I Love my BMX Boy

By simartabakk

43.8K 3.5K 607

Cinta membutakan segalanya, apa cinta juga bisa membuat seseorang merubah sifatnya untuk orang yang disukai? ... More

▶️ 1. Stranger
▶️ 2. Mysterious
▶️ 3. Mineral water
▶️ 4. Halloween party
▶️ 5. Want to know you more?
▶️ 6. Janji?
▶️ 7. Festival
Jas Inpoh (Just Info)
▶️ 8. Di bawah hujan
▶️ 9. Siapa dia
▶️ 10. Nembak?
▶️ 11. Kita.. Jadian?
▶️ 12. Day with you
▶️ 13. Perubahan, untuknya
▶️ 14. Awal
▶️ 15. Masalah?
▶️ 16. Kisah masalalu
▶️ 17. Hilang?
▶️18. Kenapa?
▶️ 19. Belum terungkap(?)
▶️ 20. Hujan
▶️ 21. Kembali
▶️ 22. Prom(?)
▶️ 23. I love you
▶️ 24. Kehilangan adalah kemalangan
▶️ 26. Khawatir
▶️ 27. Kita ini apa?
▶️ 28. Apa ya?
▶️ 29.
▶️ 30. Akhir dan awal perjalanan

▶️ 25. Hai

808 95 16
By simartabakk

*tiup tiup debu*
Hatchim! HEHEHE

HAI.

Happy reading guysss!

***

Rey menghela nafasnya, tangannya terus membelai rambut panjang milik adiknya itu.

"Ve, yang lo lihat itu halusinasi." Kata Rey melepaskan pelukannya
Memegang kedua bahu adiknya dan mengusapnya

"Jangan kaya gini lagi ya, gue sedih ngelihat lo kaya gini." Veranda terdiam menundukkan kepalanya.

"Kenapa sih semua orang nggak percaya kalau Keenan masih hidup?" Ve menatap Rey dengan matanya yang basah karena air mata.

"Veranda.."

"Veranda nggak bohong kak, Ve beneran lihat Keenan!" Veranda meninggikan suaranya.

"Ve, dengerin gue!" Sentak Rey pada Veranda. Veranda menatap kakaknya dengan takut.

Rey tak pernah membentaknya, yang Ve tau Kakaknya ini sangat senang menjahilinya bukan memarahinya.

Rey memalingkan wajahnya dari Veranda "Sorry.. Gue nggak bermaksud bentak lo."

"Veranda, kalau emang Keenan masih hidup, dia pasti akan pulang dan langsung nemuin lo. Dan lihat sampai sekarang pun dia nggak pulang dan nemuin lo kan?" Rey kembali menatap wajah adiknya

"Terserah kata Kakak!" Veranda bangun dari duduknya mengambil sebuah cardigan yang tergantung kemudian memakainya.

Veranda berjalan keluar kamar dengan cepat menuruni tangga, ia tak perduli dengan tatapan aneh dari Papanya juga panggilan dari Mama.

Tak lama Rey berjalan menuruni tangga berniat mencari Veranda. Ia menghentikan niatnya ketika mendengar panggilan dari Dhika, ayahnya.

"Veranda kenapa?" Tanya Dhika dengan melipat koran yang ia baca

"Tadi Rey nggak sengaja bentak Veranda," Kata Rey jujur

"Emangnya adik kamu ngapain sampai kamu bentak? Nggak biasanya kamu bentak Veranda." Frieska meletakkan sepiring kue yang baru saja ia buat lalu duduk di samping Rey

"Itu.. Veranda ngeselin sih ngejekin Rey mulu," Bohong Rey pada kedua orang tuanya.

Rey tak mau jika kedua orang tuanya terleebih sang ayah jika hal yang membuat Veranda menangis seperti tadi adalah Keenan.

"Ohiya, Rey nyari Ve dulu ya." Tanpa menunggu jawaban dari orang tuanya Rey sudah bangkit dari duduknya dan mengambil kunci mobil yang terletak di atas meja.

