang. Ia senang tak perlu mencari alasan untuk meminta Andro meninggalkannya.

"Ya, udah. Kalau gitu aku duluan," pamit Andro pada Galung yang hanya menjawab dengan sebuah anggukan.

Andro akhirnya berbelok menuju tempat parkir, sementara Galung terus berjalan menyusuri koridor sekolah. Hal yang jauh di luar kebiasaannya. Ia tak tahu pasti, apa yang membuatnya ingin terus melangkah dan bukannya segera pulang. Mungkin kekalahan tim basketnya tadi siang atau mungkin kekesalannya pada diri sendiri. Ia tak tahu. Galung hanya tahu jika ia benci dengan kegagalan.

Tiba-tiba, sebuah kejadian tak terduga menghentikan langkah Galung. Sepotong kue penuh krim melayang ke arahnya. Tepat mengenai wajahnya.

Emosi Galung seketika memuncak. Ia terpaku di tempatnya berdiri sembari melihat sekeliling, mencari sumber datangnya kue sialan yang sekarang membuatnya tampak seperti badut. Siapa pun orang yang melakukannya, pasti akan menyesal karena sudah mencari masalah dengan Galung.

***

Diandra menyambar kotak tisu yang ada di hadapannya, kemudian berlari mendatangi seorang pemuda yang wajahnya belepotan krim. Pemuda itu tampak sangat marah. Namun, bagaimanapun juga Diandra harus menghadapinya karena dialah yang bertanggung jawab atas kue yang sekarang sudah mengotori wajah pemuda itu.

"Maaf, maaf. Aku benar-benar nggak sengaja." Tanpa menunggu, Diandra segera membersihkan wajah Galung. Bahkan sebelum pemuda itu sempat memarahinya.

"Hei, apa-apaan ini?" Galung bertanya dengan marah. Tindakan Diandra membuatnya terkejut. Ia memegangi tangan gadis itu dan menatapnya tajam. Lebih tepatnya kejam. "Jadi, kamu yang melempar kue ini?"

"Iya, maaf. Aku nggak sengaja. Sungguh." Akan tetapi, Diandra yang harusnya takut itu malah tersenyum tanpa dosa, seperti menganggap tindakannya terhadap Galung hanya lelucon. "Aneh, ya? Kok, bisa, kuenya mengenaimu? Pasti kamu tadi nggak tahu kalau ada kue yang terbang mengarah padamu."

Tatapan Galung pada Diandra semakin sengit. Bisa-bisanya gadis itu malah menyalahkannya juga. Ia sama sekali tidak berhak sekali pun sudah meminta maaf atas perbuatannya pada Galung.

"Cerewet, memangnya kamu siapa?"

"Oh, iya. Kita memang nggak saling kenal. Aku lupa. Tapi sudahlah. Lepasin tanganku supaya aku bisa membersihkan wajah kamu. Anggap saja ini bagian dari permintaan maaf," pinta Diandra.

Galung menuruti permintaan Diandra, membiarkan gadis itu membersihkan wajahnya yang belepotan krim. Namun, lagi-lagi tindakan gadis itu menyulut emosi. Diandra tak henti-hentinya senyum sendiri. Galung merasa sedang ditertawakan. Ia tersinggung.

"Kamu ini benar-benar, ya? Kalau laki-laki, pasti sudah aku hajar," ujar Galung berapi-api.

"Jangan terlalu kasar sama perempuan. Nanti nggak ada yang suka sama kamu," jawab Diandra. Ringan dan tanpa rasa takut sedikit pun. Padahal dia sedang berhadapan dengan pemuda paling kasar di sekolah.

Kemarahan Galung sudah di ubun-ubun mendengar jawaban Diandra. Namun, entah mengapa kali ini ia bergeming, menunggu gadis itu menuntaskan tugasnya. Selama itu, ia diam-diam mengamati Diandra.

Diandra memiliki penampilan yang berbeda dari gadis kebanyakan yang sering mengganggu Galung. Alih-alih rok kependekan dan dandanan kelewat menor, gadis itu justru tampak sangat biasa dengan seragam rapi dan kacamata bertengger di hidung. Sikapnya yang kelewat santai saat menghadapi Galung juga menjadi alasan tambahan mengapa Galung merasa perlu memperhatikannya.

