A Sweet Treat For Wattpad Aut...

Por AryNilandari

170K 26.4K 7K

Hanya untuk kamu yang ingin selalu meningkatkan keterampilan menulis. Karena tulisanmu menunjukkan siapa d... Más

Daftar Isi
I. Sajian Pembuka
I.1. Empty Your Plate
I.2. Jadi, Intinya Wattpad Itu....
I.3. Niat
I.4. Modal
I.5. Ide
I.6. Genre
1.7. Just Write!
1.8. Outline, Perlukah?
II. Sajian Utama
II.1 Karakter
II.2. Setting
II.3 Konflik dan Penyelesaian
II.4 Emosi
II.5. POV (Point of View)
II.6 Dialog
II.8 Deskripsi
II.9 Logika Cerita
II.10 Judul
II.12 Etika, Moral, dan Budaya
Kelas Membuat Outline (Pemula)
Kelas Membuat Outline (Advance)
Konfirmasi Kelas Outline
Kelas Teknik Outline Kembali digelar!
Konfirmasi Kelas Outline 25 dan 27 April 2018
III. Sajian Penutup
III.1a. Study Case: Edit Revise Rewrite WMHS
III.2. Cover, Sinopsis, dan Blurb
III.6 Dari Wattpad ke Paper-Book (Penerbitan)
Pelatihan Offline
WORKSHOP MENULIS WATTPAD

II.7 Alur, Plot, dan Struktur

5.6K 604 189
Por AryNilandari

Alur adalah pergerakan cerita dari satu titik ke titik lain, berkaitan dengan timeline, atau lini masa. Pergerakan itu bisa maju, mundur, atau bolak-balik.

Untuk novel, cerita bisa menempati lini masa yang panjang, tidak hanya sebatas usia tokoh utama, dari lahir sampai matinya. Tapi lini masa bisa menjangkau beberapa generasi, terutama dalam genre fiksi historis dan fantasi.

Cerita bisa juga mencakup satu kurun waktu saja dalam kehidupan si tokoh utama. Pada fiksi kontemporer, misalnya, slot waktu yang diperlukan hanya saat protagonis bersekolah. Masa lalu dikisahkan dengan cara flash back.

Sebaliknya pada cerpen atau one shot, slot waktu yang diliput sangat singkat, right now right here.

Plot adalah kejadian-kejadian yang membangun cerita, saling relevan dan berhubungan sebab akibat.

Plot dibangun oleh empat unsur dasar: karakter utama (Lead), tujuannya (Objective), konflik/hambatan yang dihadapinya untuk mencapai tujuan itu (Confrontation), dan penyelesaian (Solution).

Jadi, karakter utama yang punya tujuan berkonflik dengan penghambat (antagonis), atau dengan situasi, atau bahkan dengan diri sendiri (antagonis yang bukan berupa tokoh lain). Konflik menjadi semakin rumit dan perlahan diselesaikan menuju ending.

Plot yang baik menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut secara memuaskan:

1. Cerita ini tentang apa sih? (tema, genre)

2. Adakah sesuatu yang terjadi? (action, perubahan)

3. Kenapa pembaca harus terus membaca? (menumbuhkan keingintahuan dan kepedulian pembaca dengan kisah tokoh utama)

4. Kenapa pembaca harus peduli? (kaitan emosional pembaca dengan tokoh utama)

Struktur Cerita

Struktur cerita melingkupi awal, tengah, dan akhir.

Awal: Selalu tentang SIAPA dalam ceritamu. Jalan masuknya adalah sang LEAD. Kamu harus segera menghubungkan pembaca dengannya. Di awal, kamu juga perlu menyajikan setting, situasi, dan memperkenalkan masalah yang dihadapi si tokoh, agar pembaca ingin terus membaca.

Tahan keinginanmu untuk menjejalkan semua informasi atau memaparkan latar belakang si tokoh. Bayangkan, kamu sedang memperkenalkan seseorang kepada khalayak, mereka baru bertemu dengannya, tapi kamu malah mengocehkan biografinya. Adakah yang tertarik? Apakah mereka bisa mengingat semuanya? Apakah mereka peduli?

Cukup bagian-bagian yang dirasa akan membuat pembaca terkesan dengan tokohmu. Jangan juga jatuh pada deskripsi klise karakter. Tampan. Cantik. Kaya. Pintar. Apa istimewanya?