***

Veranda berjalan menyusuri jalanan aspal seorang diri setelah ia pergi dengan taxi dan berhenti di sebuah taman tempat ia melihat Keenan, ia memeluk dirinya sendiri ketika angin bertiup kencang dan membuat poninya berantakan.

"Kenapa sih semua nggak percaya kalau Keenan masih hidup?" Desisnya dengan duduk di trotoar memainkan jari jarinya

"Gue nggak bohong dan bukan halusinasi. Itu Keenan!" Ujarnya sendiri dengan kesal.

"Ah, gila laper banget gue! Apa gue nyuri aja ya? Eh tapi kriminal gue ntar. Nggak, nggak."

Veranda menoleh kebelakang saat mendengar ucapan itu. Dia bangun dari duduknya.

Veranda berjalan perlahan mendekat sumber suara tadi, dengan perlahan ia menyibakkan semak semak yang menutupi pandangannya.

Veranda menganga tak percaya melihat siapa yang ia lihat, gadis itu menutup mulutnya dengan mata yang mulai memanas.

"Keenan.." Lirihnya,

Orang tadi menoleh ke arah Veranda, menatapnya bingung. Ia menunjuk dirinya sendiri lalu menoleh kebelakang dan kembali menatap Veranda dengan menaikkan satu alisnya

"Lo manggil gue?" Tanya Keenan pada Veranda

Veranda berjalan perlahan mendekat ke arah orang yang ia panggil Keenan tadi. Ia memegang wajah Keenan dengan air matanya yang kembali jatuh. Veranda kemudian memeluk Keenan, orang tadi hanya diam mendapat perlakuan dari Veranda.

Setelah agak lama oramg tadi melepas pelukan Veranda "Sorry, lo kenapa?" Tanyanya dengan heran

"Kamu yang kenapa? Kamu nggak papa kan, Keen?" Orang itu menggaruk kepalanya lalu berdiri

"Keenan? Siapa Keenan? Apa itu nama gue?" Ujarnya dengan berkacak pinggang

"Kamu kenapa sih? Iyalah nama kamu Keenan." Kata Veranda berdiri di depan Keenan

"Tunggu, gue nggak paham. Setelah sekian lama gue nggak tau siapa gue, kenapa gue di sini, dan sekarang da cewek secantik lo yang dateng ke gue meluk gue sambil nangis terus manggil gue Keenan." Pria itu mengoceh, Veranda terdiam mendengarkan ocehan Keenan

"Lelucon apa inii?!" Teriaknya menatap Veranda dengan tangan yang terbentang, Ve terlihat memejamkan matanya takut.

"Sorry." Ucapnya mundur beberapa langkah dari Veranda.

Veranda senang akhirnya ia bisa membuktikan jika Keenan memang masih hidup. Ia tak perduli mau seperti apa Keenan sekarang. Yang pasti ia sangat senang melihat Keenan berdiri di hadapannya dengan terus mengoceh mengenai siapa Veranda dan kenapa ia datang menemuinya.

(...)

Veranda menatap Keenan yang terlihat lahap memakan semangkuk bakso yang sudah menjadi mangkuk ke tiga untuknya.

"Kamu laper banget ya?" Kata Ve mengusap tepi bibir Keenan dengan tissue

"Eh? Gue bisa sendiri kok." Veranda mengangguk dan menjauhkan tangannya dari wajah Keenan

"By the way, lo siapa deh? Kenapa gue ngerasa kalau kita itu deket banget?" Tanya Keenan dengan menyedot habis es jeruk pesanannya.

"Kamu beneran nggak ingat aku?" Veranda memiringkan kepalanya menatap Keenan

Keenan terdiam melihat tingkah Veranda dan menggeleng. Ia mengalihkan pandangannya ke tukang batagor di belakang tubuh Veranda. Ia tidak menyukai saat menatap Veranda, karena ia menjadi salah tingkah sendiri tanpa alasan yang jelas kenapa.

