9. FLARE [Jackson Yi]

By mami_anci

5.5K 648 258

Amanda bukan gadis biasa, sebenarnya. Keluarganya pernah menjadi keluarga yang begitu berjaya dan terpandang... More

[Part 1]
[Part 2]
[Part 4]
[Part 5]
[Part 6]
[Part 7]
[Part 8]
[Part 9]
[Part 10]
Mahesa 01
[Part 10B]
[Part 11]
[Part 12]

[Part 3]

398 51 32
By mami_anci

Fanartnya itu beneran ada fotonya. Foto Qianxi buat cover T Magazines khusus bulan Mei 2017. Uh dasyat ni anak. Ibarat cabe tuh lagi pedes-pedesnya gitu deh. *apa ini? 😶

Perih yang dirasakan Amanda ditubuhnya memang mengganggu. Tapi perih dihatinya lebih menyakitkan untuk dirasa. Dia terbangun saat hari sudah gelap. Mahesa sudah tidak ada dikamar. Mengenakan pakaiannya kembali sambil sesekali meringis, ia menyadari ada noda yang mengotori bedcover Mahesa. Ia menghela napas panjang dan perlahan. Dulu ketika kuliah, beberapa temannya bercerita tentang betapa indah dan nikmatnya hubungan antara wanita dan pria. Tapi yang dirasakan Amanda sekarang justru sebaliknya. Seluruh tubuhnya seolah remuk redam. Beberapa bagian justru perih. Dan sumpah, dia tidak ingin mengalaminya lagi. Ia membongkar bedcover Mahesa, membawanya ke ruang cuci lalu mengganti dengan yang baru. Melihat noda yang begitu kentara membuatnya merasa tidak nyaman. Dia masuk kekamarnya, mengunci pintu, dan akhirnya menumpahkan airmata yang sejak tadi ia tahan. Ryshaka sialan. Umpatnya dalam hati.

***

"Kamu... Luka?"

"Hah?"

Mahesa mengambil tempat duduk berseberangan dengan ibunya.

"Acil Jannah bilang sepraimu berdarah, Mahesa."

"Darah? Seprai? Apaan? Aku gak..."

Sial.

Mahesa menatap ibunya tak yakin. "Darah mama bilang?"

"Iya. Barusan acil Jannah telepon. Dia panik. Kamu gak ada dirumah dan ada darah disepraimu." Namun sejurus kemudian. "Kamu..."

"Gak." Geleng Mahesa.

"Gak apa? Mama belum ngomong."

"Apapun yang mama pikirkan."

"Mama belum ngomong apa yang mama pikirkan, Mahesa." Wanita itu mencondongkan tubuhnya kearah sang putra. "Kamu... Tidur sama Manda? Siang-siang?"

"Astaga, mama!"

"Ya sudah kalau gak kenapa kamu heboh sih." Michelle kembali ke posisinya. "Mama pikir sudah semalem, eh tahunya..." Ia mengulum senyum. "Aduh acil Jannah tua-tua gitu masih aja katrok. Atau... Aaah... Dia sengaja kali ya."

Mahesa sudah tidak mempedulikan ucapan ibunya. Dia sibuk merutuki kejadian pagi sampai siang tadi. What the hell were you doing, Mahesa Toeweh!!! Dia tidak punya pengalaman dengan perawan sebelumnya. Dia pikir ekspresi kesakitan Amanda dikarenakan dia terlalu bersemangat menghajar wanita itu. Berjam-jam, nonstop. Tapi... Ternyata...

"Sudah.... Nanti bisa dilanjut lagi kalau sudah pulang. Pantas saja Manda gak ikut. Gak taunya kamu bikin tepar ya."

Mahesa gagal fokus. Dia sudah dihadapkan pada bayang-bayang mengerikan. Dia takut Amanda hamil. Oh sialan! Dimana kamu taruh otakmu, Mahesa? Untuk apa gelar magister dibelakang namamu?? Bisikan dalam kepalanya bersahut-sahutan. Dia bisa gila.

***

Membayangkan akan bertemu Mahesa saja sudah membuat Amanda gentar. Ia tidak keluar kamar sepanjang hari. Malam tadi pun saat acil Jannah memanggilnya untuk makan malam, Amanda beralasan tidak lapar dan ingin langsung tidur saja. Apakah malam ini dia juga akan mengatakan hal yang sama? Atau meminta acil Jannah membawakan makanannya ke kamar seperti tadi pagi?

