A Sweet Treat For Wattpad Aut...

By AryNilandari

170K 26.4K 7K

Hanya untuk kamu yang ingin selalu meningkatkan keterampilan menulis. Karena tulisanmu menunjukkan siapa d... More

Daftar Isi
I. Sajian Pembuka
I.1. Empty Your Plate
I.2. Jadi, Intinya Wattpad Itu....
I.3. Niat
I.4. Modal
I.5. Ide
I.6. Genre
1.7. Just Write!
1.8. Outline, Perlukah?
II. Sajian Utama
II.1 Karakter
II.3 Konflik dan Penyelesaian
II.4 Emosi
II.5. POV (Point of View)
II.6 Dialog
II.7 Alur, Plot, dan Struktur
II.8 Deskripsi
II.9 Logika Cerita
II.10 Judul
II.12 Etika, Moral, dan Budaya
Kelas Membuat Outline (Pemula)
Kelas Membuat Outline (Advance)
Konfirmasi Kelas Outline
Kelas Teknik Outline Kembali digelar!
Konfirmasi Kelas Outline 25 dan 27 April 2018
III. Sajian Penutup
III.1a. Study Case: Edit Revise Rewrite WMHS
III.2. Cover, Sinopsis, dan Blurb
III.6 Dari Wattpad ke Paper-Book (Penerbitan)
Pelatihan Offline
WORKSHOP MENULIS WATTPAD

II.2. Setting

4K 640 57
By AryNilandari

Halo readers,

Senang bisa kembali menghidangkan sesuatu yang manis untukmu. Maafkan aku ya, lebih sering sibuk mengurus anak-anak, Gemi-IgGy, Wynter-Hya-Wynn, RaynArdi, Raiden, dll. ketimbang jadi chef di Sweet Treat. Mumpung lagi break, sebentar meracik tentang Setting deh.

Siap?

Oke.

KESALAHKAPRAHAN BESAR DI DUNIA PENULISAN FIKSI: "Siapa sih yang peduli tentang setting?"

Banyak penulis yang masih menganggap setting hanya latar lokasi dan waktu untuk peristiwa yang terjadi dalam cerita. Jadi, kalau lokasinya di kamar, di sekolah, buat apa repot-repot mendeskripsikan dengan detail? Toh, pembaca tahulah kamar, kelas, sekolah, kantin, kan gitu-gitu saja. Benar?

Salah.

Mari kita luruskan: Setting sama penting dengan elemen-elemen fiksi lainnya, seperti karakter, karakterisasi, plot, dst.

SETTING LOKASI

Sering kita lewatkan detailnya karena dianggap bikin bosan pembaca.  Padahal setting memberikan kedalaman pada setiap adegan. Bukan hanya menjadi pijakan bagi pembaca dalam memaknai cerita, tetapi setting yang dipilih cermat dan tepat juga akan menguatkan karakter tokoh-tokoh kita.

Mau bukti?

Kalau kalian baca Harry Potter, pasti tahu apa makna ruangan kecil di bawah tangga di rumah keluarga Dudley.

Satu lagi.

Sudah baca PELIK  kan? Setting-nya sama dengan Write Me His Story : Darmawangsa International High School. Selain deskripsi kompleks sekolah, bagian interior gedung, kelas, lorong, tangga, yang disebar deskripsinya di tempat yang tepat dan perlu, ada satu tempat yang terkait banget dengan karakter Wynter: kolong jembatan, tepi sungai kecil, di belakang SMA.

Aku membuat eksperimen dengan menggunakan tempat ini buat lokasi ketemuan Rayn dan Raiden. Lihat sendiri, betapa pedulinya pembaca dengan setting.

Bagi Wynter, kolong jembatan itu adalah tempatnya menyepi dan membolos. Ia lebih suka mendengarkan gemerisik air ketimbang omelan Miss Jansen. Dengan menambahkan deskripsi singkat di PELIK, seperti jajaran pohon kersen, aku mengingatkan pembaca pada karakter Wynter. Sekaligus menebar bread crumbs, implisit, bahwa Raiden pernah atau sering dibawa ke sini oleh Wynter, yang berarti sudah jadi teman istimewanya. 

Setting lokasi menguatkan karakter dan memberi makna mendalam pada sebuah adegan.

Tapi bagaimana agar pembaca tidak bosan dengan deskripsi kelas, kamar, sekolah, rumah yang begitu-begitu saja?