"Hmm.. kamu juga nggak ingat Sinka?" Keenan terlihat berpikir sejenak

"Sinka?" Kinan balik bertanya pada Veranda. Ve mengangguk

"Namanya familiar, tapi siapa ya." Gumam Keenan

Telepon Veranda berdering, ia melihat siapa yang meneleponnya. "Sebentar yah." Veranda menekan tombol hijau pada ponselnya

"Halo, Je.. bisa nggak kesini?.. iya nanti gue kirim alamat tempatnya tapi lo cepetan kesini ya?.. gue nggak papa kok.. ohiya ajak si Boby sekalian ya?.. oke makasih, Je."

Veranda kembali duduk di depan Keenan. Ia tidak ingin banyaj bertanya dulu sekarang soal kejadian ini. Keenan yang tiba tiba ada di hadapannya. Ia lebih memilih mengamati majah Keenan sekarang, walau terlihat ada beberapa luka sobek di wajahnya itu tak membuat Keenan terlihat jelek.

"Lo kenapa sih? Liatin gue gitu amat." Kata Keenan heran.

"Nggak papa, aku kangen aja. Udah lama nggak lihat kamu." Jawab Ve dengan diakhiri dengan senyumannya.

Veranda melambaikan tangannya pada orang dibelakang Keenan. Ia bangun dari duduknya dan menghampiri orang itu. Keenan memilih diam memainkan sedotan di gelasnya.

"Aduh, Mba Peee.. Kenapa sih lu nyuruh gua ke sini sama ini nenek lampirr?" Ucap Boby dengan mengucek matanya

"HEH! Gua udah nyetirin lo juga sekarang lo ngatain gua nenek lampir? Emang temen nggak tau malu lo, tau gitu tadi lo gua turunin di lampu merah aja!" Seru Jeje kesal

"Udahh, ehiya gue mau nunjukin seseorang ke kalian. Pasti kalian nggak percaya." Veranda menarik lengan Jeje menuju bangku yanh tadi ia duduki dengan Keenan

"Siape sih, Ve? Cowok lo yang baru atau siap-." Jeje membulatkan matanya

"ASTAGAA! MAMIIII! SETAAAAAN!" Jeje berteriak sambil melompat kebelakang tubuh Veranda.

Boby berjalan menghampiri mereka dengan nyawa yang belum sepenuhnya berada di tubuhnya.

"Berisik aja sih, Je." Ujar Boby dengan menguap

Boby menoleh ke arah lelaaki yanh ada di sampingnya, Keenan menoleh dan tersenyum pada Boby.

"Oh, Keenan. Hai, Nan! Apakabar?" Ujar Boby

"Bob! Kok lo nggak takut sih!? Itu Keenan! Sadar woy, Bobyyy!!" Jeje menepuk wajah Boby

"Wait, siapa kata lo. Keenan? Hahaha, jangan ngarang deh, Je." Kata Boby  kembali menoleh sedetik kemudian

"Bundaaa!! Boby belom mati kaan!?" Boby ikut bersembunyi dibalik tubuh Veranda.

Veranda memutar bola matanya malas, sementara Keenan mengidikkan bahunya bingung. Sebenarnya siapa mereka dan kenapa mereka terlihat sangat takut saat melihatnya.

Setelah menjelaskan semuanya, kini Jeje dan Boby duduk bersama Keenan dan Veranda.

"Jadi, ini beneran lo?" Boby menyentuh wajah Keenan "Akhirnya temen gue balikk! Makasih Ya Allahhh! Utang dia ke gue masih banyakk."

"Tunggu deh, lo nggak ingat siapa kita?" Jeje menatap Keenan

"Emang kalian siapa? Dan beneran nama gue Keenan? Keren juga nama gue."