Ini hari Senin, tadi pagi acil Jannah bilang Mahesa pergi untuk mengurus beberapa berkas. Mungkin akan pulang sedikit malam. Apa sebaiknya dia keluar saja? Amanda menimbang keputusannya seraya mondar-mandir didalam kamar. Lagipula sepertinya Mahesa belum pulang. Dengan nekad, Amanda keluar dari kamarnya, mengendap-endap ke dapur. Mengeluarkan beberapa jenis buah dari dalam kulkas dan meletakkan kedalam mangkuk besar.

"Aku baru tahu selain Digo, ada peliharaan lain dirumah ini."

Langkah pelan Amanda terhenti. Itu suara Mahesa. Amanda membalikkan tubuh. Tersenyum semanis yang dia bisa.

"Kemarin... Boleh juga. Dan... aku menyesal kenapa abangku belum mencicipi tubuhmu itu sebelum dia meninggal."

Amanda tersenyum miring. "Aku anggap itu pujian. Tapi akan lebih bijaksana lagi kalau kamu gak membawa Michael kedalam topik ini."

Mahesa mendengus pelan. "Sepertinya kamu gak menyesal sama sekali. Yah perempuan gampangan memang begitu. Kupikir, kamu bisa menghangatkan kasurku setiap malam." Senyuman sinis Mahesa tersungging.

Amanda mengendikkan bahu. "Sepertinya kamu belum pernah tidur dengan perawan sebelumnya. Aku mengerti kalau kamu ketagihan, Ryshaka. Lagipula sudah tugasku sebagai istri menuruti semua yang kamu mau kan? Apa yang kamu bilang kemarin benar, aku memang gak siap hidup susah. Jadi, terserah kamu mau bagaimana. Aku anggap aku mengabdikan diriku karena keluargamu sudah menyelamatkan kami dari kesusahan." Amanda membawa mangkuk buahnya pergi dari dapur.

Mahesa terpaku ditempatnya. Entah hanya perasaannya saja atau memang nyata, ia melihat kepedihan dimata Amanda. Hanya sekilas. Karena wanita itu sangat pandai mengendalikan emosi diwajah datarnya. Untuk sesaat ia menyesal kenapa tidak bisa mengontrol ucapan. Didekat Amanda, hanya ada emosi yang membakar hatinya. Rasa kesal mendominasi tanpa ia tahu apa penyebabnya.

***

Keesokan harinya, kunjungan tak terduga datang dari Michelle Vienna Liman. Siapa lagi kalau bukan ibu mertua Amanda yang luar biasa berkuasa dikeluarga besar Toeweh. Tiga hari setelah pernikahan dan dia sudah tak mampu menahan rasa penasarannya.

"Kemarin lusa kita baru aja ketemu, ma." Mahesa duduk tak nyaman disebelah kanan Amanda.

"Jadi kamu gak suka mama datang?"

"Bukan gitu..." Mahesa melirik istrinya. "Tapi sumpah deh, ini baru tiga hari sejak aku pindah kesini. Mama nih perhatian atau kepo sih?"

Michelle cemberut. Sikapnya memang kaku tapi ekspresi dan ucapan-ucapannya kadang menggelitik Amanda untuk tertawa. Tapi ia tidak berani. Siapa dirinya memang?

"Kerasan disini, Manda?"

"Eehh... Iya, bu. Eh, ma."

"Padahal kalau kamu gak kerasan, kalian bisa tinggal dirumah."

Amanda meneliti ibu mertuanya. Setelah ia menikah dengan Michael, Michelle tidak pernah seantusias ini mengajaknya bicara. Wanita itu lebih banyak diam. Tapi saat Mahesa sudah kembali, sikapnya menjadi sedikit berbeda. Sedikit. Sedikit saja. Tapi sudah membuat Amanda keheranan.

"Mama..." Mahesa menggelengkan kepalanya tak kentara. Kode agar ibunya tidak bicara aneh-aneh.

"Mama bawain jamu loh. Supaya lancar jaya."

"Jamu?" Amanda seolah mengalami disorientasi.

"Iya." Angguk Michelle. "Buat kamu sama Mahesa. Supaya makin semangat."

"Eem... Ma, kayaknya mama mendingan nyusul papa ke kantor deh, ma. Aku antar. Ya?" Mahesa menarik tangan ibunya.

"Apaan sih?" Nyonya Fevri menepis tangan putranya. "Mama belum jelasin cara buatnya ke Amanda."

"Udah... Itu nanti aja. Aku antar mama sekarang. Ya? Oke."