Dan satu lagi, jangan membuat kening pembaca berkerut di awal dengan dialog panjang banyak orang sehingga tidak jelas lagi mana yang Lead dan mana yang figuran.

TUGAS KAMU SEBAGAI PENULIS ADALAH MEMBUAT PEMBACA TERTARIK UNTUK TERUS MEMBACA.

KALIMAT PERTAMA menjadi pemancing,

PARAGRAF PERTAMA merangsang keingintahuan,

BAB PERTAMA memastikan pembacamu tidak pergi.

Editor penerbit yang berpengalaman karena setiap hari membaca puluhan naskah yang masuk ke redaksi biasanya hanya memberimu kesempatan dengan: sinopsis dan bab pertama. Buat dia tertarik dengan 1000 kata pertama.

Tengah: Di sini konfrontasi terjadi. Serangkaian konflik dan pertempuran antara Lead dan penghambatnya. Pembaca dibuat lebih mengenal si tokoh utama, mendengar jeritan batinnya, membuat koneksi emosional, dan peduli dengan apa yang terjadi padanya. Di sini juga ada persiapan menuju final battle, dan clues  bagaimana cerita akan berakhir.

Akhir: Akhir yang baik mengikat/menyimpulkan semua benang yang menganyam ceritamu. Tidak ada benang yang lepas. Semua terjawab secara logis. Akhirnya bisa berupa:

a. Tokoh utama mencapai tujuannya (bisa happy atau sad end)

b. Tokoh utama tidak mencapai tujuannya tetapi diberi solusi lain yang memuaskan.

c. Pembaca dibiarkan menebak, berdasarkan clues yang disebar.

Plot Utama, Subplot, dan Plot Paralel

Plot utama ibarat sungai besar, dan subplot ibarat sungai-sungai kecil yang bergabung dengan sungai besar, menuju muara. Baik plot utama dan subplot berujung pada satu titik penyelesaian. Banyaknya subplot bergantung pada target pembaca dan kemampuan penulis merangkaikan semuanya menjadi satu cerita utuh tentang si tokoh utama. Plot paralel ibarat sungai besar yang lain, dan mengalir berdampingan dengan plot utama, bisa bersinggungan dan bermuara di satu titik yang sama, bisa juga berbeda. Plot paralel tidak dibahas di sini karena begitu rumit dan jarang digunakan kecuali oleh penulis kelas dunia.

Contoh:

Plot utama: Adi menggunakan uang kelas untuk keperluan pribadi dan harus menggantinya segera. Ia hendak bekerja membantu pamannya di perpustakaan agar mendapatkan uang saku dan menyelesaikan masalahnya.

Subplot: Masalah-masalah yang menambah kerumitan plot utama, dan bisa juga berdiri sendiri, tetapi menguatkan karakter utama, misalnya:

Acara kelas dan upaya pencarian dana; Adi disibukkan oleh kegiatan ini sehingga kurang waktu untuk menjalankan rencana pribadi (menghambat tujuan).

Hubungan Adi dengan sahabatnya, Maya. Maya tiba-tiba sering tidak masuk sekolah, tanpa kabar (mengalihkan perhatian).

Adi menerima paket misterius berisi surat-surat kuno (berpotensi menjadi sumber penyelesaian masalah Adi).

Paman sedang berusaha berhenti merokok, pernah sekali merokok di ruang belakang perpustakaan dan tertidur. Rokoknya nyaris menimbulkan kebakaran (menguatkan karakter Adi yang sangat mencintai pamannya).

Penggerak Plot

Motif dan Tujuan: Tokoh utama (protagonis) mempunyai tujuan, dan antagonis mempunyai motif untuk menghambat. Keduanya berkonflik untuk mencapai keinginan masing-masing.

Konsekuensi: Kalau tujuan adalah yang dikejar si tokoh, maka konsekuensi adalah yang mengejarnya. Si tokoh mengejar sesuatu, cerita menjadi menarik. Tapi jika dia juga dikejar oleh konsekuensi, ketegangan menjadi dua kali lipat. Misalnya, si tokoh harus menemukan benda antik warisan keluarga yang dulu pernah dijual ibunya. Pelacakannya menarik untuk diikuti. Tapi akan lebih menegangkan jika ia juga terancam konsekuensi, jika benda itu tidak ditemukan dalam batas waktu tertentu, sebuah kutukan akan menghancurkan keluarganya. Konsekuensi harus diberitahukan kepada pembaca sebelum si tokoh memulai petualangannya. Ia tahu apa risikonya kalau ia gagal.