"What the.. Ve, dia nggak inget nama dia?" Jeje berganti menatap Veranda, Veranda menggelengkan krpalanya

"Makanya gue minta lo kesini sama Boby. Gue mau minta tolong biar Keenan tinggal sementara di tempat Boby." Boby menghentikan kunyahannya

"Di tempat gue? Kenapa nggak suruh dia pulang aja?" Jeje dengan cepat menjitak kepala Boby

"Yang ada Om Alex jantungan dan Sinka juga bisa jantungan! Jangan sekaranh lah apalagi liat wujudnya Keenan kaya gini. Paling nggak tunggu dia lebih berwujud dulu." Kata Jeje dengan asal.

"Besok temenin gue ya," Veranda menoleh ke arah Jeje

"Kemana?"

"Rumah sakit. Kita cari tau penyebab Keenan bisa kaya gini." Jeje mengangkat jempolnya tanda setuju.

***

"Veranda! Darimana aja? Kakak khawatir sama kamu." Rey segera berjalan menghampiri Veranda

"Maaf ya, tadi Kakak bentak kamu." Kata Rey menyesal

"Nggak papa kok, Ve mau istirahat dulu ya sekarang." Veranda tersenyum lalu menaiki tangga menuju kamarnya.

Di tempat lain, Boby terlihat antusias menceritakan semua hal yang Keenan lewatkan.

"Masa gara gara nggak ada lo, kita jadi nggak pernah kumpul lagi buat main bmx bareng. Apagi si Adam baper banget gara gara nggak ada lo." Oceh Boby

"Dia sampe mau bakar sepedanya aja biar nggak keinget lo. Alay dia emang." Keenan hanya diam mendengarkan Boby

"Siapa Adam? Apa gue suka main bmx?" Keenan menunjuk dirinya sendiri

"Iya, lo tuh jago banget lo menang banyak lomba tau nggak!"

"Hebat juga gue ternyata." Gumam Keenan

"Ohiya, lo itu pujaan sekolah kita dulu, lo juga biang keroknya sekolah kita." Boby merangkul Keenan

"Gue jadi penasaran kaya apa gue dulu." Ujar Keenan menatap Boby

Boby menepuk pundak Keenan dam tersenyum.

"Makanya besok kita ketemu dokter, yaudah lah gue ngantuk. Tidur duluan ya gue." Boby beranjak dari duduknya dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

Sementara Keenan berjalan keluar rumah Boby, menatap langit langit yang entah kenapa terlihat lebih indah dari malam malam sebelumnya.

Langit seakan memihak pada Veranda yang sudah kembali bertemu dengan Keenan. Salah satu sumber kebahagiaanya.

"Sebenernya siapa Veranda itu? Kenapa gue ngerasa seneng banget pas lihat dia dan gue ngerasa kalau gue deket sama dia. Apa kita dulu sahabatan?" Gumam Keenan

***

Hari ini Veranda, Jeje, Keenan dan Boby berada di rumah sakit. Menunggu hasil test pemeriksaan Keenan.

Bicara soal Keenan, hari ini ia terlohat lebih rapih juga tampan pastinya. Boby sudah mencukur rambut Keenan dan menatanya dengan rapih. Keenan memakai kaus yang dibalut dengan jaket warna hitam milik Boby.

"Gue nggak nyangka lo bisa dandanin Keenan jadi cakep lagi." Puji Jeje dengan bertepuk tangan

"Weitts! Iyadong Aa Boby." Kata Boby dengan mengangkat krah kemejanya

"Veranda." Panggil Keenan

"Iyaa?" Ve menoleh ke arah Keenan.

"Aku mau ke toilet dulu ya,"

"Mau aku temenin?" Keenan menatap aneh ke arah Veranda "Eh maksud aku biar Boby yang nemenin kamu." Ralat Veranda, Keenan tersenyum dan menggeleng

"Gapapa gue bisa sendiri." Keenan bangun dari duduknya dan berjalan menuju toilet.