Nah, itu kuncinya! Jangan begitu-begitu saja dong deskripsinya. Dan jangan diberikan sekaligus (information dump). Semua tergantung pada cara pendeskripsian, apa yang dideskripsikan, porsinya, dan kapan melakukannya.

Sebagai penulis, kita perlu juga memanfaatkan pengetahuan pembaca. Pembaca tahu kalau di kamar itu pasti ada tempat tidur. Jadi enggak usahlah kita kasih tahu kalau cuma itu. Tapi di kamar karakter kita, bisa jadi tempat tidurnya beda bentuk (sudah SMA masih pake bed Lightning Mcqueen), enggak umum (bed single yang kalau diterjuni si tokoh, berderit panjang kayak aki-aki kumat encoknya). Deskripsikan itu.

Getting personal with setting.

Terlalu banyak hal generik di dunia ini yang semua orang sudah pernah menuliskannya. Merek makanan, kafe dan jenis minumannya, pantai, gunung, sawah, mal, dst. Itu sebabnya ada penulis yang merasa tidak perlu lagi mendeskripsikan hal-hal yang umum. Benar. Untuk hal umum tidak perlu dideksripsikan. Tapi cerita kita tetap perlu sentuhan personal, yang berarti  kita harus jeli menggali komponen berbeda dari sana.

Bagaimana caranya?

DESKPRISIKAN DENGAN PANCAINDRA. Ingatlah:

Penglihatan memberi kehidupan pada fiksi. Siapa narator ceritamu? Apa yang dilihatnya? Kenapa si A dan si B bisa berbeda dalam mendeskripsikan tempat yang sama? Bagaimana emosi memengaruhi deskripsi masing-masing?

Sebagai contoh: Kenapa Megan di PELIK saat mendeskripsikan sekolahnya terasa berbeda dengan cara Wynter atau Ardi? Bagaimana Gemina menggambarkan kebocoran di kamar kosnya? Kalau Tante Vira dimintai pendapat tentang kamar kos, pasti beda juga deskripsinya karena dari sisi ibu kos.

Aroma memicu reaksi/kenangan emosional. Ada emosi terlibat pada teh Lady Grey yang disukai Wynter. Pada apak dan pengapnya gudang di pasar saat trio WMHS bersembunyi dari kejaran penjahat. Pada aroma hujan di dua musim berbeda. Pada wangi bedak bayi yang membuka dunia Rayn, dan membuat Ardi bersin-bersin.

Bunyi-bunyian memberikan sentuhan realisme pada dunia yang kita ciptakan. Saat Wynter menunggui Wynn di rumah sakit. Denting piano yang dimainkan Wynn. Saat Nataneyla dibenamkan di telaga.

Rasa menarik pembaca untuk ikut mencicipi segala sensasi yang dialami karakter. Rasa besi dari darah pada bibir yang pecah (Rayn dan Wynter). Sensasi pahit dan nyeri tenggorokan setelah muntah. Salju di lidah? Kebayang? Atau keping es meluncur di sepanjang punggung? Oreo rasa odol? Hahaha.

Tekstur menghadirkan sensasi ke telapak tangan/kaki pembaca. Bayangkan pasir pantai yang menggerumit di kaki saat ombak datang dan pergi. Tusukan kuku kucing di telapak tangan. Yup, perlu lebih banyak eksplorasi untuk satu indra ini.

Bagaimana kita tahu kapan menggunakan salah satu, salah dua, atau beberapa indra dalam satu adegan?

Selama konteksnya memungkinkan: lakukan saja. Tidak ada cara selain bereksperimen, terus berlatih menulis, dan jangan takut melakukan kesalahan untuk mencapai keseimbangan.

Panca indra kita selama ini melakukan pengamatan terhadap lingkungan secara alami, kelimanya serempak bekerja dan merekamkan kesan di memori. Kira-kira seperti itulah saat menulis. Imajinasi kita bergerak, indra kita aktifkan.

Oke ya?

Jadi, kalau disimpulkan, apa yang membuat kita menghindari deskripsi setting  lokasi?

1. Takut pembaca bosan?

Ya, bakal bosan kalau yang dideskripsikan enggak unik, dan deskripsinya muter-muter, bertele-tele. Menggunakan salah satu indra saja. Atau terlalu njelimet dan teknis (misalnya setting Sci-Fi) sementara cerita belum bergerak.

Bikin pembaca peduli dulu dengan karakternya, sisipkan deskripsi setting ke dalam pemaparan karakter, imbangi dengan aksi dan dialog.