Persyaratan: Tujuan akan tercapai, hanya masalah waktu saja, lalu cerita selesai. Tapi tujuan tidak begitu saja dapat tercapai, tanpa melakukan sesuatu. Cowok yang ingin banget tampil beda tapi tak punya uang, tidak bisa masalahnya diselesaikan dengan ia menemukan uang, atau mendapatkan hadiah baju baru. Itu jebakan plot yang memudahkan penyelesaian masalah.

Persyaratan adalah upaya-upaya yang perlu dilakukan si tokoh untuk membuatnya berhasil menyelesaikan masalah.

Jebakan Plot

Jebakan muncul saat penulis mengalami kebuntuan plot. Untuk menggerakkannya lagi, penulis mengambil cara mudah, lupa pada elemen-elemen penggerak plot di atas. Artinya, ketika tokohnya menghadapi konflik yang begitu rumit dan seolah semua jalan buntu, tiba-tiba dia diberi solusi tanpa harus berusaha keras. Contohnya:

Tokoh antagonis yang menghambat sengaja disingkirkan oleh penulis agar si protagonis dapat mencapai tujuan. Misalnya persaingan dua siswa dalam lomba tari. Agar tokoh utama menang, lawannya tiba-tiba ditimpa kecelakaan. Masalah selesai.

Terjadi peristiwa kebetulan yang melancarkan si tokoh mencapai tujuan. Kebetulan menemukan uang saat si tokoh ingin sekali membeli sesuatu. Kebetulan menemukan buku resep rahasia saat si tokoh ingin sekali ikut lomba masak di istana. Dan banyak lagi jenis-jenis "kebetulan" lainnya. Ada kebetulan yang begitu "kasar" ditambalkan ke dalam cerita, sehingga jelas sekali si tokoh utama tidak berdaya jika tidak dibantu penulis. Tapi ada kebetulan yang secara halus dijalinkan sehingga pembaca tidak menyadarinya. Yang terakhir ini biasanya tidak terlalu masalah bagi pembaca, apalagi kalau cerita secara umum sudah bagus sekali. Dan sedikit bantuan untuk tokoh utama yang sudah berjuang keras tentunya sah-sah saja.

Meminjam mulut orang dewasa. Sering kita dengar istilah ini dalam bacaan anak/remaja. Para tokoh berkonflik, lalu masalah mereka selesai dengan kehadiran orang dewasa yang menasihati atau memberikan teladan. Tokoh utama langsung sadar, menyesal, masalah pun selesai. Atau ketika mereka menghadapi masalah karena ketidaktahuan, muncul pakar dalam bidangnya menjelaskan banyak hal, dan si tokoh manggut-manggut mengerti. Selesai. Wow.

Bagaimana Menghindari Lubang dalam Logika Cerita dan Jebakan Plot?

>> Baca lagi ceritamu dengan mata pembaca, dan minta orang lain juga membaca. Kacamata pembaca berbeda dengan kacamata penulis.

>> Bacalah buku-buku bagus. Perhatikan bagaimana penulis menganyam deskripsi, karakterisasi, narasi, dialog, setting, sedemikian rapat hingga tak ada pertanyaan muncul di benak pembaca. Semuanya terjawab saat kamu sampai di ending. Bahkan ending terbuka pun tidak menyisakan kejanggalan. Pembaca digiring sedemikian rupa dengan fakta-fakta untuk sampai pada kesimpulan atau ending yang logis. (Foreshadowing)

>> Coba menulis mundur. Kamu temukan dulu solusinya, lalu ciptakan konflik yang sesuai. Kadang jika konflik dulu yang muncul, penulis kebingungan dengan solusinya.

>> Jangan bunuh antagonismu.

>> Jangan puas dengan solusi kebetulan.

>> Minimalkan peran orang dewasa sok bijak dalam ceritamu.

>> Buatlah karaktermu hidup dan berkembang. Bukan tokoh stagnan, datar, yang dari awal sampai akhir hadir sekadar nama.

