A Sweet Treat For Wattpad Aut...

By AryNilandari

170K 26.4K 7K

Hanya untuk kamu yang ingin selalu meningkatkan keterampilan menulis. Karena tulisanmu menunjukkan siapa d... More

Daftar Isi
I. Sajian Pembuka
I.1. Empty Your Plate
I.2. Jadi, Intinya Wattpad Itu....
I.3. Niat
I.4. Modal
I.5. Ide
I.6. Genre
1.7. Just Write!
1.8. Outline, Perlukah?
II. Sajian Utama
II.1 Karakter
II.2. Setting
II.4 Emosi
II.5. POV (Point of View)
II.6 Dialog
II.7 Alur, Plot, dan Struktur
II.8 Deskripsi
II.9 Logika Cerita
II.10 Judul
II.12 Etika, Moral, dan Budaya
Kelas Membuat Outline (Pemula)
Kelas Membuat Outline (Advance)
Konfirmasi Kelas Outline
Kelas Teknik Outline Kembali digelar!
Konfirmasi Kelas Outline 25 dan 27 April 2018
III. Sajian Penutup
III.1a. Study Case: Edit Revise Rewrite WMHS
III.2. Cover, Sinopsis, dan Blurb
III.6 Dari Wattpad ke Paper-Book (Penerbitan)
Pelatihan Offline
WORKSHOP MENULIS WATTPAD

II.3 Konflik dan Penyelesaian

3.6K 512 57
By AryNilandari

Dalam fiksi, konflik adalah tantangan yang harus diatasi oleh karakter untuk mencapai tujuannya. Konflik menjadi inti sebuah plot, menimbulkan ketegangan dan antisipasi pada pembaca untuk menebak akhir cerita.

Konflik memberi arah dan tujuan pada ceritamu. Tanpa konflik, cerita seperti padang tandus tanpa cakrawala. Pembaca enggak bakal mau terjebak, berputar-putar di dalamnya mengikuti tokoh yang enggak punya tujuan.

Jenis konflik bervariasi, tapi penting sekali untuk dimulai sejak awal cerita. Alih-alih memulai cerita dengan situasi aman damai, tidak ada apa-apa di awal, lalu lambat laun masalah dibangun, jauh lebih efektif menghadirkan tokoh yang sudah bermasalah bahkan sebelum tulisanmu dimulai. Dalam hal ini, konflik menjadi latar belakang, lalu berkembang menjadi semakin rumit.

Pasangan konflik adalah penyelesaian atau resolusi. Penyelesaian tidak identik dengan happy ending. Penyelesaian/resolusi berarti penurunan intensitas menuju closure.

Dengan kata lain:

Konflik tidak selalu berakhir dengan penyelesaian yang memuaskan, tetapi penulis harus memberikan kepuasan pada pembaca dengan penyelesaian yang masuk akal.

Bingung? Coba baca lagi. Haha. Ngerti sekarang?

Makanya ada cerita yang berakhir dengan kematian tokoh utama, tapi karena logis, dan tidak ada plothole, pembaca menerima penyelesaian seperti itu. Walaupun tetap baper.

JENIS KONFLIK

Internal: protagonis berkonflik dengan dirinya sendiri, pergulatan mental yang terjadi di dalam benaknya.

Eksternal: protagonis berkonflik dengan kekuatan luar. Paling umum dan jelas terlihat adalah dengan tokoh lainnya (antagonis) atau orang tidak dikenal (perampok), atau dengan masyarakat/pemerintah/sistem. Bisa juga dengan alam seperti binatang, cuaca, bencana, dll.

Boleh saja dalam satu cerita ada banyak konflik, karena si tokoh punya banyak kemauan atau bergulat menentang kekuatan lebih dari satu. Satu demi satu konflik diselesaikan, tapi bisa saja ada yang dibiarkan menggantung (open ending), dengan clues/foreshadowing sebelumnya, sehingga pembaca bisa mempertimbangkan sendiri.