Jangan merasa kamu harus menggelar duniamu seluas-luasnya, sesegera mungkin. Pelan-pelan saja. Sebagian demi sebagian. Tidak masalah kalaupun sampai cerita berakhir, pembaca baru paham world building.

2. Karena pembaca sudah tahu?

Kalau sudah tahu, beritahu dengan cara berbeda, dari sudut lain. Atau gunakan setting baru dan fresh. Riset!

Alih-alih kafe, cobalah bazar. Ganti mal dengan pasar kaget atau festival. Bagaimana dengan stasiun, terminal, situs purbakala, pemakaman, gua di balik air terjun, rawa, gang buntu, penggilingan padi, penampungan besi tua, klinik hewan peliharaan, dll.

3. Karena kelemahan penulis dalam membuat deskripsi menarik?

Well, latihan. Seperti diuraikan di atas, beri sentuhan personal dengan pancaindra.

SETTING WAKTU

Saat menulis cerita realistik (teen fiction/romance), kita cenderung tidak mencantumkan waktu secara definitif. Pembaca langsung digiring pada timeline si tokoh atau penulis. Itu sebabnya secara umum, disebut fiksi realistik kontemporer. Kalaupun ada kilas balik biasanya tidak disebutkan angka tahunnya. Tapi sense waktu ini juga penting bagi pembaca untuk memaknai cerita dan menyatukan kepingan teka-teki berdasarkan linimasa kehidupan si tokoh.

Penyebutan angka tahun baru benar-benar diperlukan saat cerita melibatkan peristiwa bersejarah. Kalau sejarah nyata, novel bisa dimasukkan ke dalam fiksi historis. Kalau sejarahnya berupa rekayasa, masuknya ke ranah fantasi. Apalagi kalau melibatkan deskripsi masa depan.

Apa pun itu, usahakan timeline ceritamu jelas. Buatlah tabel waktu kejadian setiap adegan agar kamu tidak kehilangan jejak sendiri, dan menyesatkan pembaca.

Untuk novel cetak, tentu saja penerbit ingin ceritamu berlaku sepanjang masa. Bisa dibaca generasi kapan saja. Ketika pembeli buku membaca cerita yang sudah bertanggal 10 tahun lalu, tapi bukan cerita historis atau cerita sengaja setting jadul, akan ada kesan cerita enggak "update" atau sudah lewat masanya. Alih-alih memberitahu tokohmu lahir pada 2000, sebaiknya nyatakan dengan usia, misalnya 18 tahun.

Sebagai contoh: Wynter dan Wynn lahir pada 29 Desember 2000 dan 2001, bertemu pertama kali pada 2016. Semua itu cuma ada di Wattpad (yang memang mengutamakan kekinian). Di versi cetaknya nanti, angka tahun itu dihilangkan.

Untuk versi cetak juga, kamu boleh merujuk pada peristiwa nyata lengkap dengan angka tahun. Misalnya Tsunami Aceh pada 24 Desember 2004. Tapi kamu tidak perlu menambahkan "empat belas tahun lalu". Karena bisa saja bukumu terbit lewat dari 2018 yang berarti itungannya akan salah.

Karena versi cetak harus dibaca dengan rasa fresh setiap saat, maka sebaiknya hindari pula jargon-jargon, trend-trend  yang terlalu kekinian tetapi kita tahu enggak lama lagi bakal hilang. Ke mana sekarang om tolelot om? Atau mungkin istilah kids zaman now?

Zaman terus berubah. Tren selalu berganti dengan cepat. Kalau kamu ingin buku kamu abadi, bisa dibaca segala kalangan segala generasi, gunakan bahasa dan penunjuk waktu yang bisa diterima  sekarang hingga nanti. Siapa tahu bukumu cetak ulang berkali-kali. Sungguh mahal merevisi layout hanya untuk menghilangkan/mengganti kata-kata yang sudah obsolet.

Salam kreatif

Ary

PS

Jangan lupa ikutan lomba review 3 novel favorit ya: PELIK, WMHS, The Visual Art of Love.

Continue Reading

You'll Also Like

296K 18.7K 55
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
414K 26K 55
Ini tentang seorang anak perempuan yang hidup tapi berkali-kali dimatikan, anak perempuan yang mentalnya dihancurkan oleh keluarganya sendiri, dan an...
143K 11.8K 17
🐇🐇🐇
111K 2.2K 8
slow up ‼️