>> Kritis. Banyak-banyak latihan.

Mempercepat Alur

Pace, atau kecepatan langkah, dalam penulisan fiksi mengacu pada kecepatan pergerakan alur dari satu titik ke titik berikutnya.

Yang memperlambat pace:

1. Dialog panjang dan kosong

2. Kilas balik

Yang mempercepat pace:

1. Narasi dan deskripsi aksi

2. Dialog berisi

Misalnya dalam adegan percakapan tokoh utama yang sedang bosan dengan ibunya. Kita ingin menggmbarkan kebosanan si tokoh sekaligus kualitas hubungannya dengan sang ibu.

Ini yang disebut dialog panjang dan kosong:

"Huh, bosan, bosan, bosan!" keluh Adi sambil mengempaskan tubuhnya di sofa.

"Adi, kamu sudah makan, Nak?" tanya Ibu, dari ruang makan.

"Belum, Bu. Adi bosan."

"Makan kok bosan. Lihat, Ibu sudah memasak urap kesukaanmu."

"Adi belum lapar. Nanti saja."

"Baiklah. Tapi jangan lama-lama, nanti masuk angin."

Adi tidak menjawab. Ia menyalakan televisi dan mencari-cari acara yang menarik. Tetapi setelah berganti-ganti channel, ia melemparkan remote kembali ke meja.

"Jangan dilempar-lempar. Kalau jatuh lagi seperti yang dulu, repot kita," tegur Ibu.

"Habis, enggak ada acara yang bagus!" sahut Adi.

"Jam segini mana ada acara televisi yang bagus. Kayaknya malah setiap jam juga tak ada yang bagus." Ibu tersenyum geli. "Lebih baik kamu cari kegiatan lain."

"Itulah, Bu. Aku bosan melakukan apa pun. Diam juga bosan."

"Kenapa?"

"Enggak tahu. Pokoknya bosan."

"Kok bisa? Kegiatanmu banyak. Temanmu banyak."

"Ya, tapi aku sedang malas sama mereka."

"Jadi maumu apa?"

"Enggak tahu."

"Kok enggak tahu? Biasanya kamu asyik main di luar sampai lupa pulang."

"Ya. Tapi lama-lama mereka enggak kreatif."

"Maksudmu?"

"Enggak kreatif alias begitu-begitu saja. Membosankan."

"Oh." Ibu mengangguk-angguk. "Yang kreatif itu menurutmu kayak apa?"

"Aah, Ibu!"

dst.

Penulis mungkin ingin memposisikan Ibu sebagai pengorek informasi agar pembaca mengerti kebosanan Adi. Tetapi yang muncul adalah Ibu yang cerewet dan stupid (Maaf!). Kalau memang seperti itu karakter ibu yang ingin ditampilkan ya tidak masalah. Tapi seringnya, tidak begitu niat penulis. Di bagian lain mungkin Ibu digambarkan supersmart  dan superbijak. Terjadilah inkonsistensi. Dan jelas dialog sepanjang itu tidak memajukan alur. Cerita stuck di sana: Adi bosan. Pembaca pun bosan.

Lalu bagaimana?

"Huh, bosan bosan bosan!" gerutu Adi, sambil mengempaskan tubuh di sofa. Beberapa detik kemudian ia bangun lagi, beranjak ke meja makan. Ibu sedang menyiapkan makan siang. Urap kesukaannya. Tapi campuran sayur dan kelapa itu sekarang tampak seperti.... yah, campuran sayur dan kelapa. Tak lebih.

"Kamu sudah melongok urap tiga kali. Tapi belum juga mau makan. Ada apa?" tanya Ibu.

Adi hanya angkat bahu. Ia kembali ke ruang tengah, memungut remote control  televisi. Berita banjir hampir di setiap channel. Iklan yang sama diulang-ulang ketika ia baru saja menemukan acara yang sepertinya menarik. Adi melemparkan remote ke sofa. Tenaganya terlalu keras, remote itu meluncur hingga ke ujung sofa. Adi melompat cepat untuk menangkapnya sebelum jatuh ke lantai. Kalau remote tv rusak lagi, ia bakal puasa jajan lagi seminggu ke depan.

"Kamu tidak main ke rumah Dimas?" Ibu mencoba membantu.