Amanda hanya bisa menatap kepergian ibu dan anak itu dengan pandangan aneh. Bungkusan jamu diatas meja menarik perhatiannya. Jamu kuat dan tahan lama. What?? Amanda bergidik. Anaknya sialan, ibunya aneh.

***

Mahesa mengerang sebal. Setiap dia mulai mencumbu gadis yang dipersiapkan Jovi untuknya, yang ada dalam bayangannya justru Amanda. Berkeringat, telanjang, pasrah dibawah tubuhnya.

"Sialaaan...." Ia mengerang lagi dan mendorong gadis didepannya agar menjauh.

Dia membenci Amanda. Dulu saat SMA, perempuan itu menjadi sumber masalah untuknya. Dia berhadapan dengan guru pembimbing nyaris setiap hari. Entah karena terlambat, membolos, kedapatan merokok bahkan berkelahi. Amanda seolah mejadi alarm. Dia selalu melaporkan kelakuan nakal Mahesa kebagian BP.

Lalu sekarang, dia menjadi sumber kesialan baru. Setelah tujuh tahun terbebas, kenapa harus wanita itu lagi yang mengganggu hidupnya. Pertama Michael, lalu Mahesa. Michael adalah abang idolanya. Kakaknya itu terlalu sempurna. Dia pria baik-baik, cerdas, berprestasi, dan juga pekerja yang luar biasa untuk perusahaan keluarga. Dan dia harus meninggal secara tragis setelah pernikahannya membuat Mahesa kesal. Kakaknya pasti tertekan sampai tidak fokus dalam menyetir.

Seolah belum cukup itu semua, wanita sumber kesialan itu malah dioper padanya. Membuatnya terikat status pernikahan diusia yang mana seharusnya dia masih bersenang-senang tanpa memikirkan rumah tangga, keluarga, anak, dan lain-lain selain bisnis yang tengah dimulainya. Terlebih, wanita itu sekarang seolah mengacaukan seleranya. Sebelum ini, Mahesa selalu bisa menghabiskan waktu sampai pagi dengan para wanita berbeda. Tapi hari ini, satu saja belum berhasil. Mahesa meremas rambutnya. Meraih kunci mobil. Dia sebaiknya pulang saja.

***

Ketukan beruntun dipintu kamar membuat Amanda berlari buru-buru dari kamar mandi. Dia baru saja selesai mandi karena tadi sore justru ketiduran sampai pukul sepuluh malam. Dia membuka pintu dengan cepat.

"Ya? Oh ya ampun!"

Ia ingin menutup kembali pintu karena sadar siapa yang ada diluar dan kondisinya yang masih memakai handuk sebatas dada. Namun gerakannya kalah cepat. Mahesa sudah menahan pintu dan masuk. Pria itu mengunci pintu kemudian mencabut dan melemparkan anak kuncinya ke sembarang arah.

"K-k-kamu mau apa?" Refleks Amanda merapatkan handuknya.

"Kurasa aku perlu kamu malam ini."

"Ak... Ak... Aku." Amanda mundur kebelakang. "Aku gak mau!"

"Kamu bilang kamu akan penuhi semua permintaanku." Mahesa menarik handuk Amanda kasar, membuat wanita itu berlari cepat kearah ranjang dan menyelimuti tubuhnya dengan bedcover tebal.

"Gak!"

"Tepati ucapanmu, Mikha. Kamu itu istriku. Pelacurku yang sah!! Kamu gak bisa mengelak!"

"Kamu sialan, Ry!!"

Amanda benci tenaganya yang lemah. Karena Mahesa dengan mudah menarik selimut itu, tersenyum culas melihat tubuh polos Amanda yang masih setengah basah.

"Kamu boleh sebut aku apa aja, Mikhayla. Tapi selama statusmu istriku, aku bisa memperlakukan kamu sesuka."

"Kamu benar-benar bajingan! Kakakmu lebih baik dari kamu! Kamu sialan! Wajar kalau Michael lebih mudah mendapatkan kepercayaan papa kamu!"

"Jaga bicaramu, Mikhayla!!!" Mahesa menarik kaki Amanda dengan kasar. "Kamu harus membayar semua sikap lancangmu ini! Aku sudah membeli kamu dari keluargamu, technically. Dan hidupmu sekarang ada dibawah kakiku!"

May 7th 2017

Mahesa emang ngeselin sih. Aku yang nulis aja kesel. Lebih kesel lagi karena kadang otakku buntu gitu tiap mau nulis. Hahahaha 😂🔫

Continue Reading

You'll Also Like

2M 29.5K 27
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
576K 24.2K 39
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
318K 25K 36
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
545K 39.4K 38
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...