PENYELESAIAN / RESOLUSI

PENYELESAIAN yang baik selain memberi kepuasan pada pembaca, juga meninggalkan emosi lain seperti kelegaan, kebahagiaan, rasa keadilan, dan yang lebih mendalam adalah kesadaran yang dapat mengubah sikap dan perilaku pembaca.

Emosi dibangkitkan dengan pilihan kata, reaksi dan pemikiran tokoh, dan pilihan konflik.

Konflik membumi, yang bisa saja dihadapi semua orang, akan relatable buat pembaca. Tapi karena pembaca juga pernah mengalami hal serupa, solusi di cerita jangan asalan/memudahkan, karena pembaca tahu enggak segampang itu di kehidupan nyata.

Masalah keuangan misalnya, jangan diselesaikan dengan tiba-tiba mendapatkan warisan. Orang yang jahatnya enggak ketulungan jangan dibuat tiba-tiba mendapatkan hidayah agar masalah selesai. Meskipun di dunia nyata bisa terjadi, dalam fiksi enggak mungkin Voldemort jadi alim dalam semalam. Ada proses.

Sejauh pengalamanmu membaca, pasti ketemu cerita-cerita sempurna, novel dengan penyelesaian memuaskan yang didahului dengan penjelasan memadai, melibatkan emosi. Sesekali ada twist dan unsur provokatif yang merangsang pemikiran dan bikin susah move on.

Tapi kita juga sering menemukan novel yang endingnya terburu-buru, mengurangi kenikmatan membaca cerita yang awalnya sudah bagus. Atau setelah kita bersabar membaca ratusan halaman berharap ada sesuatu, nyatanya novel berakhir hambar. Atau endingnya sulit diterima akal. Kok gini sih? Aaah, ternyata begini aja.

Beberapa halaman terakhir setelah klimaks memang sangat menentukan. Bagaimana caranya agar beberapa halaman ini tidak merusak plot yang sudah terbangun dari awal?

Sekali lagi, hanya beberapa halaman setelah klimaks. Itulah saatnya memberikan resolusi.
Si protagonis menang atau kalah, menyatakan cinta atau melupakan si dia, menangkap pembunuh atau terbunuh.

Si hero tidak bisa kita tinggalkan berdarah-darah di medan perang. Sepasang kekasih perlu waktu untuk merefleksikan cinta mereka dan cobaan yang telah dihadapi untuk mencapainya, dan si detektif mempertimbangkan kasusnya.

Saatnya penulis mengikat semua benang-benang anyaman menjadi simpul erat yang cantik, rapi.

Apa saja yang perlu dimasukkan di halaman-halaman akhir ini? Apa yang tidak perlu dijabarkan lagi?

Karena setiap cerita berbeda dalam durasi, nada, intensitas adegan akhir, dan banyaknya subplot, maka tidak ada formula khusus.

Hanya, RESOLUSI HARUS PAS dengan CERITA, dengan semua elemennya, terutama KARAKTER. Cerita dengan tema yang sama, premis yang sama, bisa berakhir berbeda hanya karena karakternya berbeda. Apalagi ada elemen sudut pandang dan setting yang berbeda.

Tapi sebagai patokan umum adalah bahwa PENULIS perlu menjawab pertanyaan pembaca, mencakup:

1. Apa sebetulnya yang terjadi: Benarkah dia membunuh, apakah ini fitnah atau ada alasan masuk akal untuk tindakannya.

2. Kenapa itu terjadi: Motif sangat penting untuk diungkap di akhir cerita. Kenapa ia lebih mencintai si A, padahal si B yang selalu mendampinginya.

3. Bagaimana nasib setiap tokoh yang terlibat: Semakin banyak karakter terlibat, semakin besar tanggung jawab penulis untuk memikirkan nasib masing-masing saat cerita berakhir. Walaupun tidak semua harus diceritakan, hanya karakter-karakter yang membuat pembaca peduli.

Perubahan/perkembangan tokoh utama harus dipaparkan, sementara lainnya cukup dengan clues tentang apa yang akan terjadi dengan mereka. Pembaca bisa menyimpulkan sendiri. Kalau kamu baca PELIK, aku tidak berkewajiban mendetailkan nasib Lucy dan adiknya. Tapi ada petunjuk ke arah sana.