"Dimas sudah enggak asyik lagi," sahut Adi. Kemarin, Dimas mengajaknya main game. Kemarinnya lagi, game. Kemarin, kemarin, kemarinnya, juga game. Kalau game yang berbeda bolehlah. Tapi sudah seminggu ini game yang sama. Sudah tamat. Selesai. Masa diulang lagi dari awal? Lalu, waktu ia ajak Dimas ke sawah untuk cari tutut, katanya capek. Huh.

Jumlah kata dua adegan di atas hampir sama. Tapi coba cermati dan bandingkan:

Mana yang lebih banyak memberikan informasi?

Mana yang lebih terasa pergerakannya?

Kamu sudah melongok urap tiga kali. ---> menyatakan gerakan lebih banyak, dan kebosanan yang lebih terasa.

Kalau remote tv rusak lagi, bakal puasa jajan seminggu ke depan. ---> menunjukkan kejadian sebelumnya, juga sistem aturan di rumah Adi, sekaligus bagaimana hubungannya dengan orangtua.

Kilas Balik (Flash Back)

Kilas balik diperlukan untuk memberikan informasi pada pembaca tentang latar belakang tokoh. Tapi saat dipaparkan tanpa strategi, efeknya adalah memperlambat alur. Pembaca ditarik ke masa lalu dan kehilangan pijakan dengan kekinian si tokoh.

Apalagi kalau penulis tergoda memberikan latar belakang sekaligus banyak. Terburu-buru. Dan kadang tidak relevan.

Jadi sebelum menyelipkan flash back, pertimbangkan:

1. Waktunya di cerita: Perlukah saat itu juga? Bisakah nanti saja, saat si tokoh sedang menunggu, mau tidur, atau melamun, dan bukannya di tengah aksi. Mungkinkah flash back,  sewaktu si tokoh sedang dikejar pembunuh?

2. Caranya: Jika memang perlu, masukkan informasi latar belakang ke dalam adegan sekarang, melalui dialog atau narasi/deskripsi langsung. Itu berarti informasi secukupnya saja.

"Kenapa sih kamu suka meleng kalau jalan. Kemarin jatuh terpeleset lantai basah. Kemarinnya lagi terperosok lubang galian di depan mata. Dan minggu lalu, ya ampun, itu tiang listrik menjulang, masa enggak kelihatan?"

3. Isinya: Tidak semua kejadian masa lalu harus disampaikan. Yang relevan saja.

Jika kilas balik perlu diberikan dalam bentuk adegan tersendiri dengan gelontoran banyak informasi, pastikan navigasinya jelas, kapan masuk dan keluar dari kilas balik itu. Tapi bukan berarti kamu ujug-ujug  menuliskan flash back on, lalu flash back off .  Banyak kalimat lebih halus, cerdas, dan artistik untuk menunjukkan keluar masuk kilas balik (bukan sekadar dibuat italik. Italik justru tidak diperlukan kalau navigasinya jelas).

Di Write Me His Story banyak contoh kilas balik dan informasi latar yang disajikan secara dicicil dan langsung dalam present time sehingga tidak melambatkan alur.

Bisa dipelajari.

Oke. Cukup ya tentang alur dan plot?  Selamat menulis. Be creative.



----------------------------

Hai

Mohon dukungannya ya di ajang  beliawritingmarathon

dengan masukkan ke library/daftar bacaanmu dan vomment

untuk ceritaku dengan cover ini

update tiap Selasa dan Jumat

Terima kasih

Salam sayang

Ary

Seguir leyendo

También te gustarán

147K 5.2K 39
menceritakan tentang perjodohan antara laki laki cantik dan seorang CEO tampan namun kasar, tegas, dan pemarah #bxb #homo jika salah lapak langsung...
129K 2.4K 14
Setelah cukup lama menetap di kota. Alin, gadis berusia 23 itu akhirnya kembali ke kampung tempat di mana kedua orang tuanya menetap. Tentu alasan ia...
507K 8.1K 19
Megan tidak menyadari bahwa rumah yang ia beli adalah rumah bekas pembunuhan beberapa tahun silam. Beberapa hari tinggal di rumah itu Megan tidak me...
414K 25.9K 55
Ini tentang seorang anak perempuan yang hidup tapi berkali-kali dimatikan, anak perempuan yang mentalnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri, dan an...