"Nah, sudah selesai." Diandra tersenyum begitu tugasnya telah rampung. Masih tak menyadari tatapan Galung padanya. "Lain kali hati-hati, ya!"

"Apa katamu? Kamu lupa siapa yang melempari wajahku dengan kue?" tanya Galung marah, tanpa melepaskan pandangannya dari Diandra.

Sembari tersenyum, Diandra yang menyadari tindakan Galung memberi gerakan menunjuk ke kedua matanya.

"Maaf. Tapi sebelum kamu jatuh cinta padaku, lebih baik berhentilah menatapku seperti itu. Aku bisa melihatnya jelas dengan kacamata ini." Ucapan terakhir Diandra sukses membuat Galung mendadak salah tingkah.

Tuduhan macam apa itu? Jatuh cinta? Yang benar saja. Galung memang tengah memandangi Diandra, tetapi bukan seperti itu.

Ah, Galung benci karena tiba-tiba tak memiliki pembelaan atas tuduhan konyol Diandra.

"Dalam mimpimu." Akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Galung. Diandra tak menjawab. Ia hanya tersenyum kecil lalu pergi begitu saja. "Dasar!" gerutu Galung jengkel.

Bisa-bisanya seorang gadis culun membuat Galung mati kutu, lalu pergi seenaknya. Akan tetapi, kekonyolan yang baru saja menimpa Galung tiba-tiba membuatnya tersenyum. Ia kembali memandangi punggung Diandra yang menjauh. Gadis yang aneh. Mungkin tuduhannya akan jadi benar jika dia sedikit lebih cantik.

Ah, tidak mungkin.

Galung menyadari isi pikirannya yang di luar dugaan. Tampaknya ia harus segera pergi sebelum otaknya terisi dengan hal-hal yang lebih gila.

***

Galung berlarian di koridor menuju kelasnya, berusaha tiba sebelum bel pertama berbunyi.

Hari ini ada ulangan Matematika. Guru pelajaran tersebut terkenal tidak mau berkompromi dengan kata terlambat. Galung tidak pernah terlambat sebelumnya dan tidak ingin membuat catatan baru tentang hal tersebut. Sembari berlari ia terus menyalahkan dirinya sendiri yang semalam begadang menonton pertandingan bola, penyebab keterlambatannya datang ke sekolah pagi ini.

"Aduuh!"

Galung menabrak seseorang ketika melewati tikungan. Entah siapa yang salah karena meski Galung sadar ia yang terlalu terburu-buru dan tidak mengawasi jalanan dengan baik, tetapi justru orang yang ia tabrak tersebut yang dengan segera meminta maaf terlebih dulu.

"Maaf, aku nggak sengaja. Aku sedang terburu-buru," ujar orang yang Galung tabrak tersebut, yang ternyata adalah seorang gadis sebayanya. Gadis yang Galung kenali dengan jelas sosoknya.

"Kamu lagi?" Galung bermaksud meyakinkan dirinya akan sosok gadis tersebut. Gadis berkacamata tempo hari. Namun, tampaknya yang bersangkutan sama sekali tidak mengenalinya.

"Sekali lagi maaf. Permisi," ujar Diandra lalu bergegas pergi tanpa menunggu jawaban Galung yang melihat kepergiannya dengan heran.

Bagaimana bisa gadis itu tidak mengenalinya? Mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. Galung saja masih ingat. Lalu apa semudah itu dia melupakannya?

Gila!

Galung segera menyadari jika bukan gadis itu yang harus ia pikirkan sekarang. Ia pun kembali berlari.

***

Galung mengerjapkan kedua matanya dengan malas. Ia sedang duduk di salah satu sudut lapangan basket, mengamati sekumpulan siswa kelas sosial yang sedang pelajaran olahraga. Andro masih mengikuti ulangan Matematika yang sudah ia selesaikan, sehingga Galung hanya bisa menikmati pemandangan gadis-gadis yang berbaris menunggu giliran untuk belajar shooting itu ditemani terik matahari yang mulai memanas.

Tidak ada hal yang menarik di sana. Membuat rasa bosan semakin gencar menyerang Galung. Ia akhirnya memutuskan bangkit dan pergi menuju ke tempat lain ketika sesuatu memaksanya untuk berhenti.