PERLU DIINGAT: Tidak semua karakter dipuaskan kemauannya di akhir novel. Pembacalah yang harus dipuaskan, dibuat menerima bahwa ending yang seperti itu tidak terhindarkan. Logis. Masuk akal. Ini semacam kontrak penulis dengan pembaca sewaktu kita menciptakan karakter dengan konfliknya.

LEBIH BAIK membuat pembaca pengin lebih ketimbang merusak ceritamu dengan penjelasan yang membosankan atau kesimpulan yang menggurui di akhir cerita. Tapi yang TERBAIK adalah memberikan resolusi yang CUKUP.

Cukup Berarti Ada Keseimbangan

Resolusi harus seimbang dengan keseluruhan cerita. Tidak terlalu panjang, tidak terlalu pendek. Tidak terlalu mendetail, tidak terlalu abstrak. Beri sentuhan humor kalau memang dari awal ada unsur humor. Jangan bercanda jika dari awal ini bukan jenis cerita lucu.

Hanya Kalau Perlu: Epilog dan Masa Depan

Apakah harus ada epilog? Haruskah epilog berisi cerita masa depan si tokoh? TIDAK HARUS. Tanpa epilog, oke. Epilog ada tapi bukan tentang masa jauh ke depan pun oke. Ada pembaca yang akan senang membaca masa depan si tokoh yang mereka cintai. Tapi ada juga yang tidak mau diberitahu oleh penulis, lebih suka membayangkan sendiri. Ada pembaca yang sama sekali tidak mau menghadapi fakta bahwa tokohnya menjadi tua.

Penulis harus memutuskan sejauh mana memaparkan masa depan. Bisa hanya satu dua hari setelah akhir cerita, bisa juga 60 tahun ke depan.

Kuncinya adalah LOGIS / MASUK AKAL

Logis/masuk akal berarti tidak membuat adegan kebetulan, tidak menciptakan tokoh baru di tengah jalan bahkan menjelang akhir cerita hanya agar protagonis bahagia. Tidak membunuh tokoh antagonis seenaknya.

Kalau syarat di atas terpenuhi, pada umumnya, alternatif ending bisa dikelompokkan seperti ini:

1. Happy ending, si protagonis mencapai tujuan dengan sebab akibat logis, sesuai dengan petunjuk yang disebar penulis, sesuai dengan harapan pembaca.

Kalau dalam romansa: si cowok berhasil jadian sama si cewek yang diincarnya sejak awal. Hambatan bisa ditaklukkan

2. Happy ending, tapi si protagonis tidak mencapai tujuannya, melainkan diganti hasil lain yang tidak kalah memuaskan, mengikuti sebab akibat logis.

Setelah hambatan ditaklukkan/dihindari, si cowok jadiannya sama cewek lain, yang disetujui pembaca.

3. Sad ending, si protagonis tidak mencapai tujuannya dengan sebab akibat logis, sesuai petunjuk yang disebar penulis, walau tidak sesuai dengan harapan sebagian pembaca.

Si cowok enggak dapat cewek manapun. Cerita berakhir dengan tragedi.

4. Open ending, penulis menebar petunjuk yang mengarah pada beberapa alternatif ending, diserahkan pada pembaca untuk memilih salah satunya.

May be yes may be not.



Salam kreatif.

Ary

Continue Reading

You'll Also Like

1M 45.9K 36
Anyelir Dayana sangat mencintai Biru Nevandra, namun sebaliknya Biru terlihat tidak mencintainya, padahal hubungan mereka sudah berjalan 6 tahu laman...
648K 49.7K 32
🐰🐰🐰 Hanya menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun dengan keluarga barunya. 🐰🐰🐰
54.1K 9.1K 35
"Saya gak tau kamu jadi pergi dari hidup saya"ucap c "Saya ayah dari anak kamu jadi ayo kita bersama²"ucap z
376K 25.8K 48
"Novel siyaland" "Novel gak jelas" "Antagonis juga berhak bahagia" "kalau gue yang jadi antagonisnya,gue rubah alur ini besar besaran" Up tiap satu m...