Keenan berjalan menuju toilet dengan melihat sekelilingnya, mencari keberadaan toilet di rumah sakit itu. Sesekali ia tersenyum pada gadis gadis SMA yang menatapnya dengan kagum.

"Astagaa, dia senyum ke gue."

"Nggak dia senyum ke gue. Jangan kepedean lo ketiak buaya!"

Ujar gadis gadis itu ribut.

Sementara itu Adam berjalan dengan memainkan ponselnya, ia terus tersenyum senyum saat membaca sebuah komik online yang ada di ponselnya.

"Aduh! Gimana sih jalan pake mata!" Omel Adam namun oranh yang menabraknya itu tidak berhenti dan terus berjalan.

"Kayak kenal, siapa ya.." Adam memperhatikan orang itu dengan teliti.

"Ya Tuhan! Itu.. Astagaa nggak, gue pasti udah gila!" Ujar Adam denhan berjalan cepat menemui seseorang

"Bobyyy!!" Ujar Adam berteriak dan langsunh bersimpuh di depan Boby

"Hehh! Satpam kampus ini rumah sakit jangan teriak teriakkk!" Tegur Jeje menoyor kepala Adam

"Bob, Je, Verandaaa!" Adam beralih memegang kedua lutut Veranda, yang di hempaskan oleg Jeje

"Kaga udah modus megang megang Veranda!" Kata Jeje tajam. "Ada apaan sih lo kaya abis ngelihat setan gitu!" Tukas Jeje

"Iya gue habis liat setan!"

"Lhoh? Mas yang tadi gue tabrak kan? Sorry ya, gue kebelet banget tadi ga sempet minta maaf deh." Ujar seseorang,

"Ini setan! Ini setan kan! Kalian kok nggak takut?!" Tanya Adam khas dengan suara medoknya

"Ohh, ini bukan setan. Ini emang Keenan." Boby berjalan mendekat ke arah Keenan dan merangkul Keenan

"Dia siapa, Bob?" Tanya Keenan menatap Boby

"Dia Adam, yang semalem gue ceritain itu." Keenan ber oh ria dengan menganggukkan kepalanya

"Apakabar, Dam?" Sapa Keenan tersenyum

"Je, dia ngomong sama gue. Gue bukan indigo kan?" Adam menatap Jeje takut.

"Yaelah, ini emang Keenan." Kata Jeje

Baru hendak bercerita nama Keenan sudah di panggil.

"Nanti gue ceritain. Sekarang gue masuk duluan ya. Lo di sini aja jangan kemana kemana." Adam mengangguk patuh.

Dokter Sam terlihat melihat hasil rontgen milik Keenan.

"Permisi, dok." Kata Ve dengan ramah.

"Iya silahkan."

"Jadi gimana dok otak temen saya? Kalau gila sih udah dari dulu tapi soal lupa ingatannya ini gimana?" Tanya Boby yang mendapat injakan kaki dari heels Jeje.

"Duduk dulu," Dokter Sam mempersilahkan,

Keenan dan Veranda duduk sementara Jeje dam Boby terlihat sibuk bertengkar.

"Sebelumnya apa anda mengalami kecelakaan?" Tanya Sam pada Keenan

"Emm, biar saya yang jelaskan dok, jadi beberapa bulan yang lalu di kecelakaan dan kita baru bertemu Keenan lagi kemarin." Kata Ve

"Hmm begitu, menurut hasil pemeriksaan Tuan Keenan mengalami benturan yang lumayan keras di bagian kepalanya dan membuat dia lupa ingatan." Kata Sam

"Dia lupa semuanya dok? Serius? Yahh dia lupa utang dia ke gue dong? Ah rugi bandar ini!" Ujar Boby

"Heh! Temen lo kena musibah bego!" Jeje mencubit lengan Boby kesal.

"Hahaha, Amnesia retrogade tidak membuat semuanya pasien lupakan, hanya sebagian besar."

"Apa ingatannya bisa pulih lagi, Dok?" Tanya Ve dengan menatap Keenan yang tampak tenang saja.