Kedua mata Galung menangkap sosok seorang gadis berkacamata dengan postur tubuh mungil sedang berusaha memasukkan bola basket ke keranjang.

Galung mengenali gadis itu. Gadis bermata empat yang pernah melempari wajahnya dengan kue tempo hari. Gadis yang sama yang tadi pagi bertabrakan dengannya. Gadis yang membuatnya jengkel karena tidak mengenalinya.

"Ayo, Diandra! Kamu pasti bisa."

Teman-teman Diandra memberikan semangat karena gadis itu tak kunjung memasukkan bola. Padahal dari tadi ia sudah seperti cacing kepanasan. Melompat-lompat tidak jelas untuk bisa mendapat poin.

"Jadi, namamu Diandra?" gumam Galung sembari tersenyum tipis. Ia melihat Diandra terus berusaha tanpa membuahkan hasil, sehingga pemandangan yang tadinya ia pikir lucu itu tak bisa lagi sepenuhnya dinikmati. Diandra pantang menyerah meski ia terlihat kelelahan. Dan, hal itu anehnya membuat Galung tak tega.

Di luar dugaan, Galung mendatangi kumpulan siswa kelas sosial tersebut. Ia ingin membantu mengajari teknik shooting yang benar. Ia lupa jika berurusan dengan para gadis adalah hal yang dibencinya.

"Sampai ujian kelulusan juga kamu nggak akan bisa masukin bola kalau cara kamu kaya gitu," ujar Galung yang segera mengambil alih bola di tangan Diandra. Membuat perhatian hampir semua gadis di sana teralihkan padanya.

Sebagai anggota tim basket sekolah, Galung tentu bisa dengan mudah melakukan shooting. Ia meminta Diandra memperhatikan posisi tubuhnya saat melempar bola, dan memberi tahu beberapa poin penting saat bersiap melempar.

Diandra mengangguk mengerti dengan penjelasan Galung dan segera mempraktekkannya. Meski baru berhasil pada lemparan ketiga, ia begitu senang dan melompat kegirangan. Tingkahnya membuat Galung tanpa sadar tersenyum, ikut merasa senang.

"Terima kasih," ujar Diandra pada Galung, masih dengan sikap seolah mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Hal tersebut membuat senyuman Galung memudar. Ia tak bisa menemukan alasan kenapa ingatan Diandra tentang dirinya tiba-tiba menjadi penting. Yang pasti, ia ingin sekali gadis itu mengenalinya tanpa perlu diingatkan.

"Ajari aku juga, dong!" pinta seorang gadis yang menyeruak di antara Galung dan Diandra, diikuti sederet gadis lain yang meminta hal serupa.

Kesadaran Galung segera kembali. Ia lupa bahwa tidak hanya ada Diandra di sana, tapi teman-temannya juga. Para gadis yang menyebalkan. Ia harus pergi sebelum terkurung semakin lama di antara mereka.

"Aku harus balik ke kelas. Kalian minta orang lain aja," tolak Galung yang kemudian bergegas meninggalkan tempat tersebut. Menjauh dari kerumunan gadis-gadis aneh yang baginya merepotkan.

Begitu tiba di depan kelasnya, Galung berhenti dan menarik napas panjang. Ia paling tidak bisa berada di antara para gadis merepotkan itu. Mereka bisanya hanya saling teriak dan berebut apa pun yang sebenarnya bisa didapatkan dengan cara yang wajar.

Kecuali gadis itu.

Diandra.

Ya, gadis itu bersikap berbeda. Membuat Galung mulai memikirkannya. Mungkin juga mulai menyukainya.

"Tidak mungkin, tidak mungkin," batin Galung berulang-ulang ketika menyadari pikiran aneh yang baru saja terlintas.

***

Hallo!

Akhirnya bisa publish lagi.
Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Ditunggu kritik dan sarannya, ya.

Salam Baca 😉
SukiGaHana
18062017

Continuă lectura

O să-ți placă și

1M 15.4K 22
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
A TIME De Elgaruty

Ficțiune adolescenți

1.1K 410 32
Makhluk apa yang paling berkuasa di dunia ini? Bagiku, ia adalah waktu. Ia kadang memberi luka dengan rindu tanpa sua, mengundang asa, menjanjikan ci...
701K 2.5K 13
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.8M 26.9K 44
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...