"Bisa karena ini bukan permanent, tapi saya tidak bisa memastikan kapan semua akan pulih. Tapi masih ada harapan dan ingat masih ada Tuhan yang selalu ada. Kita berdoa saja agar Tuan Keenan bisa dengan cepat mendapat semua ingatannya lagi." Kata Sam yang diakhiri dengan senyuman.

"Kalian bisa membantu pasien untuk memulihkan kembali ingatannya, tapi saran saya jangan terlalu di paksakan. Pelan pelan saja." Ujar Sam menatap Veranda

"Pelan pelan berasa mau nyebrang jalan aja." Ucap Boby pelan.

"Yasudah, ini resepnya. Semoga lekas sembuh ya." Sam tersenyum pada Keenan.

***

Sekarang mereka semua berada di arena bmx. Tempat Keenan dan teman temannya berlatih atau sekedar bermain.

"Keen, dulu lo sering banget ke sini." Ujar Adam

"Lo juga suka banget main bmx, sampe sampe lo lebih sering kesini daripada balik ke rumah." Sahut Boby

Keenan tersenyum ia merasa senang di tempat ini, ia juga bersyukur karena ternyata memiliki teman teman yang baik.

Yang ada untuknya saat ia tidak mengingat siapapun seperti sekarang. Ditambah dengan Veranda, ia belum tau pasti apa hubungannya dengan Veranda yang sesungguhnya.

Yang pasti Keenan bahagia melihat Veranda sekarang, mendengar tawa Veranda, dan melihat wajha Veranda. Keenan suka semua hal tentanh Veranda.

"Biasa aja kali liatin Veranda nyaa." Ledek Adam dengan menyenggol lengan Keenan

"Apaan sih, gue biasa aja." Jawab Keenan salah tingkah. Sementara pipi Veranda sudah memerah sekarang. Ia hanya tersenyum dan menatap Keenan yang juga sedang menatapnya

"Lirikan matamu menarik hatii." Jeje menyanyikan sebuah lagu

"Sikat, Keen!" Kata Boby pada Keenan

"Lo pikir dia kamar mandi segala di sikat?" Kata Jeje sinis pada Boby

"Lo ngajak gue berantem mulu!" Sulut Boby

"Udah elah! Jadi cinta tau rasa lo berdua!" Kata Adam santai.

"Najis!"

"Amit amit mending gua jomblo terus daripada sama dia." Kata jeje

Keenan terus menatap Veranda yang sedang menata rambutnya karena tertiup angin.

"Sebenernya ada hubungan apa gue sama lo, Veranda?" Kata Keenan dalam hati.

***

HUALOOO
Long time no see yaa.
Akhirnya gue #Kembali lanjutin ini cerita heheh.

Hayuk itu yang kemarin nanya kapan ini dilanjutin gue kabulin, heheh.

Maaf ya kalau typo, aneh atau apapun. Sekeluarnya ide aja ini wkwk.

Boleh dong di vote sama comment. Wgwg.

Btw, udah mau tanggal 22 aja ya. Graduation ceremony nya Kak Pee sama pengumuman SSK. Semoga osaosi kalian masup sengbatsu yha.

Gini ya rasanya patah hati =']

cepet banget ya perasaan. Baru kemarin ini rasanya. Hmmm.

Baper kan gue. Ah. #HarapanSkye sih semoga Kak Pee bahagia di luar sana. Heheh. Sukses dan masih sering main qnl yha. HEHEHAHAHIHI.

Yaudah deh, see you on next part ya #SAHABAT HAHAHAHA

Chaw!

Continue Reading

You'll Also Like

6.4M 716K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
3.5M 749 2
#Book 1 THIS PSYCHOBABY WITH A DEADLY OPIATE! { Harap follow wattpad dan sosial media penulis sebelum baca biar kalian gak ketinggalan notifikasi, in...
55.1M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
9.8M 886K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...